Berdoa

32 15 8
                                    

Karena jujur ketika kau berbicara tentang betapa kau menghina Tuhan mu, menghina agama mu, menghina  keimanan mu, aku tidak marah.

Aku tahu betul, disini posisi ku hanyalah sebagai orang yang tidak mengenal mu.
Kita bukan siapa-siapa.

Aku tak punya hak secuil pun untuk mengurus Tuhan yang kau hakim-hakimi itu, juga tak ingin membela keimananmu. Aku amat sadar Tuhan yang kau benci adalah Tuhanmu sendiri. Masalah penyembahan itu adalah hak pribadi masing-masing , aku tidak berusaha mencampur-adukan tanganku kedalam urusanmu.

Tapi kenapa dalam pikiranku terus terngiang-ngiang kata-kata yang kau ucapkan? Kata-kata mu terlalu dalam sehingga itu mampu meninggalkan jejak didalam hati dan pikiranku.

" Aku mengimani setan dan iblis, lantaran sekian lama mereka dikotorkan tanpa ada satupun yang mau mendengarkan mereka. Sekali-kali bolehlah mendengar suara dari kelompok yang disingkirkan! Aku mencoba untuk bertindak adil ! "

"Semua lelaki bangsat, persetan dengan mereka semua! Persetan dengan mulut mereka yang mengucapkan bahwa seorang wanita itu adalah permata yang harus dijaga kesucian dan keindahannya, pada kenyataannya tidak ada satupun dari mereka yang tidak menginginkan sisi kotor dari kami ! Tunggu saja pembalasan ku wahai laki-laki! "

Kata-kata yang kau ucapkan saat itu terlalu sarkas. Kau terlalu marah pada keadaan, sehingga kau tidak menumpahkan sedikitpun apa yang dikatakan oleh akal sehat mu ketika kau berbicara.

Kini nasi sudah menjadi bubur, kertas sudah menjadi abu, apa yang sudah terjadi tidak bisa diputar kembali.

Aku sebagai laki-laki biasa, menempatkan diriku dimana posisi seharusnya aku berada. Tidak mencampuri urusan mu dan juga tidak berusaha mencegahmu.

Wahai perempuan yang dulu pernah kukenal, aku tahu kau 'pernah' mempunyai pemahaman soal akidah yang tinggi. Saat ini aku berdoa kepada Tuhan ku, agar kau memakai akal sehat mu kembali dan menghidupkan pemahaman akidah mu yang entah kau kubur dengan sengaja atau memang kau melupakannya. Amin.

JalangWhere stories live. Discover now