Ceritaku, Kim Seokjin

406 70 3
                                    

"yes, Jung Hoseok?"
"I think that the conclusion of these theories..." dan ia melanjutkannya dengan kalimat yang pelan tapi lancar. Sangat sopan. Nada suaranya tidak meninggi, jika ada orang yang menyela ia menanggapi dengan ramah. Dan di akhir kalimatnya ia tidak segan mempersilakan siapapun untuk menambahkan atau mengkoreksi teorinya.

Anak yang baik. Tak heran Hoseok punya banyak teman bahkan dari luar korea meski menurutku bahasa inggrisnya tidak se-expert mahasiswa lain untuk kelasku. Ia berani mengambil tiga kelas internasional hanya dengan dalih hanya itu waktu yang sesuai dengan jadwal hidupnya.

"Hoseok-ah!" panggilku sambil berlari mendekatinya.
"nae seonsaengnim" ia berhenti lalu berbalik.
"ini sudah diluar kelas, just put down that honorifics" kataku, dia tertawa "mau kemana buru-buru begitu?"
"les privat"
"apa?" tanyaku heran, mana ada les privat untuk mahasiswa tingkat tiga.
"ya, les bahasa dan sedikit menanyakan tugasku" ia menjawab dengan nada biasa "hyung, aku harus buru-buru kalau tidak aku tidak diijinkan masuk oleh petugas, sampai jumpa, annyeong..." Hoseok berlalu sambil melambaikan tangan padaku.

Les privat untuk mahasiswa? Petugas?
Aku tertegun sejenak. Bingung.

"hey Hoseok-ah, boleh aku ikut?" teriakku.
Hoseok berbalik dan tersenyum lebar lalu dengan gestur tangannya ia mengijinkanku "kaja! Kita harus lari, bis nya segera datang" katanya. Akupun berlari mengikutinya.

.
.

Aku membungkuk ramah pada petugas-petugas yang menyapa kami. Nyata sekali kalau Hoseok begitu dikenal disana. Bahkan beberapa mencandainya dengan mengejek ia pasti sudah jadi orang kaya sampai melupakan tempat itu.

"seharusnya dua jam lagi tempat ini tutup, tapi aku sudah menyogok paman Yeol jadi kita diijinkan keluar dalam waktu tiga sampai empat jam" katanya ceria tapi aku tetap tak mengerti apa untungnya kami berlama-lama disana.

Di tempat itu.
Panti Rehabilitasi.

Ratusan pertanyaan berkelebat dikepalaku sampai aku bingung memilihnya. Lalu akhirnya otakku konslet dan aku hanya diam mengikuti kemanapun Hoseok melangkah.

"duduklah hyung" kata Hoseok mempersilakan, lalu kami kini duduk berhadapan di meja makan seperti di kantin.
Kalau kalian membayangkan meja kantin yang kumaksud adalah meja di sebuah ruangan besar seperti ruang makan di camp pelatihan atau mungkin penjara, bayanganmu tepat sekali.

"mereka sudah mulai bersiap untuk makan malam" gumam Hoseok sambil menengok ke kanan ke kiri "nah itu dia, wassup bro!" teriaknya pada seseorang dengan senyum lebar.

Aku menoleh, memperhatikan orang yang disapa Hoseok tadi yang datang tergesa-gesa dari arah dapur sambil membuka sarung tangan karetnya lalu diselipkan ke kantung celemek di depan perutnya seperti seekor kangguru.
Dia kurus, tinggi, bahunya cukup lebar, gagah, tapi muka kecil dan senyumnya membuatnya terlihat seperti anak remaja tanggung.

Anak remaja yang kukenal.

"Jin hyung" sapanya sambil tersenyum dan membungkuk tepat di depanku.
Mataku menyipit sedikit lalu aku melirik pada Hoseok.
"Kim Namjoon" jawabnya, mengenalkan si kurus tinggi ini padaku.

"JJINJJA? YAH... JASSHIK-IYA!" aku sontak berdiri dan memeluknya. Kupukul-pukul punggungnya sambil bertanya-tanya kemana saja dia selama ini.

Jadi Namjoon lah rupanya yang Hoseok sebut guru privatnya. Aku mengerti sekarang.

Pantas saja aku tak pernah melihatnya di kampus. Kupikir ia juga kuliah seperti Hoseok tapi di tempat lain. Selepas SMA aku loose contact dengan keduanya. Dan sungguh, tujuh tahun benar-benar merubah mereka. Bahkan sekarang Namjoon lebih tinggi dariku.

"kau tidak bilang akan kesini dengan Jin hyung" keluh Namjoon.
"memangnya kenapa?" tanya Hoseok.
"masa aku mengajarimu di depan dosen, aku malu" Hoseok dan Namjoon tertawa.
"no no, jangan hiraukan aku, aku akan duduk diam, lagipula aku tak mengerti apapun soal statistika" kataku lalu duduk di hadapan mereka. Sementara Namjoon duduk di samping Hoseok untuk mengajarinya.

My Other Half Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang