Seminggu sudah sejak kejadi kecelakaan itu. Aldam terus berada di rumah sakit. Ia hanya pulang untuk berkuliah. Mengerjakan tugas pun di rumah sakit. Padahal kondisi Sheila tidak terlalu parah. Gadis itu hanya perlu membiasakan diri untuk berjalan karena kakinya mengalami sedikit masalah. Seminggu ini pula Aldam tidak pernah bertemu Kara. Ia juga masih marah pada Kara mengetahui fakta bahwa malam dimana ia melabrak Reza, Kara tinggal disana hingga keesokannya.
Pintu ruang rawat terbuka, dikamar itu hanya ada Aldam dan Sheila. Aldam tengah menyuapi Sheila buah-buahan. Masuklah seorang gadis dengan midi dressnya. Kara harus siap menghadapi kenyataan bahwa Aldam tengah memperhatikan gadis lain dan ia masih marah karena malam itu Kara memutuskan untuk menginap disana. "hai. Shey" Kara tersenyum menatap Sheila, Niatnya kesini untuk menjenguk temannya bukan meladeni sikap dingin Aldam.
"hey Kar. Kok baru kesini? Kok Aldam gak jemput?" tanya Sheila, yang hanya di respon senyum tipis oleh Kara.
"Aku keluar kalo ada apa apa telfon aku" Aldam mencium kening Sheila kemudian keluar dari ruangan rawat gadis itu tanpa menoleh ke Kara bahkan sepertinya ia tidak menganggap Kara ada.
"Kar, kalian gak lagi marahan kan?" Sheila bertanya dengan tatapan aneh. Tidak biasanya Aldam mendiamkan Kara dihadapannya.
"Gapapa kok. Oh iya gimana kondisi? Maaf aku baru bisa kesini, lagi ada banyak kerjaan" Kara meletakkan bunga dan buah yang ia bawa di meja dekat situ.
"Gapapa aku tau kok" Kara tersenyum ketika Sheila tersneyum. Gadis itu baik, senyumnya tulus. Kara yang salah karena terus memaksa menjadi kekasih Aldam. Obrolan mereka berlanjut, tentang semua hal. Tapi lebih banyak Sheila yang bercerita tentang bagaimana seminggu ini Aldam menjaganya. Dan Kara hanya merespon sebisanya. Ia tidak cemburu, rasa cemburu itu sudah mati sejak hari dimana orang tua Aldam menelfonnya untuk mengabari bahwa Aldam akan di jodohkan, yang ada sekarang rasa kecewa. Kara kecewa karena Aldam bersikap seperti itu.
"Shey, aku balik dulu ya" Pamit Kara.
"loh gak nunggu Aldam?" Kara menggeleng pelan.
'mana mau dia ketemu aku sekarang Shey' ucap Kara dalam hatinya.
"Aldam kan jagain kamu. Lagian kau buru-buru. Cepet sembuh ya, See you Shey" Kara berjalan keluar pintu namun tepat di depan pintu, pintu itu terbuka dan menampilkan Aldam dengan seplastik jajanan.
"Aku pulang ya" hanya itu yang Kara ucapkan, kemudian ia berlalu. Kara benar-benar tidak tau harus berkata apa atau melakukan apa. Ia kira, Aldam akan menahannya pergi atau sekedar merespon ucapannya tapi yang ia dapatkan hanya suara pintu ditutup yang artinya Aldam masuk ke dalam tanpa meresponnya.
"kamu kenapa sih Dam? Kasian Kara" ucap Sheila ketika ia masuk ke dalam.
"aku lagi gamau kita bahas Kara. Fokus dulu ke kamu yang harus sembuh sebelum UAS kamu tiga hari lagi" Adam memberikan susu pesananan Sheila.
Sheila tau, ini hanya miskomunikasi. Bisa Sheila lihat Aldam hanya kesal dengan Kara bukan marah. Aldam bukan tipe lelaki yang gampang marah. Tapi sepertinya kali ini ego nya berkuasa lebih. Yang Sheila tau, setahun mereka berpacaran dan berbagi hati, Aldam akan selalu bersikap adil. Sheila menggenggam tangan Aldam yang tengah bermain handphone di sebelahnya. "Dam, kalau kamu marah atau kesel sama Kara, diomongin jangan diem aja. Selama ini Kara gak pernah kan buat kamu marah? Setiap orang akan punya penjelasan masing-masing. Dengerin dia, jangan salah faham" ucap Sheila.
"terlebih kalau berantemnya kalian itu karena aku. Kara itu temen baik aku sejak SMP. Aku udah cukup nyakitin dia dengan meminta dia untuk membagi hati kamu buat aku. Aku udah cukup nyakitin dia dengan ceritain semua keromantisan kamu yang aku tau kamu gak akan lakuin ke dia, karena dia bukan tipe cewe yang suka diromantisin. Hanya jangan menyakiti dia lebih dalam Dam. Dia juga perempuan, aku tau rasanya kalau kamu cuekin dia kaya tadi" lanjut Sheila.
Aldam tak merespon apapun. Fikirannya sibuk memikirkan apa yang ia lakukan ini salah atau benar. Aldam hanya kesal karena Kara ada dipihak orang yang mencelakakan Sheila. Mungkin Aldam berlebihan. Tapi menumpuknya tugas, kondisi Sheila, dan sikap Kara yang membuatnya tidak bisa menyampingkan egonya sekarang.
![](https://img.wattpad.com/cover/177733088-288-k325169.jpg)
YOU ARE READING
Mashed Up.
Teen FictionOrang bilang tidak ada yang ikhlas bila hatinya di dua kan. tapi mengapa Kara dan Sheila bisa sama-sama menjadi pacar Aldam. bahkan mereka tidak pernah bertengkar berebut Aldam. semuanya mengalir begitusaja bagai air di sungai. tanpa penolakan. jika...