Saya bukan manusia, banyak yg mengira saya iblis. Lalu apa tujuan kamu mau mengenal saya?
(Dilara Oktovinova)"Nona, hari sudah pagi apa nona tidak bersekolah hari ini?" Tanya salah seorang pelayan dari luar kamar Dilara.
"Nona, nyonya besar dan tuan Lio sudah menunggu anda untuk sarapan bersama dibawah!" Dilara tetap tidak bergeming."Bilang saja ke nyonya besarmu itu, saya akan segera turun" Teriak Dilara dari dalam kamar dan segera menyahut handuk kimono nya dan pergi mandi.
"Kamu mau sarapan apa sayang?" Tanya Renata yg tak lain adalah ibunda dari Dilara.
"Sejak kapan keluarga ini punya keturunan bisu bunda?" Tanya Lio yg sebenarnya sedang menyindir Dilara
"Sejak saya tidak lagi nyaman ada di keluarga ini!, saya pamit. Permisi" Dilara meninggalkan Lio dan Renata di meja makan.
Hari ini sudah Dilara pastikan bahwa dia akan terlambat masuk ke sekolah, dia lebih memilih menggunakan angkutan umum daripada memakai mobil ferrari pemberian ibundanya lengkap dengan supir pribadinya. Di tengah jalan dia tidak sengaja menangkap pemandangan tidak menyenangkan."Makanya jangan sok lawan kami berlima, untung kamu tidak mati bocah sialan!" Salah satu preman angkat bicara dan menendang perut lelaki tersebut hingga memutahkan darah segar dari mulutnya.
"Jadi lelaki sekarang beraninya keroyokan?" Dilara tersenyum meremehkan.
"Jangan ikut campur adik manis, lebih baik kamu ikut abang saja ya. Nanti abang buat kamu menjadi senang" salah satu preman tersebut menyentuh dagu Dilara, tanpa basa-basi Dilara langsung menghadiahi nya sebuah bogeman yg sukses membuat salah satu preman tersebut jatuh tersungkur.
"Wah rupanya adik manis ini jago bela diri" Tawa sinis preman itu pun menyeruak.
"Lelaki sekarang juga pandai bacot ternyata" dengan sigap Dilara memberikan pukulan dan tendangan nya kepada keempat preman tersebut hingga mereka babak belur dan lari tunggang langgang meninggalkan Dilara dan Lelaki malang tersebut.
"Anda tidak apa-apa? Mari saya bantu" Dilara memapah Lelaki tersebut dan membawa nya ke klinik terdekat, Setelah tiba di klinik dan selesai mengobati semua luka Lelaki itu Dilara pamit undur diri.
"Lo mau kemana?" Tanya lelaki itu.
"Menurut anda, saya akan kemana setelah ini? Bukankah seragam kita sama? Putih dan Abu" jawab Dilara tanpa ekspresi sedikitpun.
"Maksud gue itu, lo sekolah dimana?"
"SMA Bhakti Dharma" jawab Dilara masih tanpa ekspresi.
"Kita satu sekolah, lo bareng gue aja ya!, oh ya gue Asgar"
"Saya tidak kenal anda, saya menolong anda juga atas dasar kemanusiaan, permisi" Dilara pergi dari ruangan serba putih tersebut.
"Tolong, ini sebagai tanda terimakasih gue ke lo karna lo udah nolong gue, kalo ga ada lo, mungkin gue udah mati dikeroyok preman tadi. Nama lo siapa?" Lelaki mengulurkan tangan nya tanda perkenalan.
"Saya tidak bisa berkenalan dengan sembarang orang, maaf" Dilara akhirnya pergi meninggalkan Lelaki yg masih tidak percaya pada sikap dingin nya tersebut.
Sesampainya di sekolah Dilara harus menerima hukuman yaitu berdiri dia lapangan upacaran dan hormat pada bendera sampai jam istirahat, Dilara memang siswi yg bermasalah di sekolahnya, tapi dia tidak pernah lari dari hukuman.
Setelah bel berbunyi dia segera menuju kantin untuk membeli es teh manis guna melepas dahaga.
Tak lama Veka teman Dilara menghampirinya.
"Lara, gue cari lo di lapangan udah ga ada taunya disini"
KAMU SEDANG MEMBACA
AS-LARA
Teen Fiction"Saya dilahirkan bukan untuk bahagia, saya adalah kepingan lara yg tersingkap secara tidak sengaja. kamu adalah satu-satu nya lelaki yg mau tau apapun masalah saya walaupun saya engga untuk bercerita. kamu tetap mendengar, walau saya berniat untuk p...