Babak II : Adegan I

86 5 0
                                    

Setting: Sebuah rumah di kota Nazaret. Siang.

(Tirai panggung dibuka. Yusuf dan Maria yang sedang dilanda asmara sudah berdiri di tengah panggung. Yusuf berpamitan pada Maria lalu kemudian keluar. Maria mengantarnya sampai di depan pintu. Maria sejenak melamun sambil tersenyum-senyum, kemudian dengan suka-cita mulai membersihkan ruangan dan perabotan, lalu tertidur. Masuk Malaikat Gabriel yang menari-nari mengelilingi ruangan, kemudian membangunkan Maria.)

Gabriel : Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau.
Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah.
Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus.
Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya,
dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan.

Maria : Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?

Gabriel : Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah.
Dan sesungguhnya, Elisabet, sanakmu itu, iapun sedang mengandung seorang anak laki-laki pada hari tuanya dan inilah bulan yang keenam bagi dia, yang disebut mandul itu.
Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil.

Maria : Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.

(Setelah itu Gabriel keluar sambil menari-nari dari ruangan itu. Tidak lama kemudian Maria ikut keluar.)

(Beberapa bulan kemudian)

(Masuk Marta dan Maria. Maria sedang mengandung)

Maria : Terlalu sulit!
Sulit untuk dilupakan...
Senyumannya...masih terus terlukis di pikiran.
Gaya bertuturnya...
Aku...mencintaimu...Maria...(menirukan suara Yusuf)
masih terus terngiang di telinga.
Bahasa tubuhnya...ahh
Aku tidak bisa begitu saja melupakan orang yang telah mencuri hatiku...
Mungkin Tuhan telah menghukumku dengan mengambil kewarasanku, Marta saudariku.

Marta : Itu adalah hal yang wajar, saudariku Maria yang sementara dipenuhi semerbak bunga kasmaran dari Eden.

Maria : Tapi...tapi...Marta saudariku yang keteduhan hatinya mengalahkan laut mati.
Ada sesuatu yang ku takutkan.

Marta : Serbuk pahit apa yang berhasil di masukan iblis kedalam kepala putri Sion yang termanis ini sehingga dia melupakan sang penuntunnya yang setia?

Maria : Dengarkan dulu Marta saudariku yang kesetiaanya melebihi pengawal di serambi raja Salomo.
Sang pencuri hati sungguhlah seorang yang gagah, dan pastilah semua yang ditatapnya bertekuk-lutut. Sedangkan aku...lihatlah aku sekarang. Sang pencuri pasti segera membuang barang curiannya ke tanah dan segera akan diinjak orang jika barang curiannya itu ternyata hanya seonggok tanah liat.

Marta : Oh, saudariku yang malang. Terkutuklah semua pahlawan di Sion yang gagah perkasa jika hati putri Sion ini harus terinjak oleh salah satu dari mereka.

Suara : Marta...Marta....

Marta : Maria saudariku, hati itu sedang di hinggapi kupu-kupu yang membawa serbuk cinta sejati. Janganlah pernah membiarkan kupu-kupu itu lari dari padamu. Karena seluruh Israel menantikan hari pembuahannya.

Suara : Marta...Marta....Marta....

Marta : Sebentar. (ke arah suara itu)
Tegarkanlah hatimu yang suci itu!

(Marta berlari keluar)

Maria diam termangu dan sesekali termenung. Masuk Marta.

Marta : Oh, saudariku Maria yang dipenuhi rahmat Tuhan, menangislah. Tapi bukan dengan tangisan kematian itu. (memeluk Maria)

Maria : Kesedihan berusaha untuk terus merasuki hati yang tinggal sepenggal ini.

(Masuk Yusuf)
Yusuf : Jika demikian jangan biarkan dia menggantikan penggalan hati yang hilang itu. Biarlah hati yang tinggal sepenggal ini juga yang menggantikannya.
(jeda)
Aku ingin mengambil sebagai istri seorang putri yang sebagian hatinya pernah aku curi.

(Masuk seorang imam yang datang bersama Yusuf untuk menikahkan Maria dan Yusuf, juga masuk beberapa orang yang menyaksikan pernikahan tersebut. Setelah upacara pernikahan itu usai masuklah seorang utusan kaisar Agustus untuk membacakan suatu pengumuman)

Utusan kaisar : Pengumuman, pengumuman!
Kepada seluruh penduduk di bawah pemerintahan kekaisaran Romawi, agar supaya mendaftarkan diri di tiap-tiap daerah asalnya sendiri atau daerah asal suaminya.

(Tirai panggung ditutup)

(Penonton menyanyikan lagu dari Kidung Jemaat No. 85 Ayat 1 dan 8 "Ku Songsong Bagaimana")

(masuk Iblis dan Malaikat)

Iblis : Boleh jadi Maria deng Yusuf so melakukan adegan itu... lebe dulu, kong so babuah, jadi dorang mo tutu itu aib dengan yah... cerita itu, supaya nyanda malo.

Malaikat : Jadi menurut ngana, itu kejadian itu nyanda butul dang....

Iblis : Bukang menurut kita. Itu pemikiran dari tu cewe sana.
Talalu leh kong kita nintau tu kejadian itu. Sampe deng itu dorang pe perjalanan ka Betlehem le kita tau.
Yang kita nintau, ngana pe maksud mo cerita tu kejadian yang nyanda penting itu.

Malaikat : Kita pe maksud deng tujuan kan ngana so tau.
Mo jaga pa manusia.

Iblis : Hua ha ha hahahaha.....
Ngana kira kita mo kalah?!
Sedangkan ngana pe bos okat pa ana', kong cuma ngana le te'.
Bant' ta kumembet pa ngana!

Malaikat : Coba jo!!!

Iblis : Heheheey....
Cuma da tes..hahahaha...

Malaikat : Simak jo ini cerita!

Drama NatalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang