Raya POV
Hari ini adalah hari pertama aku mengikuti masa orientasi, sebenarnya agak takut sih, tapi kalo gak ikut di bilang nya gak sah jadi anak SMA, semoga saja gak ada kakak kelas antragonis macam di novel-novel.
Kulihat pantulan diriku di cermin, dan menelitinya takut ada yang kelewat, kan bahaya .
"Rambut kuncir dua, topi bola setengah, sepatu tali rapia, name tag dari kardus, tas dari karung."
Lengkap sudah.
Lah tapi kok malah kaya orang gila?
Kenapa di indonesia selalu seperti ini sih masa orientasi nya? Gak elegan banget.
Kenapa tidak mencontoh di luar negri saja? Siapa sih ketua pelaksana nya?Ingin rasanya aku memaki ketua pelaksana MOPD sekarang.
Setelah memastikan segalanya siap, aku beranjak ke lantai bawah menemui yang lain nya, melangkah menuju meja makan dengan seulas senyum untuk orang-orang yang paling berarti dalam hidup ku, siapa lagi kalo bukan keluarga.
"Pagi semua," sapa ku riang, tak lupa aku mengecup pipi mereka satu-satu, rutinitas pagi yang tidak boleh terlewatkan.
"Pagi Dek," balas mereka serentak.
Senyuman mereka seakan menjadi vitamin untuk ku menjalani hari, aku bersyukur memiliki mereka yang begitu menyayangi dan melindungiku, dan aku tak peduli jika ada di antara kalian yang iri dengan kehidupan ku.
"Gak usah cium gua Ray! Lo gak cantik, malah kaya gembel," ucap Kak Dava sambil tertawa puas, kenapa Kak Dava harus jadi kakak aku sih?
Puas bener liat adiknya tersiksa."Ihh jahat banget sih! Kak Arvan ... Kak Dav tuh!" adu ku merengek minta pembelaan.
"Jangan seperti itu Dav, Raya itu adik kamu!" peringat Kak Arvan tegas.
Memang Kak Arvan itu paling bisa di andalkan, makin sayang sama kakak ku yang satu ini.
"Memang aku punya adik?"
Wah ini sih perlu di ruqiah.
"Iya lah Dav, Raya kan anak papah juga" timpal Papah membuatku tersenyum menang .
"Lah bukannya Raya itu anak pungut ya, Pah?"tanya Kak Dava lagi.
Ingin ku berkata kasar!
"Huaaaa ... Papahh ... hiks hiks."
Ku peluk papah yang memang duduk tepat di samping ku, biarlah orang menganggap ku manja, karna kenyataan nya mungkin memang seperti itu, wkwk.
Dilahirkan menjadi perempuan satu-satu nya, membuat ku mendapat limpahan kasih sayang dari keluarga, mereka memang selalu memanjakan ku dengan segala hal.
Kudengar semua yang berada di meja makan tertawa, entahlah apa yang lucu, yang pasti aku semakin kesal.
Begini lah nasib jadi anak bungsu, lengkap sudah penderitaan mu, Ray.
"Sudah Dav, jangan usilin Raya terus, kasihan adikmu. Adek juga cepet sarapan nya nanti telat, inikan hari pertama kamu sekolah" ujar Kak Raka bijak.
Kak Raka memang yang paling dewasa, sifat nya yang hangat serta penuh perhatian, membuat ku nyaman berada di samping nya.
Setelah sarapan aku berangkat ke sekolah bareng Kak Dava, sebenarnya masih kesal sih, tapi ya sayang nya hanya dia yang bisa anterin ,apalagi kita satu sekolah, menghemat waktu istilahnya.
Papah, Kak Raka, dan Kak Arvan mempunyai kesibukan masing-masing, kadang aku kesepian karna mereka jarang sekali pulang cepat, tapi ya mau bagaimana lagi, aku tak bisa berbuat apapun selain berdo'a agar mereka di beri kelancaran, dan keselamatan dalam menjalani aktivitas nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Raya' Story✓
Fiksi RemajaApa salahnya jika aku kekanakan? Bukankah menyayangi tidak harus memandang kepribadian? Kenapa? Kenapa sifat kekanakan ku selalu dipermasalah kan? Aku memang selalu ingin dinomor satukan, tapi apakah itu salah? ☀️☀️☀️ Ini diari kehidupan seorang R...