Aleta Mischarel Margareta sosok anak remaja SMA yang dilahirkan sebelum orang tuanya mempunyai ikatan pernikahan resmi dan memiliki kehidupan yang sederhana namun mempunyai semangat hidup yang tinggi. sampai akhirnya ia menemukan belahan jiwanya y...
Selamat membaca😊 Maaf jika ceritanya kurang jelas dan menggantung yaa Karna aku masih belajar HEHEHE
🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻
Hari senin yang membosankan bagi Ica, karna harus upacara dan hari ini adalah ulangan sejarah Indonesia yang menurutnya pelajaran yang sangat tidak jelas. Bukan karna hal itu saja, kelas Ica dan Aros yang lumayan berdekatan itu membuatnya sangat malu akan perbincangan mereka kemarin di bukit.
"hei caa" panggil seorang laki-laki yang sepertinya kakak kelas Ica.
"iya?" sahut Ica sambil jalan.
Ya, itu adalah Raka Andrean Wijaya anak dari kepala sekolah SMP Ica dulu sekaligus kakak kelasnya sampai saat ini. Entahlah Ica pun sangat bingung kenapa ia bisa satu sekolah lagi dengannya.
"ishh ngapain si lu Rak manggil bocah ingusan aneh itu..." kata seorang perempuan teman dari Raka Andrean Wijaya yang memanggil Ica tadi.
"bukan urusan lo, ngerti!" balas Raka dengan nada kasar.
"Ca sebentar, gw mau ngasih lo ini"
"ini apaa ya kaa?"
"ini buku catatan seni musik yang waktu itu gw pinjam"
"oalah, kirain apaan kaa"
"makasih yaa..."
"iya sama-sama"
Setelah menerima paperbag itu, Ica pun berjalan kembali menuju kelasnya. Namun ketika sedang berjalan menuju kelasnya ia melihat sosok laki-laki yang sedang berdiri di balkon dengan mata kosong. Siapa lagi kalau bukan Fakhri Alvaros Alcender, laki-laki yang memiliki penggemar sangat banyak diSMA 38 ini. Ica pun langsung berjalan dengan cepat, karna ia takut untuk bertemu kembali dengan sosok Fakhri saat ini. Ketika dia berjalan dengan cepat bukannya ia terhindar dengan Fakhri, tapi justru menabraknya karna terdorong oleh pintu yang tiba-tiba terbuka dengan kasar sampai ia terjatuh pingsan karna benturan pintu yang sangat kuat itu.
"ehhh maaf gw ga sengaja dorong pintunya" seseorang yang meminta maaf yang tak lain adalah teman Aros sendiri.
"lo lain kali hati-hati dong buka pintunya" bentak Aros kepada temannya itu
Singkat cerita Aros pun langsung membawa Ica ke ruang UKS. Dia pun meminta pertolongan kepada para petugas UKS agar Ica siuman dari pingsannya. Setalah siuman Ica terkejut karna wajahnya sangat dekat dengan Aros.
"ehhh lu mau ngapain gw?" kata Ica
"diem!"
"aww... Pelan-pelan dong lu kalau mau ngobatin, ikhlas ga sih" gerutu Ica kepada Aros
"bisa diem ga sih!" kata Aros dengan singkat
"iyaiya"
"lain kali kalau jalan jangan cepet-cepet nabrakan jadinya""untungnya yang lo tabrak orang ganteng kek gw jadi untung kan lo" kata Aros dengan pedenya
"ihh apaa banget sih lo, pede banget jadi orang"
"udah gw obatin tuh luka lo, gw cabut ke kelas dulu yaa"
"makasih fakhri.."
"iya"
Singkat cerita. Setelah Ica siuman dan lukanya sudah diobati oleh Aros dia pun kembali ke kelasnya.
"Caa lu ga kenapa-napa kan?" tanya Vava yang terlihat sangat khawatir
"cie yang abis ditolongin sama pangeran angkatan" ledek anty
"gw gapapa kok Vaa" "bukannya nanyain kabar temen malah ngeledek lu Tyy"
"yakan emang bener Caa, dia itu pangeran angkatan HEHE"
"pangeran angkatan apaan pangeran kodok kali HAHAHA" celetuk Ica
Mereka pun langsung tertawa bersamaan. Sampai tak menyadari yang dibahas pun datang.
"ehm, sepertinya ada yang ngeledek gw pangeran kodok nihh" ledek Aros ketika mengetahui dirinya sedang di bicarakan
"ehh Aros, bukan gw Ros yang ngatain lu" kata Anty
"Bukan gw juga yaa Ross" kata teman-teman Ica serentak
Mampus deh gw batin Ica
"santai ajaa sama gw mah"
"Caa, boleh keluar sebentar gaa?" ajak Aros ke Ica
"mau ngapain emang?" tanya Ica penasaran
"ada yang ingin gw omongin sama lu"
"sebentar yaa Rii"
"oke gw tunggu di depan yaa"
Setelah Aros keluar kelas, Ica pun menyusulinya.
"ada perlu apaa Rii?" tanya Ica penasaran
"Caa nanti pulang sekolah kita kerumah sakit yaa?" kata Aros
"gausah Rii gw gapapa kok"
"Lahhh emang siapa yang mau meriksa lu HAHAHA"
"lahh emang nyaa kita mau ngapain ke rumah sakit, lu sakit?"
"apaansi Caaa, lemot bangett deh" kata Aros sambil menoyol kepala Ica yang terluka