si Iblis

218 29 3
                                    

"Olfie! gue suka sama lo!"

Semua orang terparangah, satu titik perhatian mereka tertuju pada gadis bertubuh mungil yang kini berdiri tegak di tengah ruang auditorium.

"gu.. gue tau gue gak secantik Amanda, tau gue bisa yakinin lo kalo gue bisa buat lo bahagia kalo sama gue!"

"CUT..CUT!"

"Duh Tika, seharusnya ekspresi lo seolah-olah sedang terintimidasi oleh tatapan semua orang!" Adrian menggeram, wajahnya terlihat lelah karena sedari tadi pagi ia sibuk mengurus keperluan syuting, bahkan sekarang sudah menunjukkan jam makan siang padahal lidahnya masih belum menyentuh secuil makanan sejak pagi tadi.

"maaf, gue bakal coba lagi." Tika memelas, wajahnya menunduk membuat pemuda yang berdiri dihadapannya bergeming.

"syuting kita lanjut sebentar sore aja, masih ada adegan pas pulang sekolah kan? sekarang kita makan siang dulu." suara berat Olfie mengintrupsi, semua orang mengangguk menadakan setuju dengan usulan Olfie.

Mereka mulai merapikan kamera dan alat-alat lainnya. Sementara di sisi lain, tatapan sengit terus dilancarkan Hana kepada sosok tinggi tegap yang juga terihat kewalahan seperti yang lainnya. Entah dendam kesumat apa yang gadis itu pendam selama ini sampai setiap pergerakan dari pemuda bernama Olfie itu terasa seperti sebuah ancaman baginya. Matanya selalu saja berubah bengis setiap kali melihat Olfie.

"benci amat gue sama tuh, orang!" cercanya sambil menautkan jemari, wajahnya masih sama, mumpeng sambil merotasikan bola matanya.

"hati-hati, ntar jadi cinta!" Kikan yang berada disebelah Hana akhirnya bersuara setelah diam beberapa saat mengamati serapah Hana, sedangkan Hana? Bisa ditebak, ia membuat ekpresi wajah seolah-lah ingin mual dengan wajah yang dibuat kesan jelek.

"najis! Tuh orang nyebelin, mukanya sok ganteng banget, idih, eyawhh!" suara Hana tanpa di sadari mengundang perhatian orang-orang disekitarnya. Termasuk dengan cowok bermata sayu yang merasa ada energi aneh saat Hana mengucapkan ledekan tadi. Ia yakin seratus persen, gadis itu pasti sedang menyinggung dirinya.

Dengan bibir menyungging sinis, matanya ikut memandang sinis gadis yang sedang duduk di bangku di bibir lapangan.

"kurang kerjaan banget," Olfie bergumam sinis. Dia mengepalkan tangannya dan mengangkatnya di depan wajah, sedangkan Hana dan Kikan yang melihat hanya bisa mengernyit bingung sampai tanpa aba-aba Olfie menyembulkan jari tengah ke arah kedua gadis itu membuat mereka tertohok.

"wah, lo liatkan?" Hana kembali heboh, ia memutar kepalanya menatap Kikan meminta pengakuan.

"tuh orang emang kurang ajar banget! Liat deh, mukanya kaya ngajak berantem!" cerocos Hana.

"yaudah, sih! Gak usah dipeduliin, bentar juga lari tuh cowok!"
Hana yang hendak protes akhirnya bungkam. Ia menatap pemuda yang masih berdiri disana dengan sinis dan beralih menatap Kikan. Benar juga, ia harusnya tak se-sensi ini. Ia masih memegang prinsip tak akan mengurus urusan cowok itu jika tak menyangkut apa-apa dengan dirinya.

"dari pada duduk-duduk gaje disini, mending ngantin aja. Gue traktir pop ice, deh," ajak Kikan pada akhirnya dan dibalas anggukan semangat oleh Hana.

"DEAL! Rasa mangga, OK?" balas Hana dengan wajah berseri-seri. Ia melompat dari duduknya dan menarik tangan Kikan menuju kantin. Menurutnya tak ada nikmat dunia selain ditraktir Kikan. Kikan cukup fancy dan cantik, tak ayal jika ia sering menjadi target buruan para cowok-cowok di SMA Ephrata. Sayangnya, Kikan tak pernah me-notice mereka. Jika ditanya alasannya, ia akan cepat menjawab, 'gue udah punya doi.' Yang bahkan sampai detik ini, Hana masih belum tau siapa orang itu.

Relation ShitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang