08. Promise Me Now

7.6K 513 337
                                    

Selamat malaaaaam 👋🏻 hehee

Disarankan membaca chapter ini sambil dengerin lagu Jimin - Promise, biar berasa aja gitu wkwk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Disarankan membaca chapter ini sambil dengerin lagu Jimin - Promise, biar berasa aja gitu wkwk

Selamat membaca! Semoga terhibur~

♡♡♡♡♡


Dua bulan kemudian...

Waktu telah menunjukkan pukul setengah sebelas malam. Di tengah kesunyian malam, suara derap langkah milik seorang pemuda menggema selagi dirinya menyusuri lorong demi lorong rumah sakit menuju ruang rawat inap bernomor 233 yang dihuni orang terkasihnya.

Tak dihiraukannya lagi rasa lelah akibat bertugas seharian. Tak peduli dirinya harus kembali berkeringat tipis, meskipun baru saja dia membersihkan diri. Karena baginya, mendengar laporan dari perawatnya bahwa Jimin mencarinya adalah hal yang lebih penting dari apapun.

Setibanya di ruang rawat inap sang istri, Jungkook memberi isyarat pada kedua perawatnya untuk menjauh, meninggalkan ruangan, membiarkan dirinya mengambil alih penanganan. Secara sukarela, kedua perawat itu pun patuh.

Miris rasanya melihat kondisi Jimin yang berantakan dengan lelehan air mata membasahi pipi. Dengan melihatnya saja ia tahu bahwa Jimin merasakan sesuatu yang membuatnya tak nyaman.

Kalau sudah begini, Jimin tidak lagi membutuhkan obat-obatan.

Jimin hanya membutuhkan satu orang, yaitu Jungkook, di sisinya.

"Jiminie, Sayangku ...." Suara bernada lembut itu berbisik selagi sebelah tangannya mengusap surai Jimin.

"Jungkookie?"

"Ya, Sayang, aku di sini. Ada apa, hm?"

Pertanyaan darinya tak disahuti oleh Jimin. Justru tangis pemuda berparas manis itu pecah, seoalah tak sanggup menceritakan apa yang dirasa.

Merasa tak tega, Jungkook segera menggeser tubuh Jimin. Menyediakan ruang kosong agar dirinya dapat ikut berbaring di sebelahnya. Lantas Jimin dibawa ke dalam pelukan, berikut usapan tangan yang diharapkan mampu menenangkan istri manisnya tersebut.

"Jangan menangis, Sayangku," ujarnya lirih seraya kembali berbisik, "nanti baby–nya ikutan sedih, lho." Jungkook mengingatkan, namun sayang, Jimin masih betah menumpahkan air matanya di dada bidang suaminya.

"Coba beritahu aku bagian mana yang sakit. Aku mana tahu kalau Jiminku tidak bilang." Jungkook masih enggan menyerah tanpa melepaskan dekapan.

"Ji-Jiminie hiks— tidak bisa ti-tidur, Kookie. Tubuhku rasanya sakit semua. Lidahku p-pahit. Rasanya tidak enak," keluhnya terbata.

"Sssttt, coba berhenti dulu menangisnya. Semakin kau menangis, semakin terasa nanti sakitnya. Sudah, tenang dulu, ya."

Selagi Jimin menenangkan diri, Jungkook membawa sebelah tangannya yang bebas pada laci meja di sebelah ranjang. Ia meraih sebuah toples kecil berisi permen rasa stroberi kesukaan Jimin, lalu mengambilnya satu. Tak lupa pula ia menarik beberapa lembar tisu di atas meja.

I Will Protect You (Kookmin) | BOOK IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang