Autor POV
Embun pagi telah berkunjung. Burung-burnung di dalam hutan itu bersuara mengikuti perjalanan kilat Cody. Kakinya yang terus bergerak cepat, mengikuti aroma yang telah dia hirup. Sampai langkahnya berhenti di salah satu danau yang tertutupi pepohonan nan lebat. Danau itu letaknya tepat di tengah-tengah hutan. Lumayan jauh dari kastilnya dan lingkungan penduduk di pinggir hutan.
“Kau datang juga.” Suara perempuan itu terdengar sangat merdu.
Cody tersenyum. Dia melihat perempuan itu mengenakan sweater berwarna ungu, jeans hitam dan flat shoes dengan rambut merah yang terkuncir kuda.
“Masih bersenang-senang. Padahal sepupumu sedang tertahan di kastil kami.
“Hanya penggunaan sihir yang ringan.” Jawab Rose dengan ramah.
Sebelumnya dia sudah memutar tubuhnya menghadap Cody. Melihat wajah Cody yang sekarang berubah menjadi wajah yang penuh harap. Berbeda dengan wajahnya yang dahulu saat dia menggodda Celine.
Setelah memperhatikan wajha Cody, kakinya bergerak memncari tempat yang nyaman untuk dia duduki. “Maafkan aku.” Katanya.
Cody menganggukkan kepalanya. Menunggu Rose melanjutkan kalimatnya.
Lima detik. Enam detik. Hingga menjadi beberapa menit, tidak ada kalimat yang keluar dari bibir Rose. Membuatnya gatal untuk bertanya.
“Aku akan menolong kalian.”
Rose tersenyum sedih. Wajahnya mengisyaratkan kesedihan yang mendalam. Berbeda dengan Cody yang mengerutkan keningnya. Dia benar-benar terkejut. Baru kali ini dia merasa bebas keluar masuk menjelajahi pikiran Rose.
Pikiran yang rumit tetapi mengandung informasi yang sangat penting.
Semuanya menjadi satu. Termasuk penglihatan yang telah dilihat Rose semalam dengan kekuatan sihirnya.
“Apa itu benar?” kali ini Cody telah menguasai keterkejutannya.
Matanya menatap persis ke manik mata Rose.
Terasa panas. Itulah yang dirasakan Rose pada kedua matanya. Dia sendiri tidak tahu harus menjawab apa. Semuanya mengganggu pikirannya. Begitu juga dengan ramalannya. Semua ramalannya biasanya terjadi. Dia takut menjadi kenyataan. Walau itu menguntungkan bagi klannya, tetapi belum tentu untuk sepupunya.
“Kita tidak bisa melawan takdir kan? Lagi pula aku sudah siap. Sesuai pikiranku sebelumnya, cepat atau lambat itu akan terjadi.”
Rose tidak bisa membalas apapun perkataan Cody. Dia terus terdiam.
“Lalu dimana Josh? Apa dia sudah pergi dan meninggalkan kekasihnya sendirian? Membiarkan kekasihnya dimangsa oleh klan kami?”
“Hari itu juga dia langsung pergi mengunjungi Bibi Mer di Italia. Dia mencari cara bagaimana bisa membebaskan kedua-duanya tanpa ada yang terluka. Klan kami maksudku. Kau tahu kan? Dia tidak peduli jika klan kalian terluka dalam pertarungan nanti. Yang dia pedulikan tentu saja kalannya. Terutama Bibi Mer yang saat ini dalam pengejaran Gabriel dan Celine yang ada dalam sekapannya.”
Cody menganggukkan kepalanya. “Aku mengerti. Maafkan aku, aku tidak bisa membebaskan Celine. Aku takut akan berakibat fatal bila aku melepaskannya.”
Ucapan permintaan maaf itu tulus dari hatinya.
Cody juga tidak ingin membayangkan apa yang terjadi bila dia bertindak ceroboh. Apalagi setelah mengetahui ramalan itu. Gabriel tidak akan membiarkan Celine dan Merlinda tenang, setelah dia tahu bahwa rencananya telah digagalkan. Diia akan melakukan segala hal yang lebih kejam dan tidak pernah terpikirkan oleh siapa pun.
KAMU SEDANG MEMBACA
When the Darkness Comes
VampirgeschichtenCeline, gadis berdarah murni penyihir yang baru saja pindah dari Itali, tidak menyangka melihat sebuah adegan yang mengharuskannya berhadapan dengan pangeran vampire. Walau kekasihnya pun seorang vampire, tetapi itu semua tetap membuatnya takut meng...