T/n : Maaf lama ga up. Soalnya chap ini agak susah di translate, saya jadi agak malas :(
Ini translate chap ini agak aneh kayaknya. Maaf ya. Oh iya, untuk chap ini sangat dianjurkan untuk betul-betul memperhatakan keterangan waktu yang tertera. Karena agak membingungkan.
Okay, happy reading :)
-----
12 Oktober 2016, 12:01 PM
Sekitar dua bulan kemudian, Juyeon berjalan di lapangan kampus dengan Changmin, menyedot susu teh kotak yang mereka beli di koperasi. Cuaca makin dingin melebihi suhu musim panas yang semestinya. Dedaunan dari pohon besar di lapangan itu mulai berubah warna dari hijau segar yang mana orang-orang sudah terbiasa dengannya menjadi sebuah kesatuan warna kuning, jingga, dan merah. Musim gugur kini menyingsing kedua lelaki yang sedang berjalan santai di tengah lapangan berbatu itu.
Juyeon menghirup udara kejinggaan dari musim gugur dan menghembuskannya dengan lega. Changmin melirik ke arah temannya, yang biasanya tak sebahagia ini.
"Apa?" Changmin bertanya sambil tertawa. Ia menggenggam teh susu kotaknya di kedua tangan dengan imut.
"Bukan apa-apa," Juyeon meyakinkan temannya. "Aku hanya bahagia. Itu saja." Changmin tersenyum lebar dan menyodok sisi pinggang Juyeon. Juyeon meloncat karena terkjut dengan sentuhan yang tiba-tiba. "Hentikan! Kau kan tahu aku gelian."
"Oh, maaf. Hanya Eric yang boleh menyentuhmu begitu?" Changmin menjawab dengan nada jahil. Juyeon hampir merutuk padanya atas pernyataan tadi dan memukul lengannya. Juyeon mengangkat tangannya untuk membela diri.
"Ya, benar! Jadi, hentikan omong kosongmu." Geram Juyeon pada Changmin yang kini sedang pura-pura merasa takut padanya.
"Kau tergila-gila padanya, huh? Aku bisa lihat itu," ucap Changmin. Keduanya berjalan menuju bangku yang berada di dekat pohon itu. Beberapa murid lain tengah bersantai di bangku lain di bawah bayangan pohon besar berdaun jingga dan merah itu. Mereka menemukan bangku yang masih kosong dan duduk di sana.
"Dan apa yang membuatmu berpikir demikian? Kami baru jadian selama sebulan. Kami baru mengakuinya bulan September," Juyeon beralasan guna memperlancar situasinya. Changmin melirik dan menatapnya, alisnya terangkat.
"Younghoon juga tergila-gila padaku, Juyeon. Kami sudah bersama selama setahun. Kurasa aku bisa dengan mudah tahu ketika seseorang sedang tergila-gila pada orang lain, terutama kau - kau yang secara tak langsung adalah saudaraku," jelas Changmin dengan pemikiran matang. Ada benarnya. Juyeon mengangkat tangannya untuk membela diri.
"Baiklah, baiklah. Aku hanya bahagia karena Eric muncul dalam hidupku."
"Dan kau tahu bahwa kami semua mendukungmu, kan?" Kata Changmin dan Juyeon mengangguk. "Aku senang kau memberitahu kami bahwa kalian sudah jadian." Changmin melingkarkan lengannya pada Juyeon dan Juyeon mulai mengenang. Begitu jelas dan segar di benaknya.
-----
19 September 2016, 7:32 PM
Kelima penghuni apartemen itu, ditambah Eric, tengah duduk di ruang makan, makanan Chinese yang mereka pesan memenuhi permukaan meja kayu di depan mereka. Malam ini giliran Kevin yang menyiapkan makan malam. Sayangnya, ia tengah dihantui masalah ujian hingga tubuhnya tak berfungsi dengan baik, bahkan tak cukup waras untuk memasak masakan yang layak bagi kelima temannya yang kini duduk di dekatnya. Ia memutuskan untuk memsan Chinese food.
Kembali ke bulan Agustus, ketika Eric menghabiskan malam pertamanya bersama Juyeon dan yang lainnya di apartemen itu, ia sudah terbiasa dengan semua kebiasaan mereka dan segera ia diterima sebagai penghuni pulang-pergi di sana. Keluarga Eric sudah menyelesaikan permasalahan mereka di malam kelima Eric menginap dan ia pulang ke rumah, namun ia mulai beberapa kali berkunjung ketika ia merasa ingin. Atau lebih tepatnya, ketika ia merindukan Juyeon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dreamscape (Story by markgeollli in AO3)
FanfictionPemandangan yang bagaikan mimpi buruk di benak Juyeon itu terus mengusiknya selama berbulan-bulan. Entah itu ketika ia tidur atau pun ketika ia tengah terjaga. Namun, itu semua terhenti di malam sebelum tahun ajaran baru di mana dirinya memasuki tin...