5 ; obat

62 11 5
                                    

Seharian ini kerjaan gue cuma tidur di kamar, sebenernya hari ini ada kelas tapi badan gue manja karena kemarin malem tiba-tiba nge-drop dan demam sampe hari ini.

Bosen banget sumpah dari pagi sampe sore gini gue cuma di kamar doang gak keluar sama sekali. Mandi pun belum.

Handphone gue berdering menandakan ada telpon masuk, dari Sungwoon.

"Halo?" sapanya dari sebrang sana.

"Halo, ada apaan, Wun?" jawab gue dengan berusaha mengatur suara gue agar terdengar biasa aja gak kayak orang sakit, iya, gue belum ngasih tau dia kalo gue sakit. Lagipula cuma sakit demam biasa kok, gak penting-penting banget.

"Boleh masuk gak?" tanyanya dan membuat gue heran, "masuk mana?" gue balik bertanya.

"Kamar kamu," jawabannya membuat gue mengernyit heran. "Lah, emang kamu dimana?" pertanyaan gue terdengar bodoh.

Sungwoon terkekeh di sebrang sana, eh, atau di depan pintu kamar gue? entahlah. "Ya di depan kamar kamu lah, cepetan jawab boleh masuk gak?" ucapnya yang langsung gue jawab iya.

Setelah memutuskan sambungan telpon, pintu kamar gue langsung terbuka sedikit lalu muncul kepala Sungwoon di selanya, "sore Mba, saya dari gojek yang kemarin." ucap Sungwoon dengan cengiran khasnya yang membuat matanya hampir hilang.

Gue tertawa melihat tingkahnya, "gak jelas ih! kamu mau masuk apa mau disitu terus?" tanya gue dan langsung dijawab cepat, "masuk lah!"

Sungwoon dengan penampilan santainya seperti biasa, hanya sweatpants hitam dan hoodie oversized-nya yang membuat badannya seperti tenggelam dalam hoodie-nya.

Ia memberi gue sebuah plastik kecil, "nih pegang dulu," lalu ia pergi mengambil bangku yang ada di meja belajar gue dan menyeretnya ke samping tempat tidur gue lalu duduk diatasnya, gue menerima plastiknya dan betapa terkejutnya gue saat mendapatk...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ia memberi gue sebuah plastik kecil, "nih pegang dulu," lalu ia pergi mengambil bangku yang ada di meja belajar gue dan menyeretnya ke samping tempat tidur gue lalu duduk diatasnya, gue menerima plastiknya dan betapa terkejutnya gue saat mendapatkan berbagai macam obat di dalamnya, dari obat diare sampe pegal linu ada semua. "Aku gatau kamu sakit apa, tadi temen kamu cuma bilang kamu gamasuk karena sakit doang, makanya aku beliin semua obat ini." jelasnya.

Gue antara terharu karena dia rela beli obat segini banyaknya dan mau ketawa karena liat wajah watadosnya, mau peluk tapi gengsi.

Jadi gue cuma ketawa doang. "Kenapa gak nanya ke aku sih? kan sayang uangnya buat beli obat segini banyaknya." tanya gue, "nanti jadinya gak surprise. Lagian kamu sih gak bilang-bilang kalo sakit." jawabnya dan lagi-lagi membuat gue tertawa, "emangnya aku ulang tahun apa dikasih surprise segala! gak ah..... takut ganggu kamu, ini juga cuma demam biasa." jelas gue.

Sungwoon gak menjawab melainkan membuka satu plastik lagi yang dari tadi ada di pangkuannya, "aku tau kalo bawain kamu bubur pasti gaakan abis jadinya aku bawain nasi tim." ocehnya sambil membuka kotak sterofoam. "Nih, makan." gue menggeleng pelan, "gamau......... kenyang....." ia melotot, "kenyang apaan! tadi kan sebelum ke kamar kamu aku tanya bunda kamu dulu kamunya udah makan apa belom terus katanya kamu belom makan! kenyang makan angin ac ya kamu?! makan dulu ah nanti gimana minum obatnya? aku suapin ya???" ocehnya panjang lebar. Tanpa sadar gue tersenyum melihat tingkahnya kalo udah bawel begini.

Setelah beragam paksaan dan rayuan dan tak lupa dengan segala gaya suapan, dari gaya pesawat terbang sampai hiu loncat akhirnya nasi tim-nya habis setengah dan gue juga udah meminum obat yang tadi ia belikan, gak semuanya, obat demam aja yang gue minum. "Nah gini dong, gadis pintar!" pujinya seraya merapihkan bekas makan gue tadi, gue hanya menjawab dengan jawaban, "pinter lah, emangnya kamu." yang lalu dibalas dengan jitakan pelan di kepala gue.

"Karena pasiennya udah makan, udah minum obat. Dokternya pulang dulu ya." ujarnya, "tadi katanya kamu gojek!! kok sekarang jadi dokter??" ia cengengesan, "ini fitur baru di gojek namanya go-dokter!" jelasnya, gue tertawa, "ih apaan sih, ngacooo!"

Sungwoon berdiri dari tempat duduknya lalu tiba-tiba merentangkan tangannya, gue kira dia cuma mau ngulet, tapi rentangan tangannya gak turun-turun sampe akhirnya dia bilang, "susah banget ya punya pacar gak ngerti kode," gue hanya menaikkan satu alis, "peluk mand peluk!!!! nanti kalo akunya udah pulang kamu gak bisa minta peluk lagi, harus nunggu sampe besok." ocehnya lalu dengan sigap gue memeluknya, daripada dia ngoceh mulu.

"Enak ya kalo kamu duduk gini, akunya jadi berasa tinggi." candanya, "eh tapi Mand," gue berdeham, "belom mandi ya?" gue mengangguk pelan, "pantesan bau!" gue mencubit pinggangnya, "enak aja!" Sungwoon hanya tertawa lalu berujar seraya menepuk-nepuk pelan kepala gue, "enggak kok engga! masih kayak biasa kok masih wangi minyak telon. cepet sembuh bayiiiii!"

Setelah mengucapkan selamat tinggal dan terima kasih, akhirnya Sungwoon pulang walaupun awalnya dia bilang mau nginep aja disini biar dia bisa mastiin gue tetep makan dan minum obat dan dia bilang dia bisa tidur di kamar Bang Maul tapi berhasil gue larang karena besok dia ada kelas pagi.

Kalau boleh jujur, obat gue tuh sebenernya bukan obat-obat yang tadi Sungwoon bawa. Tapi dirinya sendiri udah jadi obat paling ampuh buat gue.

us, today. ; ha sungwoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang