Kebisingan yang terjadi disekitar seolah angin lalu, terdengar menggema namun tak sungguh-sungguh bersuara ditelinga. Seluruh tubuh terasa kebas, seperti mati rasa. Padahal rasa sakit itu justru terasa hanya pada satu bagian tubuh, yaitu hati. Walau begitu hal yang dilakukan sedari tadi hanya satu, terus terdiam tanpa suara. Padahal sebelumnya, wanita itulah yang paling lantang berseru. Meneriaki siapa saja dan menyuruh mereka untuk menemukan keberadaan sang putra. Namun sekarang hal yang terjadi justru sebaliknya, ketika dia mematung diam tak bergerak.
"E-eomma.-"
Siwon mencoba dengan keras mengembalikan kesadaran sang Eomma, saat keadaan wanita itu begitu mengkhawatirkan. Ketika keterdiaman itu terasa lebih dari teriakan histeris yang sebelumnya Hanna tunjukan, sehingga pemuda itu berusaha keras untuk menyadarkannya. Walau usahanya terasa begitu sia-sia, saat pengabaian penuh didapatkannya.
"-Aku mohon, jangan bersikap seperti ini Eomma."
Bahkan saat pemuda tampan itu memohonpun, Hanna tetap pada keterdiamannya. Seolah berada di awang-awang, hanya saja air mata yang mengalir dari kedua nectar coklat tak sekalipun berhenti. Wanita itu terus menerus menangis dalam bungkamnya, namun tak lagi mengeluarkan sepatah kata dalam hatinya.
Kini dia kembali merasa gagal, dan kegagalan ini entah untuk yang keberapa kalinya. Tak terhitung dan tak sanggup dihitungnya. Jika melakukannya, maka Hanna akan membenci dirinya sendiri jauh lebih besar dari saat ini. Ketika kebenciannya saat ini saja terasa tak tertahankan, bagaimana dengan berkali-kali lipat setelah dia memupuk semua itu dengan ribuan kesalahan yang telah dilakukan. Hanna mungkin akan merasa segan untuk hidup di dunia ini lagi.
"Hyung, kau diminta bersaksi oleh polisi. Eomma, biar aku yang menjaganya." Siwon merasa berat meninggalkan sang Eomma, namun mengingat niat mereka ikut turut mendatangi kantor polisi. Sehingga sekarang, pemuda itu menuruti intruksi walau dengan berat hati melepaskan kedua tangan dingin Hanna.
"Perhatikan keadaan Eomma, dia tidak dalam kondisi baik."
"Aku tahu, Hyung. Aku akan menjaga Eomma dengan baik."
Mengangguk, Siwon menyentuh bahu sang Eomma lembut baru kemudian beranjak dari duduknya. Berjalan meninggalkan kedua orang tersebut, sedang Kibum memilih untuk duduk ditempat Siwon sebelumnya duduk. Namun berbeda dengan apa yang dilakukan oleh Siwon sebelumnya, Kibum memutuskan untuk tak membuka suara. Dan memberikan sang Eomma ruang, untuk dapat menenangkan diri. Sehingga sekarang, mereka berada dalam suasana hening yang tak menenangkan. Ketika gemuruh dalam hati terasa semakin besar, seiring berjalannya waktu.
"Kyuhyunnie, dia masih hidup bukan?-" Bibir bergetar itu akhirnya melirihkan sebuah tanya putus asa, saat sesungguhnya hening terasa lebih menyiksa. Membuat pada akhirnya Hanna membuka suara, menyuarakan keresahan dalam dada. Dia takut, amat sangat takut. Jika semua ketakutan menjadi kebenaran mengerikan, bahwa Kyuhyun sang putra sungguh-sungguh berpulang pada-Nya.
Sedang Kibum sendiri bungkam, tak tahu jawaban seperti apa yang harus diberikan. Dia tak sepintar Siwon dalam hal membujuk, sehingga kalimat Hanna yang seharusnya dijawab dengan begitu mudah menggunakan kalimat menenangkan justru berakhir menjadi tanya tak terjawab.
"-Dengan jantung yang berdetak, serta napas yang berhembus dengan baik. Dia masih hidup dengan sebaik itu, bukan?" Hanna mulai kalut, pikiran buruk mulai masuk dengan tak terkendali. Membuat wanita itu meledak dalam kekhawatiran, sehingga tanya dalam hati akan keadaan Kyuhyun terucap begitu saja. Dia ingin memastikan, agar dada tak terasa sesakit sekarang.
"Eomma."
"Kemarin dia memelukku dengan begitu erat.-" Tubuh meremang, saat mengingat pelukan Kyuhyun malam kemarin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dust (Sequel Wall)
FanfictionAmazing Cover by Kuroi_Ilna Dust (Sequel Wall) Main Cast : Cho Kyuhyun, SJ-Member Family, DBSK, and Others Genre : Family, Brothership, Friendship, & Angst Summary : Dunia, akankah kembali melukainya? Ketika tembok itu runtuh, melebur menjadi serpih...