4

10 0 0
                                    

ANNORA ODELIA HANKS

Cukup lama keheningan dimobil mewah ini menyelimuti kami, aku dan Ferris. Rupanya Ferris terlihat lebih baik dibandingkan si dingin itu. Wajah saja tampan, tapi hati beku. Untung saja Ferris mengantarku pulang. Kalau tidak, bertambahlah badmoodku.

"Aku kira kau sudah pulang duluan" ucapku memecahkan keheningan.

Ferris menoleh sekilas "Ya, aku berbincang sebentar dengan para karyawan disana"

"Kenapa kau banyak sekali kenalan disana?" Tanyaku penasaran. Ferris terkekeh dengan mata yang masih tertuju pada jalan raya.

"Aku sebenarnya tidak mengenali mereka, mereka saja yang mengenali CEO tampan sepertiku"

Aku memukul pelan lengan Ferris "Hey hey! Aku sedang menyetir nona" kata Ferris.

"Ya ya ya kau tampan tapi tidak menawan" ucapku bercanda. Ferris menoleh kearah dengan tatapan tidak terima.

"Eh? Apa?!" kata Ferris tidak terima.

"Fokuslah pada jalanan" aku menyandarkan kepala pada pintu mobil.

"Hm sepertinya ada yang tidak dengan selera good mood. Siapakah dia? Siapa? Siapa?"

Ferris mengajakku bercanda. Tentu saja aku tidak dalam keadaan mood yang baik, gara-gara pria dingin itu. Andai saja aku lava pijar yang meleleh, akan kucairkan es membeku yang ada di otak dan hatinya. Bahkan seluruh tubuhnya. Masa bodo dengan tubuhnya yang terbakar, aku tidak peduli walau aku menyukainya.

"Aku tahu! Pasti berhubungan dengan Alden? Ya aku tahu, memang sifatnya seperti itu. Aku mengenali dia sangat lama. Mungkin kalau kau akan kuat dengan sifat dan sikapnya atau kau harus selalu ada untuknya, batu es yang ada didalamnya akan mencair" ucapnya panjang lebar, seakan-akan dia mengetahui apa yang sedang terjadi antara aku dan Alden.

"Kau bukan wanitanya kan?" Tanya Ferris penasaran. Aku membungkam. "Aku mengetahui dari salah satu karyawan disana, katanya baru sekali melihat kau ke perusahaan. Mungkin akan aku asumsikan bahwa kau belum ada hubungan apapun dengan Alden" jelasnya.

"Ya!" Balasku ketus.

"Aku akan memberimu sebuah nasihat" ucap Ferris dengan mimik yang serius.

Akupun mencodongkan wajahku kearahnya "apa itu?" Tanyaku.

"Kau harus selalu berada disampingnya setiap saat. Ganggu dia, Kejar dia dan Perjuangkan dia untuk dirimu" jelas Ferris. "Bisakah jangan terlalu dekat wajahmu" lanjutnya.

Pun aku tersadar, kembali pada posisi semula.

"Aku tidak mau terlihat murahan" jawabku menyilangkan tangan didepan dada.

"Tentu saja tidak terlihat murahan. Kau hanya memperjuangkannya, bukan memamerkan atau menjual tubuhmu padanya" kata Ferris. Aku menjentik dahi Ferris.

"Aww!" Ringis Ferris.

"Frontal sekali ya anda saat berbicara"

"Ya inilah aku. Masing-masing manusia mempunyai karakter yang berbeda. Aku humoris dan berbicara frontal, sedangkan Alden..." ucap Ferris gantung.

"Apa?" Aku melotot kearahnya.

"Kau tahu sendirikan?"

Aku menghela nafas panjang. Walaupun ini baru awal, tapi aku merasa sangat pesimis. Memang aku selalu mendapatkan pria yang aku inginkan dengan hanya sekali menunjuk dengan telunjuk jariku. Berbeda dengan Alden Kennard, pria itu benar benar membuatku kesal dan penasaran disaat yang bersamaan.

Tanpa sadar, mobil milik Ferris sudah berada didepan rumahku. Pun aku turun. Ferris membuka kaca, aku membungkuk melihat kearahnya.

"Jangan lupa dengan yang tadi aku ucapkan oke?"

Get You.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang