bagian 5

400 44 6
                                    

Sambil menunggu pesanan makanan mereka datang. Mondy mencoba mengajak rayya berbicara.

"Setiap malam kamu selalu kerja rayy" tanya mondy hati-hati.
"Iya" jawab rayya seadanya sambil memeluk tubuhnya sendiri kedinginan. Rayya lupa membawa jaket. Ia pikir jarak rumah dengan supermart nya dekat jadi tidak akan kedinginan. Berbeda cerita ketika rayya harus menemani seseorang makan karena merasa tidak enak sudah menunggunya selesai bekerja.

Mondy melihatnya. Melihat rayya yang kedinginan.

"Ini pakai" mondy menyampirkan jaket miliknya pada pundak rayya. Rayya kaget berusaha menolak.

"Gak papa. Pakai aja kamu gak mau sakit kan angin malam gak baik buat kesehatan" jawab mondy menyakinkan rayya.
"Tapi kamu nanti juga kedinginan" ucap rayya.

"Mana. Aku malah kepanasan gerah nih" balas mondy mengibaskan tangannya dimuka sambil tersenyum.

Tak sadar rayya ikut tersenyum.

"Aku suka melihat kamu tersenyum rayy" ucap mondy tepat ketika keduanya saling bertatapan.

Rayya salah tingkah, berusa melihat kearah manapun selain menatap mondy. Tangan rayya yang ada diatas meja diambil oleh mondy lalu digenggam.

Hangat

"Rayy, sambil kita nunggu makanan kita yang belum dateng. Aku mau bilang satu hal sama kamu" ucap mondy serius tetap dengan posisi mereka saling bertatapan dan juga tangan kanan mondy menggenggam tangan kiri rayya.

"Apa" tanya rayya penasaran. Wajahnya mulai memerah, menunggu hal apa yg ingin mondy sampaikan padanya.

Suasana tempat makan dipinggir jalan itu memang ramai tapi jarak bangku antara pembeli lumayan jauh jadinya meskipun mereka saling bertatapan malu-malu tidak akan ada yg fokus memperhatikan.

"Rayya kamu mau mencoba bersamaku. Aku sayang sama kamu Rayy." Katanya dengan sungguh-sungguh.

Sungguh rayya tertegun. Apa Mondy baru saja mengajaknya berpacaran.
Demi apapun rasanya rayya tak percaya dan takut.

"Aa..aku gak bisa Mon" ucap rayya enggan menatap mondy karena apa yang ada dihatinya mengatakan kalau dia mau.

"Pliss tatap mataku rayy".

"Kenapa? Kenapa kamu menolakku" tanya mondy lembut.

"Kita berbeda Mondy. Menjadi temanmu sungguh kebahagian untukku tapi tidak dengan suatu hubungan yang lebih karena percuma hubungan kita gak akan pernah berhasil" terang rayya menapat balik mondy.

"Kalau yang kamu maksud adalah status sosial kita. Aku gak peduli itu rayy. Aku sayang sama kamu tanpa melihat status sosial diantara kita" ucap mondy.

Wajah Mondy tersenyum, "apa kamu gak ada perasaan apapun kepadaku?".

"A..aku" rayya tidak mampu mengeluarkan suaranya.

"Pliss jawab" mondy memohon pada rayya.

"Aku juga" jawab rayya singkat dan malu-malu.

"Juga apa?" Mondy tersenyum menggoda rayya.

Belum sempat rayya menjawab, pesanan makanan mereka akhirnya datang. Rayya sangat bersyukur sekali kepada pelayan yang menyelamatkannya.

"Ayo dimakan" ucap rayya.

"Kamu belum jawab. Kamu juga apa ?" Tanya mondy lagi.

"Apa sih." ucap rayya malu-malu.

"Aku sayang kamu. Kamu sayang aku juga gak?" Ucap dan tanya mondy sekali lagi.

"Iya aku juga sayang."

"Sayang sama siapa?."

"Kamu."

"Kalau begitu mulai sekarang kamu adalah pacar aku." mondy sambil tersenyum.

25-agustus-2019

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 25, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dear RayyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang