“emmmmmm”, aku masih merasakan setengah sadar, lalu aku memutarkan badan kekanan dan mulai membuka mata sedikit demi sedikit.
“astaga, sudah jam lima sepuluh”, aku langsung bangun seperti orang kena setrum listrik dan mulai mencari handphoneku yang ada di meja sebelah kanan tempatku tidur.
“pantas aja telat bangun, batrenya habis, kok aku bisa lupa sih untuk charge ini hp”, kataku sambil menggarut kepalaku yang tidak gatal, lalu langsung mencari charger yang ada dilaci meja tempatku meletakkan hanphoneku ini dan mulai mengisi dayanya.
“aku harus cepat, ini hari pertamaku masuk SMA. Jadi tidak boleh telat”, ucapku saat bergegas ke kamar mandi untuk mandi dan lainnya.
Aku sarapan hanya memakannya sedikit karena mau mengejar bis sekolah yang berhenti di halte khusus bis Best High School, yuppss aku sekolah di sana dan aku tidak tau sekolah itu seperti apa. Karena aku ikut program beasiswa bersama kedua sahabatku dari SMP, dan SMA ini katanya SMA berkelas internasional.
Sambil aku berlari menuju halte bis yang jaraknya sekitar 10 menit kalau jalan kaki, aku akan menceritakan tentang diriku. Namaku Rani Purnamasari, aku anak pertama dari dua bersudara dan jelas aku ini seorang perempuan dan adikku laki-laki. Kehidupan sederhana menjadi lingkunganku sehari-hari, karena ayahku berkerja sebagai buruh pabrik yang memiliki gaji cukup untuk hidup sebulan atau bisa dikatakan UMR.
Kulit tidak terlalu putih ataupun terlalu gelap, rambut gelap lurus dan hampir selalu aku ikat satu. Lalu tinggi kira-kira 162 cm dan kalau berat badan aku lupa, karena sudah lama tidak menimbang berat badan dan lagian tidak sopan menanyakan berat badan kepada seorang wanita hehehe....
Tiang haltenya sudah terlihat, aku melihat rambu yang ada di tiang itu dan membuatku berhenti berlari karena lingkarannya sudah merah yang berarti bisnya sudah melalui halte ini sebelum aku tiba. Aku segera bergegas mencari ojek untuk kesana, 30 menit jarak naik bis dan ditambah jalan mengelilingi bukit membuat perjalanan lebih lama.
“masss, ojekkk”, teriakku saat aku melihat ada orang naik motor dan seperti tukang ojek hahaha maklum, waktu SMP kan kalau tidak naik angkot ya naik ojek.
“ke best high school berapa mas?”, tanyaku saat tukang ojeknya telah mendekatiku.
“seperti biasa neng”, jawabnya. Tanpa menawar lagi aku langsung naik supaya tidak buang waktu untuk tawar menawar.
“gasss mass, cepetan”, seruku.
“tapi saya tidak jual gas neng”, jawabnya.
“aduhh buruan deh mas, kalau nggak buruan nanti kepala mas saya penggal”, jawabku dengan nada mengancam dan tukang ojek itu secepat mungkin memacu motor vega R yang dimilikinya itu.
Aku melihat di jam tanganku masih jam 5.35 dan masih ada 35 menit lagi sampai jam 6.10 dan naik motor bisa lebih gesit dari bis jadi perkiraanku pasti tepat waktu sampai sekolah, semoga saja.
Diperjalanan, aku selalu melihat jam tanganku yang telah disesuaikan dengan jam sekolah saat daftar ulang kemarin. Jadi kemungkinan terlambat bisa diminimalisir karena waktunya sama hehehe.
Tinggal naik jalan mengelilingi bukit lagi, waktu tersisa tinggal 15 menit lagi dan aku perkirakan cukup dengan memacu lebih cepat.
“masss tambah lagi kecepatannya”, seruku saat motor sudah naik seperempat dari jalan yang mengelilingi bukit menuju sekolah.
“oke deh neng”, serunya dan aku merasakan bertambah kecepatan motornya walau tidak terlalu banyak bertambah.
Aku lihat jam tanganku sudah jam 6.06 masih ada 4 menit lagi dan aku sudah sampai didepan gerbang sekolah yang masih terbuka lebar, aku bergegas turun dan memberikan uang 10 ribu ke tukang ojek itu dengan mengepalkan tangan lalu langsung berlari masuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Best High School
Teen Fiction"mulai detik ini dan saat ini resmi aku membencimu tidak ada kata lain selain benci sama dia, tampan tidak mumbuatku berhenti membencimu", Rani Purnamasari ~~ "mulai hari ini dan detik ini, aku mulai mencintainya", Riki Aksa Tan. "hah", Andri dan Da...