2{}

50 12 8
                                    

Secepat mungkin aku bergabung dengan yang lainnya dan untungnya pidatonya belum selesai, jadi aku tidak masuk jurang dua kali gara-gara manusia yang enggak punya rasa kemanusiaan di hatinya itu. Saat aku masuk tidak sengaja aku melihat presiden masih berbicara dan tiba-tiba diam lalu menggelengkan kepalanya.

"kebiasaannya timbul lagi", kata itu yang aku dengar dan yang lain juga mungkin mendengarnya sebelum dia melanjutkan pidatonya yang menurutku panjang juga ternyata.

Aku langsung duduk dikursi yang kosong paling belakang dan ditengah, disana sudah ada dua sahabatku dari SMP yaitu Lusi dan Anggi. Mungkin mereka sudah tau kalau sahabatnya ini akan terlambat atau orang beasiswa dikucilkan dan diletakkan paling belakang, aku tidak mengerti juga.

"sini cepetan ran", seru Lusi dengan nada berbisik dan memukul kursi di sebelah kanannya tapi tidak bersuara. Dan disebelah kursi kosong itu ada Anggi, aku segera duduk dan sedikit mulai tenanglah hidupku dan menarik nafas panjang.

"kamu kenapa telat sih ran?", tanya Lusi penasaran dengan nada berbisik. Lusi memang orangnya banyak bicara dan kepo.

"bangun kesiangan si, hpku batrenya habis jadi alarmnya nggak hidup", jawabku dengan nada yang sama.
"pantes aja gue telpon enggak aktif nomor lo ran", ucap Anggi.

"ini semua gara-gara lo nggi, kan semua ini saran lo untuk masuk sekolah mahal ini", gerutuku padanya.

Go to past on

"ran, si, ini ada beasiswa best high school nih", Anggi memecahkan kegiatan bermain handpohe kami ditaman sekolah.

"mana mana, sekolah apa itu?", seru Lusi ingin melihat layar ponsel Anggi.

"ini nih sekolah bertaraf internasional si, tamat dari sekolah ini banyak kampus yang melirik lulusannya dan kalau mau kerja bisa langsung kerja di best energy and manufacture corporation atau dunia mengenal dengan BEM corp. Aku yakin walau kita paling bodoh juga pasti akan bekerja atau dilirik kampus, karena masuknya aja tesnya enggak cuma satu kali", jelasnya seperti orang yang tau semuanya tentang sekolah itu.

"tesnya ada tes psikologis, pengetahuan umum sekolah dan bakat serta tes kesehatan", sambung Anggi kembali.

"itu tes masuk sekolah atau tes masuk kerja sih?, dan pasti mahal nggi", tanyaku yang malas menanggapinya.

"dari pendaftaran sampai lulus gratis ran, kecuali baju seragam", kata Anggi sambil membaca brosur yang ada di ponselnya.

"beneran nggi?", seru Lusi sangat antusias dan mengambil ponsel anggi (jeda) "beneran ran semuanya gratis kecuali seragam, paling enggak terlalu mahal seragamnya", lanjut Lusi setelah membaca brosur itu.

"tapi itu swasta si, kita udah SMP negeri dan SMA nya di swasta?, seriusan kamu mau?", tanyaku meyakinkan Lusi.

"kalau begini sih aku mau ran, lagian juga sekolah negeri kan sudah bayaran bulanan dan ini gratis, lalu ptn banyak yang ngelirik lagi. Kan kalau kita kuliah jadinya lebih gampang", jawab Lusi sok memikirkan masa depan, seperti udah tau aja masa depan lo Lusi hahaha.

"terserah kalian aja deh, aku udah kalah suara. Tapi aku tidak janji buat lulus tes itu", balasku yang tetap fokus ke layar ponselku.

"ya udah dicoba aja dulu ran", mereka berdua seperti tersenyum senang.

Hari H pengumuman seleksi tahap akhir

"ini nih udah pengumuman si", seru Anggi saat kami main kerumahnya karena dia yang mengajak kami.

"mana, mana nggi", Lusi antusias banget, ketularan si Anggi itu pasti. (jeda)

"yes, kita lolos", seru mereka berdua.

Best High SchoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang