Bagian 2

493 49 4
                                    

"Dia mengalihkan duniaku seketika. Senyum manis yang salalu terlihat di wajahnya membuatku enggan menatap yang lain"

^Mondy Adreando^

***

"Ini buku Kamu."

Rayya menoleh ketika suara Mondy terdengar. Satu minggu setelah pembelajaran Pak Vino Rayya meminjamkan catatannya pada Mondy. Masih sama dengan satu minggu yang lalu, Rayya tidak banyak bicara ketika menerima bukunya kembali.

"Terima kasih." Ucap Mondy lagi dan mendapat anggukan kepala dari Rayya tanpa suara.

Mondy menghela nafas. Dia tau kenapa Rayya enggan berbicara dengannya. Ancaman dari Bella membuat Dia tidak bisa berteman baik dengan teman sebangkunya itu.

"Kenapa belum dibuka?."

Rayya yang tidak mengerti maksud dari pertanyaan Mondy, hanya diam bingung tidak berusaha bertanya kembali

"Bekal Kamu, kenapa dianggurin bukannya mau makan."

Tanpa membalas ucapan Mondy, seolah Mondy tidak berbicara apa-apa Rayya membuka bekalnya untuk ia makan.

"Boleh tukar makanan Kamu. Aku laper pengen makan nasi." Tanpa persetujuan, Mondy menukar makanan yang dia punya dengan bekal Rayya.

Rayya akhirnya menerima, tidak kuasa untuknya menolak. Rayya terkekeh dalam hati. Mondy menukar roti lapis keju dan susu strawberry dengan bekal nasi dan perkedel milik Rayya.

"Kenapa tidak membeli makan di kantin saja. Bekalku hanya nasi dan perkedel." Ucap Rayya karena merasa minder dan tidak sepadan dengan makanan milik Mondy.

"Astaga akhirnya Kamu mau bersuara ya." Ucap Mondy takjup mendengar suara Rayya dengan kalimat panjang.

Sadar telah berani berbicara panjang, Rayya kembali diam.

"Ini namanya perkedel? Enak. Aku belum pernah makan perkedel. Rasanya gurih juga ada pedesnya. Besok bawain yang banyak ya." Puji Mondy melahap makanan Rayya dengan hikmat.

"Kamu tidak perlu takut bicara sama Aku. Kalau Bella yang Kamu takutin, Aku jamin Dia tidak akan macam-macam lagi. Bella temen kecil Steff, Steff, Aldi, dan Aku sahabatan dari kita SMP. Bella selalu bilang kalau Aku pacarnya. Awalnya Aku tidak masalah karena dengan pernyataan Bella membuat cewek-cewek yang dekatin Aku mundur teratur." Mondy tanpa sadar bercerita pada Rayya.

Rayya hanya diam mendengarkan Mondy bercerita. Mondy membalik badannya menghadap kearah Rayya untuk melanjutkan ceritanya.

"Aku sama Bella tidak pernah pacaran." ujar Mondy tegas.

"Kenapa... Kenapa Kamu menjelaskan kepadaku." Tanya Raya gugup tak bisa menyembunyikan binar bahagia diwajahnya.

"Karena Aku merasa perlu menjelaskan agar tidak adalagi salah paham." Mondy melirik tempat bekal Rayya yang telah kosong tidak bersisa.

"Kamu bawa air putih?." Rayya tidak langsung memberikan botol minumnya karena dipikir Mondy akan jijik dengan bekas air putihnya.

Sama dengan kejadian menukar makanan tadi, Mondy kembali meminum air putih dari botol Rayya.

"Terima kasih untuk bekalnya, besok-besok jangan kapok kalau Aku mintain bekal Kamu." Rayya hanya membalas dengan tersenyum.

***

Koridor penuh dengan siswa yang ingin pulang. Jam terakhir telah selesai, Maria menjemput Rayya di kelas untuk pulang bersama. Tidak sengaja di parkiran Rayya dan Maria bertemu Bella CS yang ingin pulang juga. Bella menatap tajam Rayya, yang bersangkutan malah menunduk menghindari tatapan tajam Bella. Justru Maria yang ingin memberi pelajaran pada Bella sejak satu minggu yang lalu mulai terpancing emosi.

"Apa Lo lihat Gue. Gue emang cantik baru sadar Lo." Ucap Maria percaya diri menatap tajam balik.

"Hello. Tampang buruk kayak Lo ngaku cantik. Tidak punya kaca di rumah ya, Gue beliin 100." Balas Bella tidak mau kalah.

"Sorry ya buat beli mulut kotor Lo, Guepun bisa nenek lampir." Ujar Maria saling balas menghina.

"Maria, sudah ya tidak perlu dipermasalahin. Ayo kita pulang." Ajak Rayya melerai adu mulut Maria dan Bella.

"Pantas ketularan si sampah di samping ya." Maria yang tidak menerima temannya dikatakan sampah menarik rambut Bella. Begitu sebaliknya Bella juga menjambak rambut Maria. Rayya berusaha melerai didorong oleh keduanya hingga jatuh. Banyak siswa hanya menonton tanpa melerai.

"Berhenti." Teriak Mondy marah. Rayya berdiri dengan bantuan dari Mondy. "Kamu tidak apa-apa." Tanya Mondy khawatir. Rayya menggeleng tanda dia tidak apa-apa.

Mondy menarik tangan Bella pergi sedangkan Rayya berusaha menenangkan Maria agar berhenti mengumpat. Rayya menatap nanar Mondy dan Bella yang baru saja meninggalkan sekolah dengan Mobil milik Mondy.

***

Di dalam mobil, Mondy masih diam dalam keadaan marah. "Gue bosen kalau Lo selalu ngerecokin hidup Gue. Kali ini Gue kasih kesempatan. Jangan ganggu Rayya lagi sekali saja Lo ngelakuin hal buruk, Gue pastiin tidak akan berteman sama Lo."

"Gue tidak salah Mon, mereka yang salah karena berani deketin Lo."

"Gue berhak dekat samasiapapun. Kita tidak pernah pacaran, Gue tegasin sama Lo. Kita hanya temanhanya itu. Sekarang Lo turun dari mobil Gue." Ucap Mondy tanpa perasaanmenurunkan Bella ditengan jalan.


^8 Februari 2019^

Dear RayyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang