Babak I : Adegan II

128 7 0
                                    

Setting: Padang. Pagi, siang, malam.

(Tirai panggung dibuka. Adam dan Hawa yang telah beranak-cucu berjalan perlahan memasuki panggung. Menggambarkan sebuah perjalanan kehidupan yang meletihkan dari suatu keluarga yang besar. Makin lama jumlah mereka semakin bertambah. Terjadi kekacauan, keributan, kegilaan, dan perkelahian di tengah-tengah kerumunan orang-orang itu. Beberapa berusaha melerai juga menenangkan, namun kekacauan terus terjadi. Dalam perjalanan itu mereka menemukan sumber air. Mereka bersukaria. Turun hujan yang semakin lama semakin deras. Perlahan air mulai naik, dan mereka terus bersuka-ria. Setelah beberapa saat air terus naik, mereka menjadi panik dan berusaha menyelamatkan diri. Air terus naik hingga akhirnya menenggelamkan mereka. Terlihat bahtera di atas permukaan air. Hujan reda. Setelah air surut masuk beberapa orang yang terlihat kelaparan dan sakit-sakitan. Masuk seorang nabi berpakaian raja dan bawahan-bawahannya yang kemudian langsung merawat dan memberi makanan pada orang-orang itu. Mereka bersuka-ria. Setelah orang-orang itu bersuka-ria nabi itu keluar. Mereka terus berpesta pora. Masuk orang-orang yang mengusung patung lembu yang terbuat dari emas yang kemudian disembah oleh orang-orang tadi. Masuk seorang nabi dengan membawa dua loh batu, yang kemudian segera murka setelah melihat suasana itu. Setelah memecahkan dua loh batu yang bertuliskan ke-sepuluh perintah Tuhan, nabi itu keluar. Mereka lalu mamecah-mecahkan dan kemudian memakan patung lembu itu. Kemudian mereka berjalan keluar dan terlihat sangat menderita. Masuk dari kiri dan kanan panggung orang-orang yang siap berperang. Mereka membentuk barisan di pinggiran panggung kemudian saling meneriakan cacian. Masuk seorang nabi yang berusaha melerai perang itu, namun sia-sia. Kedua kubu akhirnya maju berperang. Sang nabi keluar. Panggung menjadi arena pembantaian. Akhirnya semua tewas terkapar. Masuk perempuan-perempuan yang meratapi sosok-sosok mayat itu. Tirai panggung ditutup)

(Penonton menyanyikan Kidung Jemaat No. 260 Ayat 1 dan 3 "Dalam Dunia Penuh Kerusuhan")

(Masuk Iblis dan Malaikat)

Iblis : hua ha ha ha...
Sengsara!!!
Sampe skarang itu kata itu masih terus terngiang di talinga!

Malaikat : Kasih!
Itu kata itu ley masih terus terngiang di telinga.

Iblis : Io, mar manusia semakin terpuruk dalam kita pe belenggu. Sampe-sampe yang ngana lia cuma kemunafikan. Yang ngana kira nda ada di antara orang-orang ini, mar sebenarnya ada, kong banya le!!! Ada saat-saat dorang bakampanye tentang cinta, kasih, deng Tuhan, deng ada saat-saat dorang bakampanye tentang.....ngana so tau to itu. Karna apa?

Malaikat : Hoaaaayem (sambil mengolok)

Iblis : Karna, ngana pe bos nyanda pernah butul-butul kase ampun pa dorang, manusia.

Malaikat : Masih inga itu kejadian sesudah tu ngana pe cerita tadi?

Iblis : Hmm.. bagimana?

Drama NatalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang