"Matahari tidak pernah marah jika tergantikan oleh Bulan di malam hari. Bukannya marah, justru matahari memberi kekuatan pada Bulan di malam hari.
Jadi, bisakah kalian jadi Matahariku di kegelapan?"
...........................
"Lo!!? Bukannya anak baru ya? Nama Lo Dean kan!" Ucap seorang gadis yang tengah berdiri manis di tengah pintu.
"Bukan Dean Keisha, tapi Devan." Ulang Steven yang membenarkan perkataannya.
Gadis itu hanya terkekeh dan melangkah mendekat ke arah Steven dan Devan. ia hanya ingin berkenalan dengan si anak baru.
"Hai nama aku Stephanie Keisha Ferellio kamu bisa panggil aku Keisha atau nggak kei ataupun yang lain asal jangan panggil aku Cibul." ucap Keisha menjadi sopan dan tampak menggemaskan.
Namun yang diajak berkenalan hanya diam menatapnya, Devan menatap Keisha secara intens membuat Keisha bersemu merah."Kenapa liatin aku?"
"Jangan kepedean, ada cabe tuh di gigi kamu." Ucap Devan yang sontak membuat Steven tertawa.
Mendengar hal tersebut membuat
Keisha langsung pergi ke kamar mandi yang ada di kamar itu dengan perasaan malu. Setelah keluar dari kamar mandi, Keisha yang tadinya malu malah keheranan melihat keheningan yang tiba-tiba menyergap di kamar ini."Hei, kalian kok diam-diaman? kalian berantem yah?"
"Tidak!" Ucap Steven dan Devan bersamaan.
"Cie- cie bersamaan gitu jawabnya, kata orang kalau bersamaan gitu berarti jodoh Loh!" Ucapnya dengan polosnya. Devan dan Steven saling memandang dan mereka langsung membuang muka mereka ke samping seolah jijik dengan apa yang Keisha katakan. Melihat hal itu Keisha tertawa. Di sisi lain Devan memerhatikan Keisha. Pikir Devan wajah Keisha tidak asing dimatanya.
"Hai !!" ucap James membuat ketiga orang tersebut berbalik kearahnya.
"Hai juga,kamu penghuni kamar. disini yah." ucap Steven membalas sapaan James.
"Yap, dan Lo nggak usah terlalu formal sama gue."
"Oke, oh iya kenalin nih cibul"
"Yakk!! Steven gue bukan cibul, jangan di dengerin yah kata Steven. Namaku Keisha." ucap Keisha.
"Nama gue James dan gue anak baru di sekolah ini." ucap James sambil menjabat tangan Keisha.
"Kamu juga anak baru. Stevan bilang cuman satu anak barunya. Habisnya aku nggak masuk kelas kemarin. Kuharap kita bisa berteman dengan baik, oh iya!? Rafa begaimana kabarmu? Aku tak pernah melihat mu di Cafe paman Sam beberapa hari ini. Kamu udah berhenti kerja yah?"
"Ba...ik, a..ku nggak ber...henti cuman pa...man Sam mem..beriku Li...bur" ucap Rafa dengan kepala tertunduk.
"Oh baguslah, dan kalian berempat bisa bantu aku nggak? Temui aku di rooftoop jam 10 oke!" Ucap Keisha sambil melenggang pergi yang menyisakan tanda tanya di kepala mereka berempat.
"Sekarang kita bagi tempat tidur yah, supaya jujur aku membuat kertas yang berisi nama-nama kalian, kalian akan mencabut satu nama dan nanti itu akan menjadi teman sekasur kalian." ucap Steven sambil menyodorkan sebuah kertas yang berisikan nama mereka.
"Ya Tuhan! kali ini aja, gue nggak mau sama tempat tidur sama Devan" batin James berkata lirih. Tangannya mengambil perlahan kertas sambil merapalkan berbagai doa. Dia sungguh tidak ingin sama tempat tidur dengan Devan. Setelah semuanya mengambil. Steven membuka kertasnya duluan.
"Gue dapat Rafa, kalau Rafa dapat namaku, berarti gue sama Rafa sama tempat tidur, jadi Rafa kamu dapat namanya siapa?"
"A..ku dap..at nama Steven." Ucap Rafa yang seketika membuat lutut James lemas ia memang belum membuka kertasnya tapi dapat dipastikan dia akan setempat tidur dengan Devan. Untung saja kasurnya bertingkat kalau tidak bisa berabe sekasur sama Devan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Please!!! Hear Me (Hiatus)
Teen Fiction"Hal yang membuatku takut terkadang datang dari hal yang kuimpikan." "Terkadang bersama mereka membuatku bahagia dan marah." "Kadang mimpi yang telah ku genggam hilang begitu saja seiring nafas mereka." "Aku membenci teriakan, tetapi akulah yang mem...