= Dua belas =

226 36 6
                                    

Haloooo happy new year semuanyaaa 💕💕💕💕
Tapi di chap ini ceritanya masih natal wkwk

Btw mohon maaf, chap ini translate-nya agak berantakan, aku juga ga tau kenapa. Mungkin saya lelah 😥 tapi semoga kalian nangkep inti dari chap ini.

Happy reading

========

25 Desember, 2016, 8:03 AM

Ia menutup pintu dengan bantingan keras, meninggalkan orang asing itu di depan pintu. Berjalan kembali ke ruang tengah, Juyeon kembali ke posisi nyamannya di perut Eric seolah tak ada yang terjadi.

"Siapa yang datang?" Kevin bertanya, penasaran. Semua atensi kini mengarah ke Juyeon, menunggu jawaban darinya. Program televisi masih terputar tanpa ada yang memperhatikan.

"Orang asing, entahlah," jawab Juyeon tak peduli. Suara bel berbunyi sekali lagi. Juyeon masih berbaring di perut Eric yang lembut, melipat lengannya di dada.

"Orang itu masih di sini," kata Changmin. Bel kembali berbunyi, diikuting satu deringan lagi.

"Oh, demi Tuan! Pergilah!" Teriak Juyeon ke arah pintu. Jacob bangkit dari duduknya dan mulai berjalan menuju pintu. "Jangan buka pintu sialan itu, Jacob."

"Kau diam saja." Jacob dengan cepat menyerang balik. Ia berjalan ke arah pintu dan membuka kepingan kayu tua itu, bertatap muka dengan orang yang sudah menyakiti hati saudaranya.

"Jacob, hai! Bolehkah aku--" Kalimat Hyunjae disela dengan dengusan dari Jacob. Ia hendak kembali membanting pintu namun lengan Hyunjae berhasil menahannya setengah terbuka sebelum kesempatannya untuk bicara dengan Juyeon hilang. "Jacob, kumohon--" sekali lagi perkataannya disela.

"Mohon apa, Hyunjae? Mohon agar aku membiarkanmu bicara dengan saudaraku yang sudah kau sakiti?" Jacob menatap Hyunjae dengan tajam. Hanya ada beberapa hal yang dapat membuat Jacob naik pitam dan menyakiti orang yang ia sayang adalah salah satunya.

"Jacob..." Hyunjae memohon. "Kumohon! Kau bahkan tak tahu cerita seluruhnya!" Hyunjae menahan lengan Jacob, setangah badannya sudah masuk ke apartemen. Jacob membentaknya.

"Aku cukup tahu! Dan kau sebaiknya angkat kaki dari sini sebelum aku melaporkanmu karena masuk rumah orang tanpa izin," Jacob memperingatkan. Hyunjae mengambil beberapa langkah mundur kembali ke koridor yang dingin. Sikap sopan Hyunjae begitu kontras dengan hari meriah dan itu membuat Jacob jengkel lebih dari seharusnya. Tetap saja, lelaki itu terlihat gemetar dan memegangi sebuah kotak di tangannya, terbungkus kertas kado yang dekoratif, diikat dengan sebuah pita. Jacob menghela nafas, berharap bahwa campuran frustrasi, rasa kecewa, kesal, dan kasihan dapat jelas terdengar oleh Hyunjae yang berdiri di koridor menyedihkan, dengan pundak membungkuk.

"Kau tunggu di sini. Kau beruntung aku masih mau meyakinkannya untuk bicara denganmu," serang Jacob kepada Hyunjae. Ia menutup pintu dengan kasar dan berjalan kembali ke ruang tengah, menggumam "sialan" di balik deru nafasnya.

"Seharusnya kau tak perlu membuka pintu sialan itu," kata Juyeon ketika Jacob sudah kembali. "Dan tidak, aku tak akan bicara dengannya." Jacob berdiri di sana, melipat kedua lengannya.

"Ya, orangnya tak mau pergi. Jadi, antara kau bicara dengannya dan buat dia pergi atau biarkan dia berada di luar sampai mati kedinginan." Jacob memberika Juyeon pilihan.

"Aku ambil pilihan kedua," Juyeon tertawa. "Pasti susah jadi dirinya, huh?" Juyeon mendekat pada bahu Eric, masih menonton acara di televisi. Changmin, Younghoon, dan Kevin mendengarkan dilemanya dengan seksama, menunggu Juyeon untuk memilih. Eric mulai bicara.

Dreamscape (Story by markgeollli in AO3)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang