9. Dark Spring

350 68 19
                                    

"Sudah selesai, bukan?"

Eunji mengangkat wajahnya dari catatan di notes kecilnya, melirik wajah jenaka Chanyeol yang kini memangku gitar dan memetiknya asal-asalan. Ia meneliti sekali lagi garis besar jawaban-jawaban yang ia tulis meski nanti bisa ia dengarkan lagi dari hasil rekaman wawancara tadi.

"Tapi, kenapa kau tidak menaruh nama asli dan fotomu malah menaruh band Byun Baekhyun?" tanya Eunji. "juga kenapa di biodatamu tertulis bahwa kau lulusan bisnis bukan seni ataupun musik?"

Hening menggantung. Senyum kecil yang selalu terpatri diwajah itu kini memudar. Ia menatap Eunji dengan tatapan lain, bermakna samar yang Eunji tak tau apa.

"Apakah kau sudah mematikan recordernya?" Chanyeol malah bertanya balik.

Eunji mengangguk kecil dengan raut bingung. "Ya, sudah. Tapi jika kau bersedia untuk menambah jawaban dan informasi lainya kau bisa merekamnya sekali lagi."

"Tidak. Aku tidak bisa memberikan jawaban tentang hal itu. juga persoalan nama dan wajah aku sudah memiliki perjanjian dengan ketua redaksi kalian. Aku tidak ingin identitas personalku ikut dipublikasikan."

Eunji mencebik. Untuk kesekian kalinya Eunji kembali teringat dengan pertemuan mereka. Dan ke-sok misterius-an lelaki ini selalu membuatnya tak habis pikir. "Tapi? Bukannya sekarang ini orang-oran banyak menginginkan ketenaran, kau juga butuh promosi untuk karya-karya yang kau ciptakan. Dengan lagu-lagu hits yang kau buat mungkin saja kau bisa ikut-ikutan terkenal."

"Lalu?" Chanyeol menaruh gitar disamping sofa dimana ia duduk. "Setelah terkenal, dikenal banyak orang, dan ketenaran, apa lagi yang akan aku dapatkan?"

"Diakui, tentu saja. Kau hanya ingin karyamu hanya dikenal karena penyanyinya, sedangkan kau berada dibalik layar meracik segalanya."

"Semua produser melakukan itu." Chanyeol menyandarkan tubuhnya dengan helaan nafas panjang yang ia hembuskan kemudian. "Diakui, ya... pengakuan? Aku sering memikirkan tentang pengakuan. Pengakuan bahwa aku melakukan segalanya dengan baik. Apakah aku pantas memilih jalan ini dengan benar, atau mungkin malah keliru bahwa segalanya akan makin runyam jika berkecimpung pada sesuatu yang harusnya aku jauhi." Chanyeol menegakkan tubuhnya, menatap lekat kedua mata coklat Eunji. "Lalu, menurutmu apakah kau mengakui bahwa aku pantas berada di dunia musik meski aku menolak untuk mengatakan bahwa aku adalah salah satu bagian mereka, Eunji-ssi?"

Eunji menautkan alisnya mendengar penjabaran Chanyeol yang berbelit-belit. "Kau mencintainya, bukan? Kau mencintai pekerjaanmu dengan segala resiko yang akan kau tanggung jika semuanya tak berjalan sesuai dengan keinginanmu. Lalu kenapa kau malah bertanya kau pantas atau tidak berada di dunia musik? Itu pilihanmu."

Senyum itu terbit lagi, kini lebih cerah dari ada sebelumnya. Chanyeol mengganguk senang, setuju sekali dengan ucapan Eunji yang selalu ingin ia dengar dari orang lain pada dirinya. Bahwa apa yang ia pilih sama sekali tidak keliru. "Kau benar, Eunji-ssi. benar sekali. Aku mencintainya, lalu untuk apa aku butuh pengakuan dari orang lain jika aku bahagia melakukannya, bukan?"

Chanyeol tidak salah pilih. Ia tahu itu.

*-*-*

"Kau gila memilih gadis seperti itu?"

Ingin sekali rasanya Chanyeol membekap mulut Baekhyun dengan bantal sofa yang sekarang ada dikepalanya. Belum ada sepuluh menit gadis itu pulang, Baekhyun malah meneriakinya hanya karena ia tidak setuju bahwa gadis 202 itu adalah Eunji.

"Dejavu. Lelaki tua itu juga mengatakan hal yang sama denganmu. Apa yang salah dengan memilih gadis itu, heuh? hal gila bagaimananya aku jika gadis itu yang aku inginkan?"

Kissing the SpringTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang