Kikan's Secret

25 13 0
                                    

Raut bahagia tercetak bebas di wajah Andika. Pemuda itu refleks memeluk Rosa yang saat itu berada di sebelahnya dengan sebelah tangan menjulur memperlihatkan texpack dua garis berwarna pink di hadapannya.

Sementara Rosa yang tanpa aba-aba langsung di dekap begitu saja tak bisa protes lantaran ikut merasa bahagia dengan respon Andika. Lain lagi dengan Hana dan Arya yang malah sibuk menikmati kue tart di hadapannya. Bersikap seolah tuli dan buta akan momen romantis kedua orang tuanya.

"udahlah, habisin aja. Biarin mereka terjebak di dunia romantic mereka." Tutur Arya yang begitu lahap menikmati potongan kuenya.

Hana manggut-manggut. "ho'oh hwabisyin ajhaa, terows naek ke atwas bwat bobok, ukhukk..ukhukkk." Hana tersedak oleh kue yang memenuhi rongga mulutnya. Cepat-cepat Arya mengambilkan soda yang ada di atas meja untuk menolong Hana.

"makanya kalo makan langsung telen! Jangan malah lo simpen di mulut dulu!" Arya kembali mengomel setelah menyerahkan segelas minuman ke arah Hana. Sedangkan gadis itu segera meneguk minumannya tanpa meladeni omelan Arya yang hari ini begitu mengganggu.

Setelah merasa baikan, Hana meraih kotak berbungkus kertas kado dari bawah meja dan menyerahkannya pada Andika. Laki-laki itu tampak merekahkan senyumnya.

"dari Hana?" imbuh Andika meraih kado itu dan membukanya. "dapet duit dari mana beli beginian?" Andika mengangkat sebuah ikat pinggang berwarna hitam dengan desain modis ke udara. Membuat ketiga orang di sana bisa melihatnya dengan laluasa.

Hana tersenyum najis sembari mengapitkan rambutnya di belakang telinga.

"beruntung teh, Hana yang geulis ini orangnya baik, pinter, dan rajin menabung. Hana bisa memperoleh barang itu dari kerja keras Hana."

"alah, paling juga ngejambret lo!" cibir Arya sinis menonyor jidat Hana tanpa kasihan.

"ih, mulutnya kaya gak pernah di sekolain aja. Hana membeli itu setelah menabung beberapa lama, tau ga! Emang kaya abang, pengen beli sesuatu mesti minta di mama dulu?" sewot Hana yang jadi kesal sendiri.

"ih, militnyi kiyik gik pirnih disikiliyin iji." Ledek Arya lalu mencomot kue dihadapannya.

Andika dan Rosa hanya bisa menggeleng-geleng melihat ketidakakuran kedua anaknya.

"udah, sekarang kalian naik sekarang. Cuci kaki, sikat gigi, terus tidur. Besok kalian masih harus sekolah!" titah Andika kepada kedua anaknya itu. Arya dan Hana hanya bisa manggut-manggut mengiyakan dan segera menuju ke kamar masing-masing.

Hana dan Arya yang malah berjalan beriringan menaiki tangga saling melancarkan acara senggol-senggolan masing-masing. Arya yang berjalan terus saja menghimpit Hana agar kesulitan untuk bergerak, sementara Hana tidak diam begitu saja. Berulang kali dia melawan dengan menyenggol balik atau bahkan mencubit pinggang Arya yang akhir-akhir ini menjadi favoritnya.

"udah lah bang, cape. Dari pagi berantem mulu." Akhirnya Hana mengibarkan bendera putih—bukan bendera orang meninggal, amit-amit deh—dan masuk kedalam kamarnya. Berdebat dengan Arya ternyata menguras seluruh tenaganya.

Tangan Hana meraba-raba dinding kamar, mencari letak tombol lampu untuk menerangi kamarnya yang gelap gulita lalu lompat ke atas kasur menikmati hembusan angin sejuk dari penyejuk ruangan.

** ** **

Ting!

Han, gw ad d perpus.

Samperin gih, kita latian musikalisasi puisi

Iya, gw otw

Setelah mengetik pesan itu Hana memasukkan ponsel ke dalam saku seragam. Perhatiannya sedikit teralih saat tak sengaja ia menangkap sosok Tika berdiri di depan pintu.

Relation ShitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang