4 ; pulang

78 15 5
                                    

Mobil yang gue kendarai malam ini melaju cepat di jalanan tol menuju salah satu stasiun kereta api yang berada di kawasan jakarta, jari tangan gue tak henti-hentinya mengetuk stir mobil sambil bergumam pada diri sendiri semoga gak telat, semoga gak telat.

Setelah seminggu menetap di kampung halamannya karena ada acara keluarga, hari ini Sungwoon pulang menggunakan kereta api, kemarin gue janji mau jemput dia di stasiun, tapi nyatanya tadi gue terlalu asik main di depan laptop sampai-sampai lupa kalau hari ini gue ada janji jemput dia.

Setelah memarkir mobil gue langsung berlari masuk kedalam stasiun dan mencari sosok Sungwoon, syukurnya tak perlu menghabiskan banyak waktu akhirnya gue menemukannya, sedang duduk di bangku yang ada di dekat pintu masuk, menatap orang-orang yang berlalu lalang dengan tatapan kosong, walaupun wajahnya tertutup masker hitam gue bisa melihat wajah lelahnya. Gue gak langsung mendekat kearahnya melainkan mematung di tempat, menyalahkan diri sendiri dan merasa bersalah udah membiarkannya menunggu entah berapa lama.

Gak lama setelahnya gue memberanikan diri mendekatinya, menepuk punggungnya, "Hai," sapa gue, ia menoleh dan langsung berdiri setelah sadar bahwa saya yang menyapanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gak lama setelahnya gue memberanikan diri mendekatinya, menepuk punggungnya, "Hai," sapa gue, ia menoleh dan langsung berdiri setelah sadar bahwa saya yang menyapanya. Matanya menyipit, dibalik masker yang ia pakai gue bisa merasakan ada senyuman hangat darinya. Lagi-lagi gue merasa bersalah.

"Maaf ya udah nunggu lama...." ujar gue, gak berani menatap matanya, "Aku baru nyampe kok, udah yuk pulang." jawabnya lalu menarik tangan gue pergi.

"Aku aja yang bawa." ucapnya setelah kami sampai di parkiran, gue langsung menggeleng. "Gak! kamu duduk diem aja ya, istirahat. Pasti capek kan?" ia menggeleng. Ah, gue lupa tentang fakta bahwa ia juga keras kepala. "Gak lucu kan kalo nanti kamu ngantuk terus tidur pas lagi nyetir, aku masih mau selamat, Wun." ujar gue blak-blak-an. Kalau gak pakai jurus ini pasti dia tetap kekeuh ingin bawa mobil.

Tapi ternyata ekspektasi gue salah, dia malah ngambil kunci mobil yang ada di tangan gue dan langsung lari lalu duduk di kursi pengemudi. Gue hanya menghela nafas dan akhirnya duduk di kursi penumpang di sebelahnya.

Di dalam mobil gak ada yang memulai percakapan, hanya terdengar lagu dari radio. "Kamu tadi nyampe jam berapa?" Gue memberanikan diri bertanya. Sungwoon menoleh sebentar ke arah gue lalu pandangannya kembali lagi ke arah jalanan, "Jam lima," jawabnya santai, gue refleks berteriak, "HAH???! Kok gak telpon sih? kamu nunggu dua jam duduk di tempat tadi?" Sungwoon mengangguk, tertawa kecil lalu mengacak pelan rambut gue dan setelah itu menyodorkan telapak tangannya ke depan wajah gue, membuat gue bingung, apa maksud dan tujuannya? "Maksudnya apa nih? minta uang?" Tanya gue polos, Sungwoon terkekeh.

"Tangan kamu." "Mau gandeng?" "Mau aku ramal." Gue tertawa lalu membalas genggamam tangannya. "Apa deh maksudnya tiba-tiba pengen gandengan gini? takut aku ilang?" Tanya gue yang masih bingung karena tumben banget dia begini??

Sungwoon cuma senyum-senyum doang, dih nyebelin.

"Dua jam tadi mah gak ada apa-apanya," Sungwoon tiba-tiba mengeluarkan suara,

"Dibandingkan kamu yang dulu nunggu aku sampe dua tahun," jelas Sungwoon, "kalo mau tidur nyendernya di pundak aku aja jangan di jendela, nanti kejedot." lanjutnya dan gak gue gubris.

Gue tertegun mendengar ucapannya, pikiran gue melayang, membawa kenangan tiga tahun lalu waktu gue hanya bisa menyukainya dari jauh, dalam diam, memendam perasaan suka selama bertahun-tahun. Tanpa ada satupun yang tahu.

Hanya gue dan Tuhan.

us, today. ; ha sungwoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang