Luka itu tidak akan pernah sembuh kalau bukan si pembuat luka yg menyembuhkanya.
(Dilara Oktovinova)."Em Ra, lo anak keberapa dari berapa sodara?"
"Memang kenapa?"Dilara menjawab dengan ekspresi datar.
"Gue pengen tau aja" Asgar merasa tidak enak telah mengusik Dilara dengan pertanyaan personal soal keluarganya.
"Ayah saya bernama Hendrawan Oktovinova, ibu saya bernama Renata Pandan Wangi, saya mempunyai seorang kakak bernama Lio Airlangga Oktovinova, ibu saya menikah lagi dengan seorang pria kaya setelah ayah saya meninggal" Dilara masih menatap lurus tanpa melihat ke arah Asgar yg menyimak penuh minat.
"Ayah lo meninggal sejak kapan?"
"Sejak saya kecil, mungkin ada sindikat yg tidak suka kepada ayah saya".
"Maksud lo, ayah lo itu?" Perkiraan Asgara terjeda, menimbang-nimbang kata apa yg pantas untuk ia katakan pada Dilara.
"Ayah saya meninggal karna dibunuh" Dilara menjawab dengan nada datar tapi tatapan mata nya berubah menjadi tatapan penuh kemarahan.
"Ayah saya terbunuh di tempat ini, Maldives"
"Ra, gue ga ada maksud"
"Sudah saat nya kamu tahu soal saya. Karna kamu adalah bagian dari saya"
Asgar tersenyum lega karna Dilara benar-benar menganggapnya sebagai teman baiknya selain Ve.
"Besok kamu ada waktu?"
"Ya jelas ada dong Ra hehehe. Apa sih yg engga buat lo" Dilara menatap dalam mata Asgar yg menurutnya sangatlah teduh dan bagus.
"Mata kamu, mata kamu bagus. Saya suka".
"Mata nya aja? Orangnya engga? Asgar mencebik cemberut.
"Tentu, saya bisa saja mencongkel bola mata kamu untuk saya jadikan pajangan di mansion ini. Hitung-hitung itu adalah barang tidak ternilai yg pernah saya miliki"
Asgar bergidik ngeri membayangkan Dilara yg akan mencongkel mata nya."Kamu takut?" Dilara mendekatkan dirinya lebih dekat lagi dengan Asgar.
"Emm Ra, lo serius mau congkel mata gue?"
"Bodoh, saya hanya bercanda" Dilara terkikik melihat ekspresi Asgar yg ketakutan saat ia dekati.
"Syukurlah kalo lo ga mau congkel mata gue"
"Saya berubah pikiran"
Asgar melotot dengan perkataan Dilara barusan"Ra" Asgar menatap dengan tatapan puppy eyes nya.
"Kamu benar-benar lucu ya hahahaha" Dilara tertawa keras disamping Asgar, Asgar pun ikut tertawa melihat Dilara yg mulai mau sedikit terbuka kepadanya.
"Besok kamu temani saya untuk ke arena tarung, saya sudah lama tidak bertemu teman-teman saya yg ada di Maldives"
"Siap 86" Asgar memberi hormat kepada Dilara dan Dilara hanya membalas dengan senyuman lembut.
Sesaat mereka berjalan untuk memasuki mansion, tetapi Dilara menghentikan langkahnya dan malah duduk tangga di teras mansion.
"Eh ra, kok ngejogrok disitu. Malu ih"
"Saya masih ingin disini"
"Eh malu napa sama penjaga-penjaga lo yg badan nya gede-gede itu"
"Mereka tidak akan mengatakan apapun, duduk disamping saya"
Asgar pun menuruti permintaan Dilara."Kamu pernah terluka?"
"Semua orang pasti pernah terluka lah ra"
"Ada obatnya?"
"Engga tau, menurut lo?"
"Luka itu tidak akan pernah sembuh kalau bukan si pembuat luka yg menyembuhkanya" Dilara tertunduk.
"Cerita aja Ra"
"Saya hanya rindu ayah saya".
"Ayah lo udah tenang disana ra" Asgar mengelus punggung Dilara.
"Sampai saya sudah tidak sanggup lagi menangis. Rasanya sudah tidak ada lagi air mata ini".
Dilara mengangkat kepalanya."Masuk yuk"
Dilara bangkit dan diikuti Asgar masuk ke dalam mansion nya."Tuan, nona Dilara sudah sampai di mansion dengan lelaki itu. Nama lelaki itu adalah Asgar, anak dari Wiryawan Danadyaksa"
"Awasi terus mereka, kabari saya apapun yg mereka lakukan"
Pria itu memutuskan sambungan secara sepihak."Ayah akan segera menemui kamu nak, secepatnya"
Pria itu memeluk foto dirinya dan Dilara kecil dalam dekapan nya.Aahhh sudah mulai ada tanda-tanda kebahagiaan untuk si ratu ea nih. Sebentar lagi sabar sabar.
Ini chapter terpendek yg author tulis. Maaf ya, bukan nya mau membuat kalian menebak-nebak bagaimana kelanjutan nya hehehe.
Author cuma mau cerita ini berjalan sesuai konsep yg sudah author buat. Sampai jumpa di chapter selanjutnya♡♡♡♡
KAMU SEDANG MEMBACA
AS-LARA
Teen Fiction"Saya dilahirkan bukan untuk bahagia, saya adalah kepingan lara yg tersingkap secara tidak sengaja. kamu adalah satu-satu nya lelaki yg mau tau apapun masalah saya walaupun saya engga untuk bercerita. kamu tetap mendengar, walau saya berniat untuk p...