Bagian 6

11 3 0
                                    

Semenjak kejadian semalam. Mungkin, hari Unaysa dan Alex akan sedikit berubah. Akan banyak kesenangan yang mereka lewati.

"Cinta memang indah tapi juga membutakan. Cinta bisa menjadi musuh kita, juga bisa menjadi sahabat kita. Yang terpenting adalah bagaimana kita memperlakukan orang yang spesial."

Sedari tadi Alex menunggu Unaysa. Ia duduk di sofa empuk berwarna coklat. Jika di lihat, jelas sekali pemilik rumah ini suka dengan warna coklat. Perpaduan warna coklat, cream dan putih membuat siapa yang melihat merasa tenang.

Alex terus memikirkan hal apa yang akan mereka lakukan. Apa yang akan mereka bicarakan.

Setelah lebih dari sepuluh menit ia menunggu. Yang di tunggu akhirnya terlihat menuruni tangga.

"Selamat pagi." ucap Alex

"Pagi."

Mereka berdua berpamitan kepada wanita paruh baya.

"Ma, aku berangkat dulu ya." ucap Unaysa sambil mencium pipi mamanya.

"Tante, Alex berangkat dulu." ucapnya sambil mencium tangan ibunda Unaysa.

"Iya...kalian hati-hati di jalan. Belajar yang benar ya."

Setelah acara berpamitan usai. Mereka berdua keluar rumah dan menaiki mobil abu-abu milik Alex. Alex mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang.

Ini masih pagi, jalanan tak terlalu padat sehingga ia bisa menikmati jalanan di sini.

"Lex, berhenti." ucap Unaysa tiba-tiba.

"Ada apa?"

"Coba lihat anak kecil di samping jalan sana."

Alex mengikuti arah yang di tunjuk Unaysa. Ia sedikit terkejut dengan apa yang ia lihat. Di pinggir jalan sana, terdapat anak kecil yang di pukul oleh dua orang anak yang umurnya setara.

Alex tak bisa membiarkan ini terjadi. Perilaku pembullyan harus berakhir. Kita tak pernah tau bagaimana rasanya orang yang di bully. Orang seperti itu selalu ingin melawan tapi, ia tak pernah tau bagaimana caranya. Karena apa? Karena dia sendiri.

Jangan membuat luka dan memori buruk pada diri seseorang. Karena cara mengobatinya tak semudah kau memperlakukannya.

Alex menepikan mobilnya tak jauh dari posisi anak tadi. Ia dan Unay keluar dari mobil dan bergegas menghampiri anak tersebut.

Alex menangkis tangan seseorang yang hendak memukuli anak kecil yang sedang menangis.

"Apa yang kalian lakukan?" ucap Alex dingin. Ia benar-benar kesal dengan sikap orang yang seperti ini.

Yang di tanya hanya diam dan menundukkan kepala.

"Kalian masih kecil sudah seperti ini. Kalau sudah besar kalian mau jadi apa? Kalian senang melihat orang lain menangis. Kalian suka mengganggu orang yang lemah? Apa kalian punya hati?" ucap Alex dengan nada suara yang menusuk.

Unaysa menghampiri anak yang menangis itu. Lalu, berusaha menenangkan anak itu.

"Ka...kami tidak menyukainya. Dia tak berguna, dia lemah, dia hanya tau menangis." ucap salah satu anak.

UnbreakableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang