Tit..tit..tit....tit...tit...tit
Monitor meraung keras, seolah ingin menjawab tanya milik Kiho. Tak hanya sampai disana, ketika tubuh terbaring mulai tersentak tak beraturan. Seketika membuat Kiho melupakan kembali kemarahan, saat rasa khawatir memenuhi dada. Dia tak tahu, bahwa tanya justru akan membuahkan reaksi tak terduga seperti saat ini. Sehingga kepanikan yang kini pria itu rasakan, sebagai ganti rasa marah.
Tack
"Dokter...Dokter!!!" Menekan tombol pemanggil dengan tak sabar, dibarengi teriakan keras memanggil sang Dokter. Kiho tak tahu harus melakukan apalagi, ketika tubuh Jaewon tak juga berhenti tersentak. Bahkan berlaku sebaliknya, saat pria yang masih tak sadarkan diri mengelami sentakan-sentakan keras pada tak berhenti sampai beberapa waktu. Sampai rombongan Dokter dan perawat datang, bersiap memeriksa keadaan dari sang pasien yang berada dalam keadaan koma tersebut.
"Tolong minggir sebentar, Tuan. Kami harus memeriksa pasien."
Kiho mundur teratur, namun tak ingin pergi dari dalam ruangan tersebut. Dia tetap berada disana, bediri pada bagian sudut. Melihat bagaimana tubuh-tubuh itu mulai mengelilingi Jaewon, dan mencoba memberikan pertolongan. Kiho merasakan pikiran mulai bekerja diatas normal, ketika diri coba menggali ingatan serupa seperti saat ini. Bukan kejadian dua atau tiga tahun, namun sebuah kejadian yang terjadi beberapa puluh tahun. Saat usianya masih begitu belia, tak lebih dari tiga belas tahun.
Dia berada dalam ruangan serupa, keadaan menegangkan yang hampir sama. Namun dengan objek yang terlihat begitu berbeda, saat Jaewon yang terbaring diatas brankar justru masih berupa anak lelaki berumur sepuluh tahun. Kiho masih mengingat dengan benar hari itu, ketika kejadian memang terpatri kekal dalam ingatan. Dan dengan mudah tergali, jika Kiho telah mulai berhadapan dengan Jaewon. Hal yang membatasi perlakuannya terhadap Jaewon sang dongsaeng, walau Kiho sangat ingin berlaku begitu adil.
"AARRGGHH"
Anak sepuluh tahun tersebut meraung, berteriak dengan suara menggelegar. Kiho yang ketakutan, mengeratkan pegangan pada tangan besar pria dewasa yang berada tepat disamping. Dia bahkan tak mengenal siapa sebenarnya anak lelaki tersebut, namun karena saat mereka tiba disebuah rumah dan menemukan keberadaannya. Mereka dengan cepat membawa anak lelaki itu ke Rumah Sakit, dan Kiho masih belum mendapatkan jawaban atas tanya dari sang Abeoji. Walau begitu tak sekalipun mata berpindah, tetap melihat kearah anak lelaki diatas brankar. Dokter sibuk melakukan tugas, memeriksa keadaan dalam situasi kedua tangan dan kaki sang pasien dipegang erat. Saat tubuh terus menerus memberontak keras, Kiho tak tahu apa yang tengah terjadi sebenarnya.
Saat lengan baju lusuh terangkat, gigitan geligi berada diatas permukaan kulit. Tumpang tindih, saat bekas lama tertutupi yang baru. Terlihat menyakitkan, bahkan bagi Kiho yang hanya melihatnya saja. Dan entah sesakit apa yang dirasakan anak lelaki itu sendiri. "Saya rasa dia menggigit lengannya sendiri, agar tetap dalam keadaan sadar. Sehingga ketika anda menemukan, dia tidak dalam pingsan bahkan setelah tiga hari terjaga dan terkurung dengan mayat sang Ibu."
Tiga hari bukan waktu yang sedikit, apalagi dalam situasi yang dihadapi. Berada dalam ruang pengap tanpa makanan dan hanya dapat minum kemudian terkurung dengan mayat sang Eomma berada tepat disamping, anak sepuluh tahun mana yang akan masih tetap waras setelah menghadapi semua itu. Ditambah wanita itu bukan mati dengan wajar, ketika tanda bunuh diri yang justru ditemukan pada tubuh. Bahkan tak sedikit luka yang mereka dapati dari tubuh anak lelaki, dan sebagian besar Dokter itu simpulkan sebagai sebuah tanda kekerasan yang diterima sang anak lelaki. Dan semua itu pastilah dari satu orang, sang Eomma. Ketika selama sepuluh tahun, mereka hanya tinggal berdua.
"Abeoji.-"
"Namanya Choi Jaewon, anak lelaki itu adalah dongsaengmu."
"-Ne?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dust (Sequel Wall)
FanfictionAmazing Cover by Kuroi_Ilna Dust (Sequel Wall) Main Cast : Cho Kyuhyun, SJ-Member Family, DBSK, and Others Genre : Family, Brothership, Friendship, & Angst Summary : Dunia, akankah kembali melukainya? Ketika tembok itu runtuh, melebur menjadi serpih...