Bagian 1

911 51 4
                                    


"Aku tidak menyesal terlahir miskin, karena kuyakin semua hal akan berubah ketika do'a dan usaha dilakukan"

^Rayya Nubya Putri^

***

Semenjak masuk SMA Bina Nusa banyak yang tidak mau berteman dengan dia. Apa salah jika mendapatkan beasiswa di sekolah favorit dan berkelas. Dimana anak orang kaya bertebaran disana. Tidak heran jika kebanyakan dari anak orang kaya tidak mau berteman dengan dia.

Dia... dia bernama Rayya nubya putri. Gadis miskin yang beruntung bisa bersekolah ditempat favorit itu. Siswa kaya mencibir kehadirannya di sekolah, tetapi setidaknya masih ada beberapa yang mau berteman dengan Rayya. Karena tujuan utama ketika sekolah adalah belajar untuk menambah ilmu, menambah banyak teman adalah bonus.

Jam istirahat.

Rayya menuju ke kantin yang berada dipojok bangunan sekolah. Tidak... tidak... Raya pergi ke kantin bukan untuk membeli makanan maupun minuman. Raya selalu membawa bekal sendiri dari rumah. Kantin di sekolah Rayya menjual makanan terlalu mahal, tidak sanggup jika harus membeli. Banyak hal yang harus Rayya pikirkan, mengingat dia hanya tinggal berdua dengan adiknya. Bersekolah sekaligus bekerja untuk dirinya sendiri dan juga adiknya.

Duduk dipojok kantin dekat jendela, membuat Rayya tidak terlalu menjadi fokus perhatian. Tetapi tetap saja banyak orang yang sengaja meliriknya, mungkin mereka pikir Rayya seperti anak TK yang masih membawa bekal ke sekolah. Jika Rayya bisa membaca pikiran mereka satu persatu, mungkin yang mereka pikirkan ialah dijaman maju seperti sekarang ini masih membawa bekal tidak elit sama sekali. Dibiarkan saja apapun yang mereka pikirkan, karena sesungguhnya mereka tidak mengerti kondisi Rayya.

Brukkkksssss

"Hahaha... syukurin. Pungut tuh makanan sampah Lo!" Teriak wanita yang berada dihadapan Rayya. Rayya hanya diam dan melihat nasib makanannya. Astaga, bahkan Rayya sudah tidak punya makanan untuk dimakan. Dia belum sempat sarapan dan waktu pulang sekolah masih lama.

"Lo tuli! Gue bilang pungut dan makan. Lo emang pantas makan makanan sampah." Kata wanita itu lagi di depan muka Rayya.

Tanpa melihat wanita itu, Rayya langsung mengambil tempat bekalnya yang jatuh ke bawah. Seluruh siswa memandang Rayya aneh. Bullyan adalah hal biasa yang dilakukan kepada orang miskin disekolah itu. Mereka para pembully masih beruntung karena bullyan yang mereka lakukan tidak diketahui oleh pihak sekolah.

Mata Rayya berkaca-kaca, dia menatap ke atas untuk menghalau airmata yang hendak keluar. Dia harus bertahan dan tidak boleh terlihat lemah di depan semua orang. Meskipun dalam hati Rayya sangatlah lemah.

"Lo bener-bener bikin Gue emosi ya!" kata wanita itu dengan menarik dan mencengkram lengan Rayya kuat.

Rayya hanya diam karena dia sadar dia bukanlah apa-apa dibanding wanita itu. Ketika mulai tidak kuat, dia menangis dalam diam. Tangannya akan memar akibat cengkraman wanita itu. Beruntung sang penyelamat datang diwaktu yang tepat.

"Lepasin tangan Dia Bell, jangan mengotori sekolah ini dengan kelakuan kekanakan Lo." Kata sang penyelamat Rayya menatap tajam Bella. Iya wanita jahat dan sombong tersebut bernama Bella.

"Gue mau kasih dia pelajaran, Dia berani-beraninya duduk satu bangku sama Lo. Gue tidak terima." ucap Bella sambil menunjuk Rayya.

"Apa aku tidak salah dengar, Bella membuang makananku hanya karena Aku duduk satu bangku dengan Mondy." Batin Rayya sedih.

"Salahkan Bu Via kalau Lo memang berani. Jangan berbuat sesuka hati Lo dengan membuang makanan milik Rayya!" Ucap Mondy menarik tangan Bella yang masih menunjuk-nujuk Rayya.

"Lo beruntung hari ini." Ujar Bella berlalu dari hadapan Rayya dengan mata melotot.

Bella memang terkenal jahat kepada siapapun yang berani mendekati Mondy. Mondy adalah siswa baru yang termasuk golongan cowok popular, tampan, dan kaya. Pastinya Bella tidak ingin Mondy didekati siapapun.

Mondy berlalu dari hadapan Rayya setelah menyelamatkan disusul Bella dibelakangnya. Kembali ke kelas merupakan pilihan Rayya, dari pada di kantin melihat teman-temannya bisa makan dengan enak. Melewati bangku yang di duduki oleh Mondy dan sahabat-sahabatnya termasuk Bella dengan jalan menunduk. Tatapan tajam yang diberikan kepada Rayya seolah-olah ingin memakan hidup-hidup.

***

"Rayya! Kenapa balik duluan. Gue habis dari kantin dan Lo tidak ada disana. Menyebalkan, katanya mau makan siang sama-sama." Ucap Maria dengan merajuk.

Sampai mata Maria menemukan kotak bekal yang Rayya pegang sudah tak berbentuk alias retak dan kotor. "Ini kenapa tempat bekal Lo kotor? Jangan bilang ini ulah si nenek lampir!. Sumpah Gue harus kasih dia pelajaran." Maria ingin segera melabrak Bella, dia benar-benar emosi namun dicegah oleh Rayya.

"Udah tidak apa-apa. Oh iya Kamu ditunggu Gio di kantin. Cepat sana samperin Aku mau ke perpustakaan dulu ternyata tugasku butuh banyak referensi lagi." Rayya mencoba mengalihkan pembicaraan agar Maria tidak perlu membalas perlakuan Bella.

"Gue maunya ke kantin sama Lo. Keperpustakaan nanti saja waktu istirahat kedua." Maria kekeh menarik tangan Rayya untuk ikut.

Melihat Rayya yang enggan untuk ikut ke kantin, akhirnya Maria menyerah membujuk Rayya. Maria adalah sahabat pertama yang Rayya miliki di SMA itu. Awal perkenalan mereka ketika masa orientasi siswa yang kebetulan satu kelompok. Maria juga termasuk siswa kaya tetapi tidak sombong, sayang sekali Maria dan Rayya tidak satu kelas karena kelas Rayya merupakan golongan siswa pintar.

Bel masuk tanda istirahat telah selesai. Rayya duduk manis dibangkunya sendiri dengan membaca buku yang ada ditangannya. Dia dikejutkan dengan kehadiran Mondy yang langsung duduk tanpa bersuara. "Pak Vino pasti ceramah, Kamu tulis isi ceramahnya, kalau sudah Kupinjam catatanmu. Aku mau tidur." Ucap Mondy datar tanpa menatap Rayya dan melanjutkan niatnya untuk tidur ketika pelajaran berlangsung dan Rayya hanya bisa pasrah melongo.


^ 3 Februari 2019 ^

Dear RayyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang