No matter what happens.
No matter how hard and easy.
No matter how life is going.
Till the end of the day , you will always be my other half.
[SHORT STORIES]
Dedicated to Kim Namjoon & Jung Hoseok Brothership.
Kalau kau tanya sejak kapan aku berada diantara orang-orang linglung ini, sejujurnya aku sendiri sudah lupa. Tapi kurasa sudah cukup lama. Cukup untuk tahu apa kelebihan dan kelemahan mereka. Cukup untuk tahu kapan mereka akan melankolis atau akan berubah konyol. Cukup untuk hapal kapan dan alasan apa yang membuat mereka akan meledak-ledak. Bahkan aku sampai bisa menyebutkan satu-persatu orang yang pernah mereka ajak ribut, bertengkar, atau saling tinju.
Tapi kalau mereka sendiri yang saling adu otot, saling pukul satu sama lain... Sungguh! Ini diluar nalarku! Tak pernah sekalipun dalam ingatanku mereka pernah berselisih sampai main fisik.
Karenanya aku berlari panik mengelilingi gedung sekolah menuju halaman paling belakang. Aku sedang di tengah-tengah pembicaraan dengan security sekolah di gerbang depan tadi, tapi lalu Jimin dan beberapa temannya berlari rusuh mendatangiku dan bilang Namjoon dan Hoseok sedang bergulat di halaman belakang sekolah.
Lalu saat aku datang, taman sekolah yang biasanya damai, sejuk, romantis, tiba-tiba berubah riuh. Semua siswa menonton mereka dari berbagai arah. Datang ke halaman belakang, mengintip dari sudut-sudut gedung, bersorak dari kelas di lantai satu, lantai dua, atau lantai tiga. Para perempuan berdiri agak ke belakang atau tetap diam di kelasnya dan menonton dari jendela. Sementara siswa laki-laki datang dan mencoba melerai tapi dengan takut-takut. Jelas saja, yang bertengkar adalah Jung Hoseok dan Kim Namjoon. Ketua berandal sekolah dan siswa tercerdas kesayangan guru-guru. Siapapun akan berpikir beberapa kali sebelum berurusan dengan mereka.
Dan ngomong-ngomong soal guru, kenapa tak ada satupun yang hadir disitu melerai mereka? Tanyaku, tapi langsung terlupa gara-gara panik.
Percaya tak percaya awalnya, tapi saat aku mendesak masuk keramaian dan mendapati Hoseok jatuh terjungkal dan Namjoon bergerak hendak meninjunya mataku membelalak.
"Namjoon-ah!!" teriakku, mencoba menghentikan gerakannya. Aku lalu mendorongnya dari depan, menghalanginya untuk maju memukul Hoseok lagi.
Syukurlah, tepat saat itu Jin juga datang dan langsung menahan Hoseok yg sudah kembali berdiri dan akan menyerang Namjoon lagi. "ANJ*** !! DASAR LICIK!!" sembur Hoseok segera. Padahal pelipisnya sudah sobek dan berdarah, napasnya tersenggal-senggal, tetap saja amarahnya masih memuncak.
"SHUT THE F*** UP!!" balas Namjoon, sama kerasnya dengan teriakan Hoseok tadi. Jimin sekarang membantuku menahan badan besar Namjoon.
"SIAPA LAGI KALAU BUKAN KAU??!!" "TAK ADA UNTUNGNYA BAGIKU" "KAU YANG MENGATURNYA!" "OTAKKU TAK SEKOTOR ITU!"
Keduanya tak henti saling berteriak dan mendorong para penghalang mereka Jimin, Jin, dan aku. Tangan mereka menggapai-gapai masih saja ingin meninju atau minimal merobek baju lawannya.
"yah! Hoseok-ah!" "hyung! Hentikan!" Jin dan Jimin membantu menenangkan keduanya. Sayangnya telinga mereka terlalu tuli tertutup amarah.
Hingga akhirnya kesabaranku habis dan aku mendorong Namjoon dan Hoseok sampai terjungkal ke belakang.
Aku terengah-engah sambil memandang tajam mereka berdua.
"berisik! Kalian bertengkar seperti perempuan!" ejekku, berusaha mengatur nada suaraku senormal mungkin
"tapi hyung_" "hyung dia_" "ikut aku! Kita selesaikan di ruang OS_"
Lalu BYYUUURRRRR!!! sebaskom besar air es, persis seperti sedang ice bucket challenge tumpah ke atas kepalaku.
Semua bersorak. Tak terkecuali Namjoon dan Hoseok yang langsung melompat-lompat mengelilingiku. Diikuti Jungkook dan Taehyung, pelaku utama yang mengguyurku tadi yang langsung memancing teman-teman lainnya ikut bernyanyi lagi hingga satu sekolah menyanyikan lagu ulang tahun untukku.
Aku hanya diam sambil tersenyum lebar. Berdiri di tengah-tengah, basah kuyup dari atas sampai bawah dan kedinginan. Memperhatikan teman-teman disekelilingku yang bertepuk tangan dan bernyanyi keras-keras lalu siswa di lantai dua menjuntaikan spanduk bertuliskan 'MIN YOONGI THE BEST' dan 'TERIMA KASIH KETUA OSIS'.
Rasanya menyenangkan sekali. Sungguh, tak ada yang bisa aku katakan. Aku cuma bisa tersenyum tanpa henti sementara teman-temanku menyalami, memeluk, dan memukul punggungku satu-persatu. Sambil mengucapkan selamat ulang tahun dan terima kasih atas kerjaku selama ini sebagai ketua OSIS.
Seumur hidup, inilah kejutan paling luar biasa yang aku terima.
"saengil chukkae hyung!" kata Hoseok, mendatangiku dengan tertawa-tawa sambil berangkulan dengan Namjoon. Sementara itu tangan kirinya menyeka luka di pelipis tadi yang ternyata hanya make up. Sial! Aku ditipu!. "kalian berdua, dasar brandal!" umpatku, mereka malah tertawa makin keras. "biar orang-orang tahu, tak ada yang perlu ditakuti dari Min Yoongi, ketua OSIS juga mudah dikerjai!" ejek Namjoon. Aku tertawa "thanks bro, aku_"
Lalu CTAKK!! Hoseok dan Namjoon memecahkan dua butir telur keatas kepalaku dengan santainya. Lendirnya lalu menetes ke dahi dan mataku. Membuat suasana hening sejenak.
Perlahan, tawa-tawa kecil muncul. Pelan-pelan semuanya menertawakanku.
"LARIIII... " teriak Namjoon dan Hoseok bersamaan. "YAH!!" teriakku sambil mulai mengejar mereka.
Siswa lain tertawa-tawa dan kembali bersorak sorai. Sebagian menyemangatiku berlari, sebagian menyemangati mereka berdua. Kutahan ucapan terima kasihku dan sekarang fokus berlari menangkap mereka.
"YAH!! KALIAN! DASAR BR******!!"
. . . . . . .
"Hyung lihat sini" lalu klik, Hoseok memotretku dan Namjoon.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"saengil chukkae hyung!" kata Namjoon menepuk-nepuk punggungku "aku jadi rindu mengotorimu dengan tepung dan telur" lanjutnya sambil tertawa. "yah, jangan bikin masalah, seluruh sahamnya ia tarik, mati kita" balas Hoseok bercanda. Aku tertawa. Memang, saat dua orang ini di sekelilingku, aku selalu bisa tertawa banyak-banyak. Melegakan, benar-benar obat stress yang sederhana. "siapa yang akan menyetir kalau kita semua di back seat seperti ini?!" tanyaku sewot. "aku" kata Namjoon sambil berdiri. "yah! Ini mobil eropa!" kataku memperingatkan, masih ragu akan kemampuan menyetir Namjoon. Hoseok menepuk bahuku "mau stir kiri, stir kanan, stir tengah sekalipun, Namjoon sudah mahir semuanya sekarang hyung!" ucapnya bangga sambil alisnya naik turun lalu beralih ke kursi penumpang di depan. Aku cuma tersenyum.
Sungguh... Tak pernah kubayangkan bisa berada diantara dua orang kembar yang sangat tak identik dari ujung kepala sampai ujung kaki ini.
Tapi aku bersyukur. Aku berterimakasih pada Tuhan telah menghadirkan mereka didekatku.
Tanpa mereka, Aku tak pernah tahu rasanya bersaudara karena aku anak tunggal. Aku tak pernah tahu rasanya menjadi seorang kakak yang penuh tanggung jawab. Aku tak pernah tahu rasanya memiliki adik yang bahkan akan bertaruh nyawa membelaku habis-habisan.
Aku tak pernah tahu rasanya persahabatan sebelum aku mengenal mereka.
Untuk segalanya, untuk semua yang telah terjadi, terima kasih tak terhingga dariku untuk kalian. Jung Hoseok dan Kim Namjoon.