Chapter 10 : Biar Seperti Ini Sejenak

152 6 1
                                    

Aku ingin terus seperti ini, menjalani semuanya tanpa membatasi diri dan terus mengingatkan bahwa semuanya telah berakhir.

[][][][][]

Seperti yang sudah mereka rencanakan, akhirnya Austin dan yang lainnya memilih untuk pergi bersama. Dalam mobil van yang dikendarai oleh Abi, mereka bersenda gurau, saling mengejek dan menertawakan satu sama lain.

Mungkin untuk hari ini mereka semua melupakan apa yang sebenarnya sedang terjadi, meninggalkan sejenak pikiran mereka yang terus berputar pada satu masalah yang cukup rumit untuk remaja seumuran mereka.

Austin memalingkan pandangannya pada Cikha yang duduk di sampingnya, ia memberikan senyuman tipisnya pada cewek yang masih menggenggam erat hatinya itu.

"Kenapa?" Cikha melontarkan pertanyaan saat Austin masih terus menatap ke arahnya.

Austin menggeleng pelan. "Nggak apa-apa, cuma mau lihat kamu aja," jawabnya.

Cikha mengerjap. Ingin rasanya ia mencubit pipi cowok yang sampai saat ini masih menjadi pemenang di hatinya, ia terlalu gemas dengan tingkah Austin yang selalu bisa membuatnya salah tingkah.

Riko yang sedari tadi memerhatikan pembicaraan keduanya, mendengus. "Apaan banget Austin, najis!" sahutnya tiba-tiba.

Austin yang mendengar itu langsung mendelik, tangannya sudah siap ingin menyekik Riko yang duduk di kursi depan, namun tertahan ketika melihat Cikha menggeleng pelan.

"Bacot banget lo!" sungut Austin pada akhirnya.

Riko yang mendengar itu memberikan ekspresi mengejek dari spion, dan tentu saja Austin dengan senang hati memberikan tatapan tajam pada sahabatnya yang satu itu. Tunggu saja, Austin akan membalasnya, segera.

"Austin juga tumben banget jadi gombal gini." Reon yang sejak tadi memerhatikan dari kursi paling belakang bersama Aurin akhirnya angkat suara. Cowok itu mendengus geli kala kembali terngiang bagaimana cara Austin mengatakan kalimat yang membuat Riko langsung menyahut.

Austin merotasi matanya. "Gue ini bukan gombal... itu kenyataan kalau gue emang mau puas-puasin mandang Baby Grey," jawabnya santai.

Cikha yang mendengar itu tersipu malu.

"Sumpah demi keong racun dan kawanannya, Tin! Najis banget omongan lo!" teriak Riko yang tak tahan mendengar celoteh Austin yang menurutnya ngawur.

Abi yang dari tadi diam akhirnya tergelak. Cowok itu memukul stir sembari menertawakan tingkah lucu kedua sahabatnya itu. Sudah lama dia tidak melihat kejadian seperti ini semenjak Austin memilih untuk pindah ke luar negeri. Rasanya bahagia yang sempat tertahan karena kejadian yang membuat mereka semua terpencar kini sudah kembali.

"Kenapa sih? Kayaknya lo ribet banget dari tadi dengar gue ngomong ini itu. Cikha aja biasa," sahut Austin. Cowok itu kemudian melemparkan pandangannya pada Cikha. "Iya 'kan, Baby Grey? Kamu yang dengar aku ngomong biasa aja, kan?" lanjutnya.

Riko memutar tubuhnya, menghadap Austin dan Cikha yang kini memandang polos. "Tau nggak? Gue benar-benar nyesal udah meng-iyakan ajakan kalian untuk ikut jalan. Tau gini mending kalian berdua aja ngabisin waktu jalan, kencan, jadi gue nggak perlu pusing buat dengar omongan ngawurnya Austin." Riko menjeda sejenak. "Ini anak gue rasa benar-benar kangen sama lo, Cik, makanya jadi rada sakit otaknya," lanjutnya sebelum ia kembali memutar tubuhnya menghadap depan.

"Kakak memang gitu kalau kangen sama orang. Tapi aku nggak tau kalau ternyata kelakuannya kakak bisa makin parah kayak gini," ucap Aurin tiba-tiba, membuka kartu.

"Aurin!"

"Apa?" Aurin memberikan wajah polosnya pada Austin yang kini memberikan tatapan tajam pada dirinya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 23, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Everything Has Changed [2] : Their HurtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang