Chapter 9 : Luka Baru
[][][][][]
Aku ingin menyentuhmu, mendekapmu erat saat kau menangis. Namun, apa masih pantas jika aku mendekapmu sedang aku yang membuatmu menjatuhkan air mata?
[][][][][]
Kalau saja ada mesin waktu yang bisa membawa mereka kembali pada masa lalu, dimana mereka bisa memperbaiki semua kesalahan, maka mereka akan membayar dengan apapun yang mereka miliki hanya untuk kembali ke masa lalu dan memperbaiki semuanya.
Sayangnya, tidak akan ada mesin seperti itu. Mereka hanya bisa memerhatikan masa lalu yang menyakitkan, menengok pada masa sekarang yang justru membuat mereka semakin terluka karena kesalahan.
Rasa sakit yang bersarang dalam hati hanya akan membuat mereka terjebak pada lubang yang sama, berputar pada satu tempat dan tak mampu menemukan jalan keluar.
Sama seperti halnya apa yang Nando inginkan sekarang. Rasanya, ia ingin sekali memutar waktu, kembali ke masa dimana dirinya dengan Sasya masih bersama--memberikan keputusan yang tegas pada Jenna agar tidak lagi mendekatinya karena dirinya sudah memiliki Sasya.
Tapi, apa daya? Perjodohan itu tak bisa dihentikan. Terlebih dengan Jenna yang membuat karangan jika cewek itu mengandung anak Nando.
Gila.
Kalau begini terus, Nando bisa gila. Dengan waktu yang singkat, ia terus menyakiti Sasya berulang kali. Walau Nando tahu jika Sasya bisa bahagia tanpa dirinya nanti, tapi ia tak mau melepaskan begitu saja.
Nando sudah jatuh terlalu dalam pada Sasya.
"Nando, kamu itu kenapa, sih?" pertanyaan itu meluncur dari Jenna yang kini tengah duduk di sebelahnya.
Cewek itu memandang Nando kesal. Saat ini keduanya sedang berada di rumah Nando. Tapi sang empunya hanya diam sejak kedatangan mereka.
Jenna berdecak pelan saat tidak mendapat respon dari Nando. "Terus aja kamu pikirin cewek nggak tau diri itu!" ketusnya yang langsung membuat Nando memalingkan pandangannya pada Jenna.
"Bisa nggak, lo nggak usah bawa-bawa Sasya? Gue nggak suka," ucap Nando tenang, namun nadanya menusuk.
"Kenapa?" Jenna bangun dari posisinya, berdiri dengan wajah angkuh di hadapan Nando. "Kenapa kamu nggak suka kalau aku bicara bawa-bawa cewek itu? Kamu mau marah? Kamu nggak terima kalau aku bilang dia cewek nggak tau diri?" lanjutnya.
Nando diam.
Tidak, bukan maksud Nando takut untuk menyahuti ucapan Jenna. Hanya saja, ia berusaha sekuat mungkin agar tidak membuat keributan.
Nando sudah cukup pusing dengan masalah kuliah, masalah perjodohannya dengan Jenna, dan yang terakhir karena Sasya yang kembalu sakit berkat dirinya.
Mungkin masalah pertama dan kedua masih bisa Nando kesampingkan, ia masih bisa menemukan jalan keluarnya. Namun, bagaimana dengan masalah terakhir? Nando belum mendapatkan jawabannya. Ia masih belum menemukan cara untuk tidak lagi menyakiti Sasya.
"Jawab, Nando!" Jenna berteriak kencang, membuat Nando yang sedang fokus pada pikirannya tersentak pelan.
Nando mengerjap, menatap Jenna tak percaya saat matanya menangkap ada air mata yang membasahi pipi cewek itu.
"Kenapa kamu masih mikirin cewek itu, Nando? Kenapa kamu nggak bisa lihat kalau ada aku di sini? Kenapa kamu nggak pernah mau kasih aku kesempatan?" Jenna terisak pelan, wajahnya marah, namun tidak dengan matanya yang memberikan tatapan sendu pada Nando.
Nando bungkam. Tak mampu menjawab semua pertanyaan yang diberikan Jenna padanya.
Jenna menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Isak tangisnya perlahan berubah menjadi tangisan pilu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Everything Has Changed [2] : Their Hurt
Teen FictionCerita ini kembali menyediakan kisah mereka; si kembar menggemaskan Austin dan Aurin, kakak-adik Sasya dan Reon, Cikha si gadis bermata abu-abu, dan Nando si pemuda dengan banyak tingkah lucunya. Cinta yang sudah melekat pada hati mereka membuat mer...