Semua orang tahu bagaimana welas asihnya seorang Bakri. Namanya bisa dibilang terkenal diseluruh penjuru Desa Dadap. Yang jelas, kalau sedang kesusahan dan butuh uang : cari saja Bakri!.Tapi bukan berarti Bakri akan selalu meminjami uang. Kenyataannya dia bahkan bukan orang punya. Hidupnya pas-pasan. Lauk makan tiap hari cuma tempe, kalo sedang tak ada duit maka Bakri akan pergi ke sawah dan memetik sayur paku.
Tapi Bakri memang berbudi baik dan patut dicontoh. Pernah suatu waktu datang pak Herman meminta pertolongan karena putrinya harus segera menikah karena 'alarm darurat' berbunyi.
Bakri menangkap alarm darurat itu sebagai sinyal bahaya dan langsung berlari kedalam rumah. Begitu melihat isi kaleng roma kelapa miliknya kosong, tertegunlah dia. Akhirnya dengan berat hati dia harus mengantar pak Herman pulang dengan rasa kecewa.
Tapi Bakri tak patah arang. Keesokan harinya juga ia gayuh sepeda ontelnya menempuh jarak 12 kilo menuju kota. Di balai pegadaian dia gadaikan sepeda ontel pemberian ayahnya dulu itu, hanya dapat 150 ribu. Bakri tak protes. Diterimanya uang itu dengan penuh rasa terimakasih lalu dia pulang.
12 kilo dia tempuh dengan berjalan kaki hingga sampai di kampung halaman. Begitu tiba di desa, dengan masih berpeluh-peluh dia langsung mendatangi rumah pak Herman.
Seperti itulah sosok Bakri. Semua orang kagum dengan kebaikan hatinya, tiap juragan di desa kagum dengan keuletan kerjanya. Pekerjaannya sehari-hari hanya sebagai tukang jait, sol sepatu, dan tukang cukur keliling. Tapi Bakri juga tak pernah menolak kalau diminta memperbaiki atap dan pipa bocor, maupun jadi buruh di ladang. Setiap pekerjaan yang halal pasti dia lakukan dengan bersungguh-sungguh. Beginilah cara Bakri menghidupi dirinya selama bertahun-tahun.
Tapi Bakri baru berumur 21 tahun dan jiwanya masihlah tetap jiwa anak muda. Sudah sepatutnya jika ia jatuh cinta. Mungkin dia tak sadar kalau waktu pak Herman mendatanginya, dalam hati ia berharap Bakri mau menikahi putrinya. Ataupun waktu gadis-gadis desa mulai mempergunjingkan bentuk badannya yang atletis. Singkat kata, Bakri bukanlah pribadi yang cukup peka.
Namun mereka tak akan pernah punya kesempatan. Sebab hati Bakri sudah meleleh begitu bertemu dengan sosok jelita Marisa. Bakri ingat saat mereka pertama bertemu. Saat itu dia sedang mangkal dipertigaan saat sosok Marisa lewat didepan matanya. Sambil menggendong keranjang berisi tahu, teriakan Marisa terdengar bagai nyanyian bidadari di telinga Bakri.
"Tahu gejrot. Tahu gejrot"
Saat Bakri sadar, dirinya sudah terpana.
Pengorbanan cinta Bakri tidaklah gampang. Tapi sekali lagi, dia adalah seorang pekerja keras. Dan berkat kerja kerasnya itu, tepat tanggal 10 november, dia berhasil membawa pulang Marisa Puspita ke rumah sederhananya sebagai pengantin.
Suatu hari, begitu pulang dari membantu pak Yayan di ladang, Bakri langsung mencuci kaki dan tangannya dari lumpur. Dengan berseri dia memasuki rumah dan mendapati istrinya sedang duduk menghadap jendela. Dia memang sengaja menaruh meja itu disana karena Marisa gemar menulis dan menggambar.
Sungguh pemandangan luar biasa, pikir Bakri. Marisa seperti sekuntum bunga yang menghiasi rumah reotnya ini. Kecantikannya menutupi keboborokan disekitar.
Sambil tersenyum dia mendekati Marisa.
"Sedang apa, Mar?", tanyanya.
Marisa belum sempat menjawab, tapi Bakri sudah tahu.
Diatas kertas gambar tipis yang dibelikannya untuk Marisa, terlukis wajah sesosok bocah laki-laki. Tersenyum, pancaran di mata bocah itu berhasil Marisa gambarkan dengan sempurna. Bakri terdiam, ini bukan pertama kalinya Marisa melukis wajah itu.
Kemudian Marisa menoleh. Dengan senyum manis dan lesung pipit di kedua pipinya dia menjawab,
"Dia yang mengambil hati saya dulu Ri"
KAMU SEDANG MEMBACA
Marisa
Romance[Completed] Ini adalah kisah tentang wanita bernama Marisa. Marisa milik-nya Bakri. Mari biarkan Bakri mengajarkan kita beberapa hal, sekaligus menceritakan sebuah kisah cinta aneh ,yang dilihat dari sisi manapun, tetap luar biasa. . Didedikasikan...