Tersenyumlah, jangan menangis.
Seiring musim terus berganti, jangan lupakan pertemuan pertama kita.
Aku bahkan tidak mengenal diriku sendiri, Tapi kau mengenalku dan aku ada karenamu.-Ha sungwoon-
Sementara itu di rumah para cogan.."Baru masuk sekolah pr nya udah menumpuk gini." Keluh Jihoon sambil berguling di lantai, Guanlin yang melihat tingkah Jihoon hanya menggeleng pelan.
"Pr menumpuk kok guling-guling di lantai." Ujar Guanlin sambil menggeleng.
Seongwoo yang baru saja pulang bersama jisung meletakkan plastik putih dan langsung di serbu oleh penghuni rumah.
"Mentang-mentang cari duit, beliin anak sembarangan." Ujar Jihoon sambil memakan sepotong martabak.
"Baru pulang di marahin. Ngajak berantem?" Balas Seongwoo.
"Kamu sih!" Jaehwan mendorong bahu Woojin pelan, refleks membuat Woojin terbatuk dan nyaris menyemburkan martabak.
"Ih jangan berantam dulu!" Daehwi ikut ikutan.
"Tiga gelas milkita, setara dengan tiga loli kalori." Lanjut Woojin.
"Kebalik geblek." Seongwoo melempar bantal ke arah Woojin.
"Kenapa gue terus yang di salahin?!" Pekik Woojin histeris.
"Udah udah.." sela Sungwoon "jangan akur."
Jisung menggelengkan kepalanya melihat tingkah mereka. Tapi jika tidak ada mereka, hidupnya pasti sepi. Tidak ada satu saja rasanya seperti kekurangan.
"Ngumpul dulu di ruang tengah. Ada rapat." Jisung meletakkan segelas air dan mengusap kepala Guanlin yang sedang duduk.
Semua manusia yang sedang sibuk berebut martabak langsung diam dan beranjak dari posisi masing-masing.
"Kita sejak awal udah tau kan, orang yang harus kita awasi itu siapa?"
"Iya tau," ujar Jihoon. "Gebetannya Woojin kan?" Celetuknya ringan. Woojin merenggut pelan.
"APAAN WOY?! Gue mau tidur!"
Mereka menatap punggung Woojin sambil tersenyum geli.
"Adek gue udah besar." Daniel terkikik geli.
"Iya. Nggak kayak bang Sungwoon," Guanlin menjeda kalimatnya. "Yang tingginya cuma segitu doang dari dulu. Tumbuh ke samping." Lanjut Guanlin.
"DASAR ADEK LAKNAT."
¤▪🗡🗡▪¤
Tok tok tok
"Ujin? Ayo bangun."
Woojin menggeliat pelan. Tubuhnya terbungkus selimut karena hawa dingin yang menusuk setelah hujan.
Klek
"Ujin?" Kepala Jisung menyembul dari balik pintu, matanya menatap tubuh Woojin yang terbungkus selimut. Mirip kepompong.
"Mm?" Woojin mengerjapkan matanya.
"Ayo bangun. Makan dulu. Udah sore, mau tidur sampai kapan?" Jisung mengguncang tubuh Woojin pelan.
"Bentar lagi.. lima menit."
"Cepat ya.. ntar ayamnya habis. Minhyun barusan goreng ayam."
Woojin langsung mendelik begitu mendengar kata Minhyun barusan goreng ayam. Keracunan masakan Minhyun? Lebih baik Woojin makan tempe gosong Seongwoo saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dream Knight | Wanna One
Fiksi Penggemar⁀➷✧。˚. ft. 워너원 (아린)) Awalnya, Arin nggak pernah tertarik dengan cerita fantasi. Dongeng, kerajaan, sihir dan lainnya itu cuma di buku! Beranjak umur tujuh belas tahun, Yura diberi kejutan luar biasa. Sebelas lelaki asing datang dan membuat kehidupan...