KISAH YANG MENJADI SEJARAH

32 4 3
                                    


Kakek gue merupakan orang yang sangat berarti bagi gue, kenapa? Karena dia gue bisa lebih tahu dan memahami apa arti hidup yang sesungguhnya.

Gue deket banget sama kakek gue, mungkin gue lebih sayang sama kakek dibandingkan orang tua gue.

Tanpa kakek, gue gak akan bisa apa-apa, kakek gue orangnya agamis banget sehingga dari dulu gue udah belajar sholat, ngaji, ilmu fikih, seni membaca Al-Qur'an dan banyak lagi.

Dari kecil gue tinggal sama kakek dan nenek, karena mamah sama papah gue kerja ke luar kota (berdagang), sekitar umur 2 tahun gue udah ditinggal kerja sama orang tua gue ke Jakarta. Sehingga gue udah terbiasa kalau mereka tidak ada.

Biarpun gue diurusnya bukan sama orang tua gue, gue gak seperti kebanyakan orang kok, yang hanya mikirin main, tidur, hangout, ngabisin duit.

Dulu orang lain main gue ngaji, belajar, ngaji, belajar tapi gue gak merasa bosan tuh, malahan gue semangat banget. Tanpa tahu dan tanpa mikirin masa depan gue gimana nanti.

Dulu gue bisa dibilang lumayan pintar sih. Soalnya masih ada semangat yang besar di diri gue. Gue dulu sangat senang dengan belajar, belajar apapun itu mau ilmu yang ada di sekolah lah, di pengajian lah, apapun yang menurut gue menarik gue lakukan asalkan bukan belajar yang membuat gue dalam masalah.

Gue lumayan berprestasi, gue ikut semua macam perlombaan, mulai dari sains, sastra, agama, seni dan masih banyak lagi. "Gue malas untuk nyeritainnya."

Ada kisah yang gak akan orang lain pernah mengalami hal ini, kenapa? Yahh karena pengalaman tiap orang mungkin beda yoo. Paling 1 : 500 orang yang pernah mengalami jatuh yang sesungguhnya, yaitu ketika orang yang menjadi motivasi hidup kita sudah tidak bersama kita buat selamanya.

Kisah ini hanya akan menjadi sejarah bagi hidup gue, yang akan gue ceritain bagi yang mau ngedengerin aja.

Berawal dari keinginan gue buat beli baju lebaran yang harganya ya dibawah 100K. Tetapi baju itu merupakan baju yang selama ini gue anggap sebagai baju termahal, kenapa? Karena untuk mendapatkan baju itu gue harus melewati banyak tahap,

Yang Pertama, Harus hafal yasin sampai benar makhorijul huruf sama tajwid nya

Yang Kedua, Harus hafal beberapa surat pendek (sekitar 10 surat di Juz 30)

Yang Ketiga, Harus tamat Puasa, Terawih, dan hatam Al-Qur'an selama bulan Rhamadhan

Mungkin hal itu tidak berarti bagi kebanyakan anak-anak, tetapi bagi gue itu adalah tantangan yang membuat gue berbeda sedikit dengan anak-anak lain.

Ketika belajar, menghafal semua itu gue gak pernah mengeluh, biarpun kakek yah agak galak sih, tapi itu yang buat gue takut sama dia. Sehingga gue mencapai semua tahap itu dengan sempurna.

Baju itu masih tersimpan, karena untuk mendapatkannya sungguh tidak bisa dinilai oleh materi.

Ada kisah yang mungkin tidak pernah dialami orang lain, tetapi gue pernah mengalaminya yaitu belajar dasar matematika dengan 2 batang sapu lidi. Apakah kalian mengerti?

Yahh begini lah, waktu kelas 2 SD gue belajar matematika dasar yaitu perkalian dan pembagian (bagi kurung), saat itu kakek memang seorang pensiunan dari guru.

Sehingga sehabis magrib gue belajar ngaji, dan sehabis isya gue belajar buat sekolah. Ingat banget ketika gue terus menghafal perkalian sampai bisa itu, gue sering di jepret oleh sapu lidi (kan perih) yah itu yang dilakukan kakek gue kalau gue gak belajar serius atau terus mengulangi kesalahan.

Perih, sakit, luka tetapi itu tidak membuat gue nangis, malahan hal itu yang menjadikan gue agar bisa menghormati orang tua.

-

-

-

-

-

-

-

-

Next cerita_______

Note: "Menghormati orang tua itu sulit, bagi anak-anak yang dimanja. Semua orang tua ingin membahagiakan anaknya, tentu saja dengan memberikan apa yang dia mau. Tetapi hal itu akan membuat mereka meremehkan orang tua." Contoh anak-anak zaman now. (gue bukan anak-anak zaman now yah, karen gue gak tau tiktoktiktokkan lah), gue dulu hanya mengenal, congkak, momonopolian, lompat tali, lempar batu dan itu lebih menyenangkan

YAYAYA KUYAWhere stories live. Discover now