IV

41 7 30
                                    

Makan malamnya terasa hambar, siaran tv mendadak membosankan. Ucapan Winston masih terngiang di kepala Ezra. Jadi bagaimana? Haruskah ia menerima tawaran itu? Ada sesuatu dalam dirinya yang mengatakan agar ia menerimanya, yang mengatakan bahwa ia ditakdirkan untuk itu.

Takdir macam apa yang membahayakan nyawa?

Incoming call...

Pandangan Ezra beralih pada ponselnya yang bergetar dengan menampilkan nomor yang tak terdaftar di kontaknya. Ia meraih benda tersebut dan menggeser layarnya.

"Halo?" ucapnya.

"Ini Winston. Maaf, aku tadi lupa minta nomormu."

"Hm." Ezra menelan makanannya. "Bicaralah."

"Sudah memutuskan?"

Ezra terdiam sebelum berujar, "Bagaimana jika kukerjakan sendiri?"

Tak terdengar jawaban.

"Aku tak mau merusak hidup bahagia mereka," lanjutnya.

"Kau tidak bekerja seorang diri."

"Memang, tapi aku tidak mau mengusik mereka."

"Tolak saja kalau begitu."

"Tidak—"

"Atau kau hanya ingin uangnya?"

Ezra mendengus. "Tidak."

"Kuberi waktu semalam untuk memutuskan. Sampai jumpa besok."

Call ended.

"Fuck," desis Ezra. Panggilan ia alihkan pada Reijess yang tidak ia pedulikan sedang apa sekarang. Empat kali panggilan tak terjawab, Ezra sudah hendak membawa pantatnya menuju Sourcost ketika akhirnya Reijess menerima panggilan.

"Hei, maaf! Aku sedang berada di kantor dan tak sengaja meninggalkan ponselku di mobil. Ada apa?"

"Winston menelepon."

"Bagaimana jawabanmu?"

"Entahlah."

"Apa dia mengatakan sesuatu?"

"Dia memberiku waktu semalam untuk memutuskan. Bagaimana menurutmu?"

"Sudah bicara dengan Ay? Bagaimana dengannya?"

"Sama bingungnya sepertiku."

"Ah, aku lupa kalau kalian sama saja."

Ezra diam. Pikiran akan menerima tawaran itu seorang diri kembali muncul. Sejujurnya ia juga tak yakin bisa, tapi pria bermodalkan nekat sepertinya takkan jera sebelum mencoba.

Astaga, membingungkan sekali.

"Akan kukerjakan tawaran itu seorang diri saja, kalian tak perlu ikut," ujarnya kemudian.

"WAIT, WHAT?!" pekik Reijess di seberang. "Tidak! Kau tidak akan melakukannya sendirian. No no no!"

"Aku tahu kalian bersungguh-sungguh bahwa tak ingin lagi melakukan hal seperti ini, tidak denganku."

"What the fuck is going on with you?!"

"Rei, aku masih ingin melakukannya. Kau tahu, terjun langsung ke medan seperti dulu. Walau tidak bersama kalian tetap aku masih ingin mencoba dan bersenang-senang seperti dulu."

"Apa maksudmu? Kita berjanji untuk saling membantu satu sama lain! Kau lupa?"

"Kalian sudah kehilangan terlalu banyak."

"Kau pikir kau dan Ay tidak?"

Lagi, Ezra diam. Benar juga, itu satu fakta yang sempat ia lupakan.

The Road Runner [FINISHED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang