10. Dunia Paralel

79 31 10
                                    

Karena penyesalan selalu terbelakang. Maka, berpikirlah terlebih dahulu sebelum bertindak.

----------------------------------------------------

[Revisi]



Kerlap-kerlip bintang menegur sapa seseorang yang tengah mengendarai motor ninja dengan kecepatan tinggi. Jalanan yang lengang membuat si pengendara kian menambah kecepatan motornya. Tak peduli maut akan menghantam sang jiwa, ia sudah kepalang geram dengan nasib buruk. Namun, tiba-tiba saja iris cokela itu melihat mobil hitam yang hendak melintas, saat itu juga kaki panjangnya menginjak rem.

Ckit ...!

Bagian belakang motor tersebut mengambang, sedangkan sisanya menekan kuat aspal. Melihat itu, makhluk yang berada di dalam mobil hanya bisa menganga.

Bruk!

Roda belakang kembali menginjak aspal. Sang pengendara motor membuka helm full-facenya.

"Kak, Alfa?"

Si pendengar mengangkat alis. "Erik? Mau ke mana?"

"Saya mau ke arena balapan, Kak, untuk menjemputmu. Karena sebentar lagi ayah dan ibu akan pulang."

"Hah? Mau pulang?"

"Iya. Bukankah Kakak sudah janji ya, tidak akan balapan liar, lagi?"

"Em ...." Alfa menunduk.

'Bagaimana aku ceritakan padamu, kalau itu adalah bagian hidupku," kalbu Alfa.

"Kak?"

"Ha?"

"Mobil mereka sudah dekat dengan perumahan. Ayo cepat masuk ke rumah! Pak Cepi, putar balik," ujar Erik sembari menekan tombol kaca mobil.

"Baik Den."

Alfa kembali memakai helm dan menjalankan motornya. Tak sampai lima menit, kendaraan tersebut sudah memasuki rumah.

"Yes, mobil Ayah belum sampai," ucap si jambul sambil berlari. Tangan kekarnya membuka pintu putih.

Ceket

Si iris cokelat menegang bertepatan dengan mata yang menangkap pria paruh baya tengah berdiri dan bersidekap. "Dari mana saja kamu?!"

"Dari-"

"Balapan!"

"Bukan-"

"Bukan-bukan! Memangnya Ayah bodoh! Kamu sudah ketangkap basah, masih saja tak mau mengaku."

"Tidak Yah, kenapa ayah melarangku melakukan-"

"Karena itu salah. Kamu harusnya mencontoh adikmu yang giat mencari ilmu, bukan bermain tidak jelas seperti kamu!"

"Kak Alfa tidak ke arena balapan, Yah."Erik tiba-tiba saja hadir di belakang tubuh Alfa. "Dia ikut les bersama Erik. Benarkan, Kak?"

Alfa menatap Erik bingung, sedangkan insan yang ditatap malah tersenyum, memperlihatkan kawat-kawatnya.

"Iya Mas Ardi, Alfa dan Erik pergi bersama ke tempat les, tetapi Alfa mengendarai motor,sedangkan Erik menaiki mobil. Erik kan tidak suka menaiki motor," timpal wanita berambut panjang yang datang dari arah dapur.

"Tidak Asmaranda, Alfa memanglah anak nakal, anakmu lah yang baik, dia jelas berbeda empat tahun, tetapi Erik malah setingkat dengan Alfa dan itulah yang membuat Ayah bangga."

"Tidak semua anak memiliki potensi yang sama. Mungkin, saya pandai di otak, tetapi kakak Alfa jauh lebih hebat di fisik. Benarkan, Kak?"

"Iya," jawab Alfa ragu.

Vindicta ☑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang