Bagian 3

408 48 7
                                    

"Mengenalmu adalah hal yang tidak pernah kubayangkan dan berada didekatmu bagai sebuah mimpi indah"


^Rayya Rubya Putri^

***

Waktu menunjukkan pukul setengah empat sore ketika Rayya menunggu angkutan umum. Hanya Rayya yang duduk di kursi umum karena teman sekolahnya banyak yang membawa kendaraan pribadi atau menaiki angkutan online.

Rayya bersedekap melihat lalu lalang kendaraan yang melintas. Sampai bunyi klason sebuah mobil yang berhenti tepat di depannya.

"Rayya." Panggil Mondy keluar dari mobilnya.


Rayya terkejut. "Kenapa?."


Mondy mengangkat alis meminta Rayya untuk pulang bersama. "Mau pulang kan. Ayo."


"Tidak perlu sebentar lagi ada angkot lewat. Sebaiknya mobil Kamu majuin ya takutnya sopir angkotnya tidak berhenti." Tolak dan pinta Rayya secara halus.

"Kenapa harus naik angkot. Pulang sama Aku saja ya. Kita searah kan." Paksa Mondy membawa Rayya masuk kedalam mobilnya. Mau tidak mau Rayya masuk dan pulang bersama.


Mobil Mondy melaju menembus jalanan.

Rayya menatap luar jendela melihat kendaraan berlalu lalang. Biasanya Rayya akan kepanasan dan berdesak-desakan di dalam angkot, kini ia bisa duduk dengan tenang dan nyaman.


Setelah acara menukar makanan waktu itu, dalam seminggu Mondy pasti meminta bekal Raya. Keduanya sudah mulai berteman baik, menjadi teman sebangku yang kompak.

"Sekarang hari apa Ray." Tanya Mondy tetapi pandangannya fokus menyetir.


"Hari kamis, Kamu benaran lupa hari ini hari apa." Jawab Rayya polos menganggap Mondy benar-benar lupa.


Mondy tertawa pelan "Haha Aku tidak lupa, hanya memancing saja biar Kamu bersuara."

Selalu seperti itu, Mondy terus menerus mencoba mencairkan suasana tetapi Rayya tetaplah Rayya yang tahu diri bahwa pertemanan mereka harus ada batasan. Meski terkadang sikap dan perilaku Mondy mencerminkan ingin lebih dekat dengan Rayya.

"Kamu selalu nunggu angkot kalau pulang sekolah." Mondy masih gencar berusaha agar tidak hening selama perjalanan.


"Iya." Jawab Rayya pelan.


"Kalau berangkat juga naik angkot." Rayya mengangguk tanpa suara.


"Nggg.. besok Aku jemput, ya?"


Rayya tertegun. Merasa tidak percaya Mondy ingin menjemputnya. "Tidak perlu, maksudnya Aku sudah biasa naik angkot lagipula Aku tidak mau merepotkan."

Awalnya Rayya pikir Mondy tersinggung dengan penolakannya karena Mondy tidak bersuara lagi.


"Hmm.. Besok Aku jemput pukul enam pagi tanpa penolakan. Sudah sampai." Mobil yang mereka naiki telah berhenti disebuah gang rumah Rayya.

Wajah Rayya memanas, siapa yang tidak senang jika seseorang yang membuat jantungnya dag-dig-dug mengajak berangkat sekolah bersama.

Rayya keluar dari mobil disusul Mondy setelahnya. Mondy melihat sekeliling gang rumah Rayya yang tampak bersih meskipun kecil. Gang yang hanya bisa dilalui sepeda motor.


"Boleh mampir?"

Rayya mengalihkan pandangan ke gang kecil menuju rumahnya seraya menimbang, dari gang ke rumah Rayya masih jauh. Lalu kembali menatap Mondy. "Kamu mau mampir?"

Dear RayyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang