Part 4 (Ketakrelaan)

1.7K 238 46
                                    

"Selamat sore-" Sebuah salam diserukan, tepat saat pintu dihadapan terbuka. Pemuda tinggi memasuki ruangan, dengan sapaan sama yang selalu diucapkan. Walau sangat jelas semua itu tak akan mendapat balasan, ketika seseorang yang berada didalam sana masih tertidur dengan tenang dan begitu lelap bahkan terlihat tak berniat untuk bangun sekalipun dari tidur panjangnya.

"-Ah lebih tepatnya selamat malam, maaf hari ini aku datang begitu terlambat." Dan permintaan maaf diucapkan, begitu bokong telah dengan pasti menduduki kursi. Kalimat itu terucap begitu saja, ketika hari ini dia memanglah datang amat sangat terlambat. Matahari bahkan telah tenggelam di ufuk barat, dan mulai digantikan sinar rembulan yang masih teramat samar. Dia tersenyum dengan begitu lebar, sampai memperlihatkan deretan gigi rapi nan putih yang dimiliki. Changmin selalu merasa tenang, ketika keberadaan pemuda asing tersebut memenuhi pandangan.

Lalu, tatapan dari sepasang mata hitam tersebut bergulir. Dimulai dari helaian rambut gelap lembut, yang jatuh melekat pada bantal yang tak pernah ditinggalkan barang sekalipun. Berlanjut, kearah sepasang kelopak mata yang terus menerus terpejam seolah enggan terbuka untuk memperlihatkan warna apa yang tersimpan dibaliknya. Bibir memucatpun, terkatup dengan begitu rapat. Dengan tubuh terbaring yang tak memiliki satupun tanda seperti akan terbangun dari segala mimpi indah dibalik lelapnya tidur. Changmin bahkan tak akan percaya kalau seseorang dihadapannya ini tengah tertidur, jikalau dadanya tak mengembang dan mengempis dengan ritme yang begitu stabil. Dan bukan boneka manusia seperti apa yang ada dalam bayangan terliar pemuda tersebut.

"Apakah mimpimu begitu indah?-" Sampai dia memutuskan kembali membuka suara, mengungkapkan rasa penasaran dalam satu bait kalimat. Changmin bukan tipe orang yang begitu ingin tahu urusan seseorang, namun ada saat dimana dia berubah menjadi sangat-sangat penasaran.

"-Sampai kau tak terlihat ingin terbangun dari tidurmu.-" Begitu keadaan yang tengah terjadi sungguh membingungkan hati. Pemuda dihadapan tak menunjukan sedikitpun tanda bahwa dia akan bangun, bahkan dalam keadaan yang tak begitu mengkhawatirkan sekalipun.

"-Tak inginkah kau untuk menatap dunia ini sekali lagi?" Dan berakhir mengungkapkan satu tanya yang sangat ingin dia dengar jawabannya. Tentang bagaimana pemuda tersebut berpikir, akan adakah ingin untuk melihat dunia ini kembali. Namun sayangnya, tanya itu justru terjawab dengan cara yang tak pernah Changmin bayangkan.

Tiitt...Tiitt...Tiitt...

Peralatan yang terpasang pada tubuh menunjukan kegiatan yang begitu berbeda dari sebelumnya. Bahkan tubuh yang tadinya terbaring tenang, kini justru terlonjak. Tersentak keras, dibarengi raungan segala macam peralatan medis yang terpasang apik. Walau begitu, wajah pucat itu tak menunjukkan roman berbeda. Hanya tubuhnya yang terus-menerus bergerak dengan cara mengerikan. Membuat Changmin melompat panik, kemudian menekan tombol pemanggil tepat disisi ranjang.

Tak sampai disana, pemuda tinggi itu bahkan berlari kencang kearah pintu ruangan. Membuka dengan cepat, selanjutnya berteriak dengan lantang. "HYUNG, YUNHO HYUNG!!!"

Seorang pria dengan jas putihnya keluar dari ruangan, kemudian mulai memacu langkah dengan kencang. Beberapa perawat mengikuti pergerakannya, dan kini mereka melangkah beriringan. Changmin yang masih begitu panik, berlari mendekati mereka. Siap kembali meledak dengan kecemasan yang memenuhi dada.

"HYUNG!"

"Kecilkan suaramu, jika tidak ingin kuusir! Kau mengganggu pasien lain disini." Memperingatkan sang adik dengan keras, Yunho tak ingin pemuda itu menambah kegaduhan yang tengah terjadi. Mereka berada di Rumah Sakit, sehingga ketenangan dan kenyamanan pasien menjadi prioritas utama.

"Keadaannya?"

“Pasien mengalami kejang, Dokter Shim.”

Mereka melanjutkan langkah, sehingga koridor tetap dipenuhi suara langkah kaki. Berlarian cepat, menuju ruangan tempat pasien tersebut berada. Beberapa perawat yang telah sampai mencoba menahan tubuh itu, untuk mengurangi pergerakan berlebihan. Sedang Yunho dengan segera memeriksa keadaanya.

Dust (Sequel Wall)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang