1. Tuas Cinta

334 74 42
                                    

Hanya orang lemahlah yang akan membalaskan dendamnya.

------------------------------------------------------

[Revisi]

Gugusan bintang menghiasi langit
malam yang membawa keindahan tersendiri bagi sebagian orang. Angin menghembuskan napasnya begitu tenang, memberikan kenikmatan tersendiri bagi penghuni planet Bumi. Namun, di bawah sana itu semua tak terlihat dan tak dapat dirasa.

Bukan, bukan karena mereka tuna netra. Bukan pula karena mereka mati rasa. Tetapi, karena mereka tengah dirundung masalah.

Cucuran keringat yang tak terelakan, mereka abaikan. Bahkan, kaki yang mulai letih mereka kuatkan. Namun, apa daya, titik tersebut sulit 'tuk diraih, sehingga, salah satu di antara mereka memilih menghentikan aktivitasnya sejenak untuk beristirahat.

"Kenapa berhenti? Ayo lanjut," ucap seorang pria berkepala empat, berbadan mungil serta berkumis cukup tebal, dengan raut wajah yang sudah tak karuan.

Salah satu di antara mereka, pria paling buncit dan tak mempunyai mahkota di kepalanya menjawab, "Kita pulang saja, ia seperti tikus. Sulit untuk ditangkap."

Sedangkan di satu sisi, seseorang tengah mengintip dibalik semak-semak yang menjadi tempat persembunyiannya. Kedua bola mata itu masih setia mengamati gerak-gerik mereka.

Ketika gerombolan makhluk tersebut telah menjauh, saat itu pula dia mulai beraksi. Berusaha tanpa mengeluarkan bunyi, ia perlahan keluar dari semak belukar. Pijakannya semakin diperhati, saat menaiki dataran yang lebih tinggi.

"Mau kemana lagi?!"

Baru saja menginjakan kaki di trotoar, pundak si rambut pirang diraih oleh seseorang. Refleks, dia terkejut bukan main dan mematung selama sekian detik.

Penarikan serta cengkraman yang sangat menusuk kulit tersebut, membuat matanya berhasil bertabrakan dengan si pencengkram. Tanpa direncanakan, pupil biru terus berputar, sedangkan bibir bawahnya, ia gigit kuat-kuat, sembari mencari secercah ilham untuk melarikan diri.

"Sekarang kau tak bisa kabur lagi! Ayo---"

"Tunggu!" Akhirnya ide cemerlang muncul.
"Di sana!" tunjuk si rambut pirang ke pohon cemara. "Ada ular! Ular itu besar sekali!"

Para makhluk tersebut mulai celingak-celinguk memperhatikan pohon besar dan tinggi yang dimaksud oleh telunjuk mungil tadi. Namun, setelah mengamati dengan konsentrasi tinggi, mereka tak menemukan apa pun di sana.
Pria berkepala plontos itu langsung mengalihkan pandangan kepada si penunjuk.

"Mana? Ti---" ucapan pria tersebut terputus seketika, kala ia melihat rambut pirang si wanita berkibas kencang, diikuti dengan kakinya yang perlahan menjauh dari mereka.

"Hei! Berhenti kamu di sana!!!"

Si rambut pirang tak mengindahkan peringatan dari mereka. Ia justru tengah asik bermain bersama angin, sembari berlari menjauhi makhluk-makhluk itu. Meski, energinya telah terkuras cukup banyak, ia tetap berlari dan terus berlari dari kejaran mereka.

Sang pengejar tak tinggal diam, mereka ikut berlari mengejar wanita tersebut, walaupun energi tinggal setetes kalori. Sebab, jika dibiarkan, korban pasti akan bertambah banyak, dan makhluk itu semakin meresahkan manusia di bumi.

Vindicta ☑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang