Flashback

39 14 0
                                    

"Gue janji bakal selamatin kalian kalo sampe kena bully lagi. Pokoknya kalo udah digangguin Iqbal lo tinggal hitung satu sampe tiga puluh. Nanti gue bakal dateng dan kita bakal nonjok Iqbal sama-sama."

"tapi kalo Olfie sama Fajar malah ngebales gimana? Mereka kan sahabatnya Iqbal." Sanggah Meteor dengan dahi mengernyit. Sedikit ragu atas rencana Komet untuk membalas perlakuan Iqbal.

"ga, mereka cuma sahabatan. Olfie sama Fajar ga bakal ikut campur. Gue ga mau kalian di tindas terus sama Iqbal. Pokoknya kali ini, kita coba buat balas aja. Urusan belakang biar tuhan yang urus."

"tapi perasaan gue ga enak, KOMETEOR," Sahut Planet menatap lantai. "gue ga yakin ini bakal berhasil."

Komet berdecak. Menepuk bahu Planet sebagai bentuk kekuatan.

"kita mesti coba. Yang jelas kita bisa ngeliat gimana respon Iqbal kalo kita berusaha balas dia."

Planet dan Meteor mengangguk. Nama kecil yang mereka gunakan adalah ide dari Komet. Komet yang berarti benda langit yang miterius. Meteor yang berarti benda langit yang mengorbit dengan mengelilingi lintasan yang tidak tetap. Dan Planet adalah benda langit yang gelap dan tidak mempunyai cahaya sendiri.

Semua definisi itu adalah hasil dari pencarian mereka diperpustakaan sekolah selama berjam-jam. Turut mengumpulkan teori dan menggabungkannya menjadi satu. Dan jadilah nama panggilan persahabatan mereka.

*** *** ***

"WOY!!"

Hana dan Kikan menoleh, mendapati Iqbal tengah memandangi mereka sambil menggerakkan telunjuk kedepan dan kebelakang seolah memanggil untuk menghampiri. Kedua gadis itu terdiam sebentar, cukup lama memperhatikan sekitarnya. Tak ada tanda-tanda kehadiran Sagara. Sudah dua hari anak itu tak masuk sekolah tanpa alasan yang jelas.

"ngapain bengong? Nunggu gue yang langsung samperin kesitu?" tanya Iqbal dengan nada mengintimidasi. Hana dan Kikan cepat-cepat berlari menghampiri Iqbal dan berlutut dihadapan cowok itu.

Hana melirik Fajar dan Olfie yang berdiri tak jauh di belakang Iqbal. Bertindak seolah tak peduli dengan perlakuan Iqbal kepada kedua gadis itu.

"ikan, lo coba nyanyi topi gue bundar terus si gendut nyanyi burung kaka tua." Titah Iqbal mengangkat dagu seolah tak ingin dibantah.

Hana dan Kikan hanya bisa saling pandang mendengar itu. namun gertakan Iqbal segera membuat mereka menyanyikan lagu masing-masing.

"topi saya bundar.."

"burung kaka tua..."

"hinggap di jendela.."

Kikan tidak fokus dengan lagunya hingga tak sengaja mengikuti lirik lagu dari nyanyian Hana. Sontak siswa yang ada disana terbahak mendengar itu. kecuali Iqbal yang hanya menyeringai remeh.

"nyanyi yang bener, gob*ok!" makinya membuat gadis itu kembali melanjutkan nyanyiannya.

"kalo tidak bundar..."

"nenek sudah tua..."

"bukan gigi saya..."

Semuanya kembali tergelak. Kikan keliru lagi. Dia meremas tangan Hana yang kini menggenggam tangannya. Menunduk dalam, kini mulai berhitung dalam hati.

"anak sial! Gendut lo, mati aja sana." Cowok itu tak henti mengguyur air ke kepala Kikan dan Hana. Kedua gadis itu hanya bisa meringis menahan dingin dan menangis.

'tenang, Net. Komet bakal selamatin kita.' Kikan kembali menggumam, mengucapkan angka-angka secara berurut dari satu sampai 30 namun Komet tak kunjung menampakkan diri.

"anak sialan! nyanyi doang ga bener. Mau jadi apa lo, hah?" Iqbal hendak menyirami kedua gadis itu lagi namun Fajar dengan cekatan menangkap tangan Iqbal.

"udah, kak Iqbal. gue ada koleksi PS, kita main aja, yuk."

Alis Iqbal terangkat sebelah, memandang Fajar lekat dan menepis tangan cowok itu.

"ga usah, main gini juga seru." Iqbal kembali menuang air putih yang ada ditangannya dan membiarkan angin AC berhembus menyapu tubuh kedua gadis itu. mau tak mau Fajar segera melepas jaketnya dan memasangkannya di tubuh kedua gadis itu dan membawanya pergi.

Meninggalkan Iqbal yang hanya menyunggingkan senyum sinis melihat aksi heroik adik kelasnya itu.

*** **

"HWAA!! komet kenapa ga dateng? Gue udah hitung sampai 57." Kikan memekik dengan air mata yang terus berjatuhan membasahi pipinya. Teman-teman ceweknya kini sibuk membereskan penampilan kedua gadis yang basah kuyup itu.

Kikan melirik Hana yang masih bungkam. Lalu turun menatap kepalan tangan gadis itu.

"Han? Lo ga papa?" tanya Kikan cemas melihat kondisi Hana yang jauh dari kata baik-baik saja. Tentu meksipun diluar gadis itu hanya berantakan karena guyuran air, tapi jauh didalam lubuk hatinya, gadis itu menangis sejadi-jadinya.

Tangan Kikan dihempas kasar oleh Hana. Gadis itu segera beranjak dari bangkunya dan menghampiri meja Komet yang ada disebelah bangkunya dan kikan, lantas mengeluarkan secarik kertas dari dalam laci.

'komet adalah benda langit yang misterius. Komet sering muncul di langit untuk beberapa hari(relative pendek), kemudian hilang kembali."

Gadis itu tersenyum miring. Sudah ia duga kelanjutan dari kutipan definisi Komet.

"sama seperti namanya, komet sering muncul di langit untuk beberapa saat dan hilang kembali."

Dia terdiam lagi. Mengingat sesuatu lalu meremas kertas itu.

"iya,urusan belakang. Biar tuhan yang urus."

Relation ShitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang