(1) Getting Closer

4.4K 328 34
                                    

Ketika Lee-ssaem, guru mata pelajaran Sejarah sekaligus wali kelas 11-1 melangkah keluar kelas bersamaan dengan bunyi bel istirahat, seketika juga kelas menjadi ramai suara desah lega beradu dengan decit meja kursi serta geruduk langkah kaki beralaskan sepatu. Beberapa dari mereka segera berkumpul satu sama lain di sisi kelas, menunjukkan adanya kelompok-kelompok kecil dengan pemikiran yang berbeda-beda.

Sementara itu di sudut kelas, Kim Mingyu menggigit kuku jari telunjuknya. Sebuah kebiasaan menandakan ia tengah bingung dan gugup. Di hadapannya kini ada beberapa anak lelaki sebayanya yang berbincang akrab satu sama lain.

Inilah hal yang paling Mingyu takutkan, menjadi anak baru di sekolahnya mengharuskan ia untuk berkenalan lagi dengan orang baru, suasana baru, lingkungan baru. Mingyu bukan seorang introvert, bukan, justru di sekolahnya dulu ia termasuk sebagai golongan siswa populer dengan teman berlimpah dari kelas yang berbeda. Tapi tetap saja, untuk memulai pembicaraan Mingyu rasa ia belum memiliki bakat disana.

Mingyu perhatikan lagi beberapa gerombolan tersebut. Terdapat tujuh orang disana, dengan salah satu dari mereka duduk ditengah sebagai pusat. Mingyu menarik napas dalam-dalam kemudian menghelanya perlahan, ia menyerah. Mungkin ia akan berkenalan dengan mereka lain hari. Begitu pikirnya sampai seseorang menepuk bahu kanannya pelan.

Mingyu menoleh, mendapati seorang lelaki dengan mata sipit tajam bak rubah menatapnya ramah, "kau murid baru disini, kan? Ayo makan siang dengan hyung,"

.

.

Sedetik, dua detik, Mingyu terpana menatap pesona mata milik lelaki rubah itu. Ia segera berdeham dengan kikuk, kemudian menatap ke arah kanan dan kiri memastikan bahwa memang ia yang diajak berbicara.

"aku hyung?" tanya Mingyu pelan.

Lelaki bermata rubah itu tertawa kecil kemudian tersenyum di ujung bibirnya, "lalu siapa lagi," jawabnya.

Mingyu menggaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal kemudian mengangguk malu, "ayo hyung,"

Mendapat jawaban iya dari lawan bicaranya, lelaki bermata rubah itu berjalan menuju gerombolan yang sejak tadi diperhatikan oleh Mingyu. Lebih tepatnya ke arah seseorang yang sejak tadi menjadi pusat dari gerombolan tersebut.

"Hei Kook. Ayo ke kantin,"

Entah apa yang diomongkan oleh lelaki rubah dengan gerombolan itu, yang Mingyu tahu untuk beberapa saat gerombolan tersebut menatap dirinya dan lelaki rubah itu bergantian, sebelum akhirnya Mingyu sadar bahwa keesokan harinya ia sudah duduk di tengah-tengah mereka. Ikut bertukar canda hingga sang ketua bernama Jeon Jungkook merangkul bahunya dengan perasaan penuh sukacita, "Kau seru sekali Mingyu, mulai besok sering-seringlah bermain bersama kami,"

Mingyu mengangguk semangat kemudian memperhatikan wajah-wajah calon teman baru —oke, ia merutuki kembali kelemahannya dalam menghafalkan sebuah nama—yang juga menampilkan senyum hangat seperti Jungkook.

"Kook, hyungmu memang tidak pernah salah memilih teman yang sepemikiran dengan kita-kita," ujar salah satu dari calon teman baru Mingyu dengan hidung paling mancung dan sangat berisik yang akhirnya Mingyu ketahui bernama Lee Seokmin.

"hyung?" Mingyu menatap Jungkook heran.

"Iya, hyung. Lelaki yang mengajakmu berbicara kemarin. Dia kakakku, Jeon Wonwoo namanya,"

.

.

Next?

Teen, Age [MEANIE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang