(5) Expectation

1.5K 233 22
                                    

Sore itu langit benar-benar tidak bersahabat. Awan cumulus hitam tebal menggantung di langit, menyuarakan gemuruh besar hingga menggetarkan kaca-kaca jendela. Belum lagi derasnya guyuran air hujan dipadu dengan angin kencang dingin seakan menampar permukaan kulit.

Mingyu baru saja keluar dari kelas bersama dengan Seo Myungho, siswa asal Cina yang akhir-akhir ini kerap mengajarinya fotografi. Hal ini semua bermula sejak Mingyu mengetahui bahwa Wonwoo merupakan salah satu anggota majalah sekolah bagian dokumentasi. Jangan salahkan Mingyu, tetapi sejak insiden Ice Americano itu rasanya sulit sekali mengenyahkan wajah tegas nan kalem dengan hidung bangir yang selalu berkerut lucu ketika tertawa milik Wonwoo dari pikirannya.

Mingyu dan Myungho sampai di depan lobi sekolah yang penuh dengan siswa. Bukan, bukan penuh karena mereka sedang berteduh menunggu redanya hujan yang sepertinya tak kunjung jua. Melainkan asyik menyaksikan perang saudara antar dua Jeon, Jungkook dan Wonwoo yang sedang membara.

"ayolah Kook, hyung ingin pulang sekarang,"

"tidak bisa hyung, aku sudah janji duel futsal dengan Taehyung-hyung hari ini,"

"kalau begitu sepayunglah dengannya," tidak biasanya Wonwoo sampai sefrustasi ini, ia bahkan sampai menunjuk Taehyung yang sedari tadi hanya menonton pertengkaran mereka.

"tidak mau hyung, aku ini lelaki tulen. Macho. Tidak cocok sepayung berdua dengan lelaki. Kalau hyung sih cocok,"

"YA!!"

"Jungkook-ah, Wonwoo-hyung,"

"APA?!" sahut Kedua Jeon bersaudara bersamaan dan menoleh keasal suara. Sementara Mingyu entah dengan keberanian apa telah meletakkan tangannya pada bahu sempit Wonwoo. Ikut berdiri ditengah kerumunan, meninggalkan Myungho entah dimana. Menyadari seluruh mata terkunci padanya, Mingyu tertawa canggung.

"eum tidak apa-apa, hanya menyapa," Mingyu bersiap membuka payung sebelum berbalik, "aku duluan," lanjut Mingyu.

"tunggu Kiming,"

Mingyu berbalik menatap satu-satunya orang yang memanggilnya seperti itu, sementara Jungkook memuji kepintaran otaknya yang tiba-tiba saja melintaskan sebuah ide setelah melihat Mingyu.

"kau mau langsung pulang?"

Mingyu mengangguk, disambut ucapan yes tanpa suara oleh Jungkook, "aku titip hyungku ya Kim. Sampai jumpaa," usai mengatakan hal tersebut, bungsu Jeon berlari menerobos hujan beriringan dengan Taehyung yang tergopoh-gopoh karena belum membuka payungnya dengan benar.

.

.

Mengetahui pertengkaran antar saudara tersebut telah usai, kerumunan siswa tersebut membubarkan diri tanpa aba-aba. Menyisakan Wonwoo yang menggeram kesal sementara Mingyu mengerjapkan matanya bingung mencerna kata-kata Jungkook yang terlalu cepat.

"jangan pedulikan dia, pulanglah Gyu,"

Suara rendah Wonwoo menyadarkannya kembali, dilihatnya Wonwoo yang tengah mengeratkan sweater abu-misty tipis pada tubuhnya, seolah-olah mensugesti diri bahwa kain rajut tipis itu cukup melindungi tubuh kurus Wonwoo dari dingin. Mata Mingyu juga tidak minus untuk menyadari bahwa bibir hyungnya sedikit memucat efek angin kencang sore ini.

"hyung bagaimana?"

"aku tunggu reda,"

Seolah enggan bekerjasama, suara gemuruh dan beberapa kilat kembali muncul diatas langit-langit. Wonwoo segera meraih smartphone dan membuka aplikasi pesan, mengirimkan beberapa umpatan kepada Jungkook karena pergi begitu saja. Kemudian menatap Mingyu yang kini berdiri tepat dihadapannya. Bahkan terlalu dekat hingga Wonwoo harus sedikit menengadahkan kepala.

Kedua mata mereka bertemu, "hyung cuma punya satu payung?" Mingyu memecah keheningan tanpa memutus pandangan, suaranya yang pelan dan lembut seolah menumbuhkan kupu-kupu di perut Wonwoo berterbangan.

"dua, tapi kakakku membawanya hari ini," Wonwoo memutus pandangan keduanya pertama kali, ia memalingkan wajah dan menatap ujung sepatunya yang basah.

"kakak?"

"eum ya, begitu. Pulanglah Gyu,"

Mingyu menimang-nimang sebentar, memperhatikan lobi sekolah yang mulai sepi menyisakan satu hingga dua orang. Hati Mingyu tidak setega itu membiarkan lelaki manis dihadapannya menunggu redanya hujan seorang diri. Kemudian dengan tekad hati yang kuat, Mingyu segera membuka payung dan berlari menerobos hujan tanpa mengatakan sepatah kata apapun. Tanpa pamit.

Wonwoo memperhatikan punggung Mingyu yang berlari-lari di tengah hujan hingga kedua netranya tak lagi menangkap sosok lelaki berkulit tan tersebut. Ia sedikit mendesah kecewa, setidaknya ia pikir hanya Jungkook yang akan membuat harinya buruk saat ini. Tidak Mingyu. Lelaki yang sudah ia anggap sebagai adiknya sendiri itu selalu ada dimanapun dan kapanpun ia merasa kesulitan.

Tetapi sepertinya alam benar-benar sedang tidak berpihak dengannya. Wonwoo melangkah mundur, menghindari beberapa percikan air yang mengenai ujung sepatu. Ah, ia baru sadar, bahwa sebelum pergi Mingyu sengaja berdiri di hadapannya untuk melindunginya dari percikan air.

.

.

Hampir 20 menit berlalu, Wonwoo mendudukkan dirinya di lantai lobi yang kering. Ia sudah putus asa, sepertinya ia baru akan sampai dirumah petang nanti. Atau mungkin setelah Jungkook selesai futsal dan baru sadar bahwa ia belum sampai di rumah.

Wonwoo sibuk memikirkan situasi-situasi terburuk sampai ia merasa sesuatu yang hangat dan tebal menyelimuti punggungnya. Wonwoo mendongak, mendapati Mingyu yang bernapas terengah-engah dengan seragam basah hampir tak berbentuk.

Tanpa berbicara Mingyu meletakkan kedua tangannya disisi lengan Wonwoo, menuntunnya berdiri kemudian membetulkan letak coat panjang berwarna hitam miliknya yang terlalu besar di tubuh Wonwoo. Setelah itu menyodorkan sebuah payung yang masih tersegel rapi merk supermarket.

"untuk hyung. Hyung juga lelaki tulen, macho, tidak boleh sepayung dengan laki-laki lain. Hujannya sudah sedikit reda. Ayo hyung, aku antar pulang. Maaf menunggu lama,"

Teen, Age [MEANIE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang