singgah

1.1K 218 47
                                    

____

"untuk apa singgah jika hanya bisa membuat hati ini patah?"

____

"masih gak percaya sama gue?"

wiratama kaviar berbisik di telingaku. ia menjauhkan tubuhnya setelah melihatku mematung dengan ekspresi datar.

aku mendengus pelan. "percaya atau enggak, itu urusan gue. but thanks kaviar, atas rahasianya."

"your welcome."

senyum wira merekah. ia mengusak rambutku sekilas lantas berbalik pergi menuju ke dalam gedung sekolah. aku tahu ia pasti menemui ashila.

wira dan ashila...ternyata cukup rumit untuk dipahami.

tapi tunggu. sepertinya aku melupakan sesuatu yang penting. terlepas dari pemandangan menyakitkan di hadapanku sekarang, aku menyadari satu hal.

rapat osis.

dengan setengah berlari aku kembali masuk ke dalam gedung sekolah. semoga aku masih sempat mengikuti rapat walaupun hanya dapat mendengar kesimpulan. bagaimana reputasiku sebagai sekretaris umum nanti jika tidak mengikuti rapat penting seperti ini?

"althania! dari mana aja, sih?!"

baru saja aku hendak menaiki tangga, suara seseorang yang sangat kukenal terdengar dari belakang. mau tak mau aku berbalik, menunggu hingga sosok pemuda dengan wajah teduh itu sampai di depanku.

"dari mana aja?! gue khawatir tau gak?!"

sagara kharisma tiba-tiba menyemburku dengan pertanyaan bernada tinggi. ia terlihat lelah dengan keringat meluncur mulus pada pelipisnya.

"kenapa chat gue gak dibales? gue sampe keliling sekolah buat nyariin lo," jelasnya, mulai memelankan nada bicara.

aku menggaruk tengkuk yang tak gatal, merasa bersalah karena telah merepotkan saga.

"maaf, ga. gue gak buka hape lagi tadi. rapatnya masih?" tanyaku pelan.

saga mendengus. "udah bubar kali. ashila bilang rapatnya gak lama." ia menarik napas sebelum melanjutkan, "lo mau pulang atau masih mau di sekolah?"

"pulang aja, deh," ucapku final.

saga mengangguk. ia mengulurkan tangannya, menarik lenganku agar berjalan berdampingan dengannya. lalu kemudian tangannya merambat turun, menelusupkan jari-jemarinya ke dalam jemariku.

aku yang tertarik hanya bisa pasrah. wajahku tertunduk dalam, menatap tautan tanganku dengan saga. rasanya hangat dan nyaman. senyumku perlahan terbit bersamaan dengan kaki kami yang menapaki lapangan parkir sekolah.
seketika senyumku pudar berganti dengan raut wajah kesal. langit masih di sana, bersama kayla tentunya. bisa tidak sih, dua orang itu pergi dari sana? kurasa sudah lama mereka berdiri di samping pohon besar itu.

tanpa sadar aku meremas tangan saga kuat. rasanya aku ingin berkata kasar sekarang.

kamu lucu, saya suka.

kata dan kitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang