TWO

22 3 0
                                    

Bukannya gak suka dekat sama elo. Malah gue terkena euforia.  Cuma kalo kita dekat, jantung gue dangdutan mulu.

~~~~~~~~

Kini Maudy sudah menunggu gengnya di alun-alun. Para penggalang nampak antusias dengan acara tersebut. Sambil menyesap cappuchino panasnya, Maudy melihat ponsel dan membuka roomchat black white.

Black White(5)

Theo
Udah pergi belom.

Sergio
Bentar. Cewek gue lahiran. Mungkin malam ini gue gak kesana.

Angga
Gue join boleh?

Sergio
Ya boleh lah. Kan elo udah anggota BW

Theo
Gue kayaknya juga gak bisa nih. Mom bilang ada acara. Jadi gue kagak bisa ikut. Monmaap ya

Maudy
Iya, gapapa kok kalo kalian berdua kagak ikut. Santai aja kali

Masih ada gue, richard, sama Angga juga.

Sergio
Gue lupa bilang. Richard keluar kota semalam. Katanya sih perusahaan ayahnya ada sedikit masalah.

Membaca hal itu membuat Maudy menghela nafas kasar. Dirinya tersisa berdua dengan Angga, cowok stress itu!

"Cewek gaboleh ngelamun loh. Entar kesambet," ujar seseorang dibelakang Maudy.

Maudy berbalik, dibelakangnya sudah ada Angga dengan wajah datarnya.


"Gue mau pulang aja. Males sama lo disini," Maudy berdiri dari duduknya dan pergi, tapi tangannya digenggam Angga.

"Kalo elo mau pulang, terserah. Tapi harus gue yang nganter, wajib." putus Angga.

"Gak. Usah." Final Maudy. Wajahnya terlihat kesal. "Heran yah gue. Lo itu nyebelin banget. Make maksa lagi. Udah gue mau pulang," Maudy menarik pergelangan tangannya, bukannya terlepas, malahan cengkraman itu lebih kuat dari tadi.

"Cewek gak baik keluar malam. Lo itu harusnya jaga diri dong. Sesama geng harusnya elo percaya sama gue," ucap Angga melembut.

Maudy memutar kedua bola matanya, "Yaudah. Terserah elo," Putus Maudy dan dari keputusan Maudy itu, Angga tersenyum dalam hati.

Mereka menuju parkiran, tepatnya dimana mobil Angga diparkirkan. Angga membukakan pintu mobil untuk Maudy, tapi Maudy hanya menatap sinis. Angga suka melihat bagaimana ekspresi Maudy saat menatapnya sinis seperti itu. Dengan cepat, Angga berputar dan mengemudikan mobilnya, membelah jalanan pada malam hari.

Mobil Audy keluaran terbaru itu terasa sepi, kedua manusia didalamnya saling diam tanpa ada minat memulai pembicaraan.

"Lo pernah ke Sekolah Luar Biasa, gak?" Ucap Angga sambil melirik ke samping.

"Gak. Emangnya disana ngapain?" Tanya Maudy yang ternyata tertarik membahas hal-hal berbau sosial.

"Disana itu kita bisa merenungi sejenak. Merenungi apa yang sudah diberikan Tuhan pada kita. Kita terlahir dari orang yang berada, fisik pun sempurna. Sedangkan mereka, mereka luar biasa. Masih bisa menjalani hidup walau kekurangan," jawab Angga panjang lebar.

Kini Maudy mengerti, mengapa Angga mau mengeluarkan banyak uang untuk para difabel, yatim, bahkan lansia. Dia seorang pemuda yang baik. Dia adalah sosok yang memiliki keperhatian terhadap sosial yang tinggi. Tidak sia-sia Angga ikut Black White.

Troublemaker VS Prince CharmingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang