Kakiku melangkah ke sebuah lorong gelap dengan ujung cahaya di depan. Aku menarik napas gusar, ragu untuk melanjutkan. Namun jika aku berjalan ke belakang maka hanya gelap yang menyambut.
Apa ini akhirku?
"Rina-san."
Netraku membelalak kaget. Entah kapan datangnya, tiba-tiba saja sosok seorang gadis berambut pendek berdiri di depanku sambil tersenyum lembut. Aku kenal siapa dia. Gadis yang sama dengan gadis yang cemberut kepadaku ketika bus kami akan berangkat menelusuri Desa Inunaki.
"Tomoko?" ucapku serak. Rasa haru merangsek masuk ke dalam rongga hati. "Tapi ... tapi dirimu sudah mati."
"Tepat." Tomoko menatapku penuh arti. Lalu hanya berselang beberapa detik, garis-garis keriput mulai bermunculan di wajah Tomoko yang mulus. Aku tergelak kaget. Tidak hanya wajahnya yang semakin terlihat menua, tetapi tubuhnya pun semakin membungkuk.
Aku terdiam kaku. Tidak mampu mengeluarkan sepatah kata apa pun. Otakku berusaha mencerna apa yang sebenarnya terjadi saat ini. Siapa ... siapa sebenarnya makhluk ini?!
"R-Rina-san ...." Sekarang sosok Tomoko lenyap. Digantikan sosok seorang nenek tua berkimono yang seingatku kepalanya bisa lepas.
"Apa maumu?" Akhirnya suaraku bisa keluar meski terdengar seperti sebuah cicitan tikus.
"I-i-iblis ...." Nenek itu mengarahkan telunjuk kurusnya ke arahku lalu bergantian ke dirinya sendiri. Bibir keriputnya menyunggingkan senyum.
Aku menenggak salivaku. Kemudian dengan hati-hati kubertanya kepadanya, "Sejak awal ... kamu iblisnya? Apa aku salah?"
Nenek itu tidak juga melunturkan senyuman di wajahnya yang serba mengendur bagaikan balon kempis. Kuanggap kelakuannya itu sebagai jawaban, "Ya."
"Jadi, apa maumu?" tanyaku lagi.
Alih-alih menjawab pertanyaan, si nenek malah mengulurkan tangan kurusnya ke arah puncak kepalaku. Bibirnya tidak juga berhenti tersenyum. Bodohnya, aku tidak sanggup menghindari itu. Aku tidak bergerak ke mana pun.
Dan, semuanya gelap.
🕸
Ketika kubuka mata, aku mendapati diriku melayang di udara. Kupandangi kedua telapak tangan yang kini transparan hanya untuk merasakan napasku tersekat selama beberapa detik. Apa aku baru saja mati?
"Siapa pun, bisakah tolong keluarkan aku?" Terdengar suara seorang anak kecil yang memohon-mohon. Aku celingukan ke sana dan ke sini, tetapi tidak kudapati adanya anak kecil yang mengeluarkan suara.
Aku melayang mendekat ke sebuah rumah kayu kecil yang kukira merupakan asal muasal suara tadi. Kemudian terdengarlah suara ketukan paksa dari dalam rumah itu, disusul suara permohonan lainnya, "Aku janji tidak akan pernah nakal lagi. Kumohon!"
Diriku pun bergerak ke depan pintu. Berusaha menyingkirkan papan kayu yang mengunci anak itu di dalam rumah. Akan tetapi, tanganku yang transparan tidak dapat menjangkaunya. Diriku seakan tidak nyata. Apa-apaan?!
"Siapa pun kamu, kumohon bertahanlah! Aku ... aku akan cari jalan keluar!" seruku berusaha menenangkannya.
Tak lama kemudian, muncul beberapa anak kecil dari arah tangga batu di bagian timur. Dari kejauhan kudengar mereka saling melemparkan cekikikan geli. Mereka berlarian menuju rumah kayu kecil yang mengurung anak lainnya di dalam.
"Woi, kamu menangis lagi?" Salah satu dari anak-anak itu, yang paling tubuhnya tinggi, menggedor-gedor permukaan pintu.
"Daisuke? Itukah kau, Daisuke?" Suara dari dalam terdengar girang. Bahkan kuyakin dirinya tengah melompat-lompat di dalam sana. Seharunya aku bisa masuk ke dalam rumah, tetapi entah kenapa rumah tersebut seperti dipasangi pelindung. Dan diriku yang layaknya seorang hantu tidak bisa menembusnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Torii
Misteri / Thriller[ Mistery/ Thrilerr & Horor ] Apa yang akan kau lakukan jika terjebak di sebuah desa mati yang hanya diketahui dunia sebagai bagian dari urband legend? Kurang lebih, itulah yang dialami Kuro. Dikelilingi oleh rumah-rumah kosong, pembunuh, ingatan ya...