Dia Ikut Bernyanyi - 1

3K 143 27
                                    

Lelaki berkulit hitam itu duduk terdiam di sampingku. Pandangannya menerawang ke arah jalanan di depan kost. Dialah Pay, pacarku dua bulan terakhir ini. Nama lengkapnya, Payjan. Orangnya pelit, suka mengejek hidungku yang agak minimalis. Aku sendiri bingung, bagaimana bisa aku punya pacar seperti dia?

Sudah lewat lima belas menit, dan si Payjan masih saja diam membisu. Apa dia sedang menghitung motor yang lewat?

"Pay, kamu kenapa?"

Dia menoleh ke arahku, matanya terlihat sembab.

"Ras, kita temenan aja, ya?" jawabnya parau, serak-serak becek.

"Maksud kamu apa?"

Sebenarnya aku sudah tahu arah pembicaraan ini ke mana, dia pasti tetap memilih wanita itu. Ya. Aku memang berstatus selingkuhan Payjan. Aneh memang, tapi begitulah adanya. Aku sendiri heran, apa kelebihan lelaki berkumis tipis tapi tidak manis ini sampai membuatku rela dijadikan selingkuhan.

"Kita temenan aja, ya, Ras. Aku nggak bisa ninggalin dia. Aku tahu, aku salah ...," jawabnya kemudian dengan mata merah setengah berkaca-kaca.


Seketika darahku mengalir ke ubun-ubun. Ini bukan cuma sekedar sakit hati, tapi harga diri.

"Kamu jahat, Pay! Kalau kamu sudah punya pacar, kenapa dulu kamu kasih aku perhatian?! Kamu kejar-kejar aku! SMS tiap hari! Terus sekarang mutusin aku seenak jidat!"



"Iya, Ras, aku tahu. Aku juga sayang sama kamu. Aku terpesona sama kamu. Tapi aku nggak bisa ninggalin dia, Ras. Dia ...."

Kata-katanya terhenti. Dia menarik napas panjang, embuskan kasar.

"Dia kenapa?" tanyaku penuh selidik.


"Dia hamil, Ras. Dia hamil anakku," jawabnya sambil membuang muka. Aku tahu, ada air mengalir dari sudut matanya, meski berusaha dia sembunyikan.

Tanpa jawaban apapun, aku berlari ke dalam kost, masuk kamar, mengunci pintu, dan tentu saja ... menangis.

"Dasar cowok bejaaatt! Bangke! Mesum! Aaargh!"

Aku berteriak-teriak sendiri dalam kamar. Setidaknya itu bisa sedikit meringankan kekesalan bercampur rasa kecewa dalam hati.

Setelah puas menangis, aku mencari ponsel. Dengan cepat, kuhapus semua foto kenangan bersama Payjan. Beberapa menit lalu, aku masih menyayanginya. Sekarang, aku benci. Sangat, sangat membencinya. Namun, dalam hati bersyukur tidak menjadi korban pelampiasan nafsunya, meskipun dulu dia berkali-kali meminta.

Setelah memastikan tak ada lagi gambar dan nomor ponsel Payjan yang tersisa, iseng-iseng aku klik aplikasi perekam suara. Entah kenapa, tiba-tiba muncul keinginan untuk bernyanyi. Banyak yang bilang suaraku mirip Tantri Kotak, cocok jadi penyanyi rock. Meskipun aku sendiri tak yakin. Namun, tak apalah. Biar kuhibur diriku sendiri.

*


Aku tersesat menuju hatimu


Beri aku jalan yang indah


Izinkanku lepas penatku


Tuk sejenak lelap di bahumu


Dapatkah selamanya kita bersama


Menyatukan perasaan kau dan aku


Semoga cinta kita kekal abadi


Sesampainya akhir nanti


Selamanya ....


*

Kunyanyikan sebuah lagu dari Olif band yang berjudul tentang rasa, yang dinyanyikan kembali oleh Astrid. Setelah kusimpan, langsung saja kuputar rekaman tadi. Sekalian memastikan apa suaraku benar-benar merdu seperti kata orang-orang.

Dendam Hantu Kost (TELAH TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang