Prolog

572 105 59
                                    


[Revisi]

Kilatan petir menyambar setiap detik. Hujan bergelut dengan kencangnya angin. Tak ada orang yang berani keluar. Mereka takut dengan cuaca ekstrem. Namun, itu tak berlaku bagi seseorang yang akan membuktikan dirinya bukanlah pecundang. Tanpa menggunakan atribut apa pun, ia siap menghadapi maut, maut yang akan menghantam dia dalam kurun waktu kurang dari dua detik.

Meski begitu, ia tetap berdiri tegap, layaknya hidup tanpa beban. Bibir yang diangkat ke atas, menandakan bahwa ia baik-baik saja. Orang itu tetap menunjukkan sikap percaya diri, meski berulang kali berkecamuk dalam hati. Semua orang yang membencinya, kini bisa tersenyum puas karena ia berperilaku seperti orang bodoh. Bodoh karena rela mengorbankan nyawanya demi seseorang yang telah mati. Mungkin, mereka tak tahu jika ia mempunyai alasan tersendiri untuk melakukan hal tersebut. Hal yang sangat berbahaya untuk dilakukan.

"Siap?" tanya seorang pria yang berbaju putih.

Ia menjawab pertanyaan itu dengan mengacungkan jempol ke atas, pertanda bahwa ia sudah siap menghadapi kematiannya.

Melihat hal tersebut, sang penanya langsung mengangkat cemeti tinggi-tinggi, membuat indra penglihatan si objek memejam erat. Jantungnya berdebar lebih kencang, bahkan cucuran keringat sudah membasahi seluruh tubuh.

Ia berusaha untuk merasa setenang mungkin, tetapi tetap saja, hatinya gelisah memikirkan bagaimana situasi negara tanpanya. Karena, ia tahu pengganti dirinya nanti bukanlah orang baik. Namun, mereka semua telah dibutakan oleh satu sisi yang menurut mereka baik, tetapi kenyataan tak sebaik apa yang mereka lihat.

Bugh ...

Cemeti itu menghantam jiwa serta raganya. Diri itu tersungkur ke tanah dengan darah segar yang mengalir deras. Sorak-sorak gembira terpatri jelas dalam benak.

Namun, mereka melupakan satu hal. Balasan, balasan dari perbuatan yang telah mereka lakukan. Walaupun di ruang dan waktu yang berbeda, kebajikan akan selalu menjadi pemenang. Itulah semboyan hidupnya.

😈😈😈

Cemeti adalah cambuk.

Vindicta ☑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang