IX

28 4 7
                                    

Mereka landas pada sore hari dan melanjutkan perjalanan dengan sebuah van yang Winston siapkan. Di sana terdapat beberapa pria yang telah diberi tugas untuk memberi Ezra arahan, baru mereka berangkat setelahnya.

"Aku senang kita diberi van," ujar Dirga sambil menyentuh dinding van berwarna hitam matte itu. Ia selalu mengharapkan sebuah van untuk mereka agar lebih mudah berkomunikasi, tapi untuk masalah tembak menembak lebih mudah menggunakan mobil biasa.

"Van?" Ayldina mengangkat alis. Mereka semua spontan menoleh ke arah Ligia.

Ligia mencebik. "Kalian melelang suamiku?"

Perjalanan menuju lokasi Weymund memakan waktu tiga jam karena jalanan macet. Reijess sudah menyetir ugal-ugalan dan melewati jalanan kecil demi bisa sampai lebih cepat, namun tak berpengaruh besar. Langit telah gelap ketika mereka tiba di hotel yang Winston arahkan. Tak jauh dari tempat itu mereka memarkir van dan mulai berdiskusi.

"Oke, begini rencananya." Ayldina membuka gulungan kertas di genggamannya.

"Ini lokasi ruangan yang akan kita tuju—maksudku, ruangan dimana Weymund berada. Winston bilang dia membawa para sandera, dan ini di lantai tiga." Jemarinya menunjuk ruangan yang dimaksud.

"Ligia, Leo. Kalian mau masuk, kan? Kasihan Eja dan Rei sudah menjadi supir seharian ini. Aku dan Dirga juga tidak mungkin masuk. Jadi ya mau bagaimana lagi."

"Kami tidak harus menyamar sebagai sepasang suami istri, kan?" sahut Ligia.

Ayldina dan Dirga saling pandang.

"Sebenarnya ... " Dirga berujar. "Ada 2 pilihan untuk kalian. Sepasang suami istri atau petugas hotel. Aku akan menyarankan suami istri agar lebih mudah, tapi jika kalian ingin petugas hotel maka itu hak kalian."

Leonar menghela napas. "Aku tidak mau menjadi suaminya," katanya.

"Kalau begitu sekarang kita tunggu Weymund."

"Apa? Kukira Weymund sudah di dalam?" Ezra menautkan alis.

"Hanya Danish," sahut Ayldina. "Seharusnya dia akan tiba sebentar lagi."

"Ini, pasang kamera ini di ruangan mereka." Dirga menyerahkan sebuah kamera kecil pada Leonar.

"Itu dia tamu kita datang!" seru Reijess yang sedari tadi mengawasi setiap mobil yang datang ke hotel.

Dengan tas kecil yang Ayldina siapkan, Ligia kini berstatus Nyonya Leonar—hanya untuk beberapa waktu kedepan. Mereka membaur dengan pengunjung lain sambil sesekali merapikan pakaian.

"Gandeng aku," bisik Ligia.

Leonar menautkan alis. "Tidak."

"Gandeng aku!"

"Selamat malam, Tuan dan Nyonya. Ingin memesan kamar untuk berapa malam?"

"Malam ini saja, tolong."

Kunci kamar telah di tangan, mereka kini hendak menuju ke lift namun dihentikan oleh suara Ezra di seberang.

"Kirimu! Weymund di sana, menepi!"

Mereka segera menepi dan bersembunyi sambil mengawasi Weymund dan dua bodyguardnya.

"Hei, bagaimana kalau kita mengganti rencana?" bisik Leonar.

Ligia setuju kali ini. Sepertinya petugas hotel terdengar jauh lebih baik dan menjanjikan. Mereka pun segera mengikuti seorang petugas hingga tiba di ruangan khusus petugas. Ligia mengikuti seorang petugas wanita, segera memukul tengkuknya hingga petugas itu tak sadarkan diri dan mengganti pakaiannya. Ia menyembunyikan wanita itu di lemari sapu dan kembali bertemu Leonar setelahnya, tak lupa memakai kamera yang terpasang di jepit rambutnya. Leonar yang telah mengganti pakaiannya mengisyaratkan pada Ligia agar mengikutinya mencari rak dorong berisi selimut, lantas menuju ruangan dimana Weymund berada.

307, 308 ... 309 ...

Leonar menekan bel kamar.

"Apa Anda ingin menambah selimut?"

Tak diduga, pintu dibukakan. Mereka masuk dengan membawa masing-masing dua selimut tebal. Terdengar percakapan sejumlah orang di dalam. Mereka menautkan alis saat mendengar sebutan 'dokter'. Benar saja dugaan mereka. Ada tiga orang dokter di sana yang tengah mengobrol dengan Weymund, sepertinya obrolan serius. Mereka tak sengaja berkontak mata dengan Danish. Mencoba profesional, Leonar langsung meletakkan selimutnya di meja sambil tak lupa menempelkan kamera kecil di bawahnya. Ia sangat berhati-hati karena Danish masih saja menatapnya. Menyadari hal itu, Ligia menghampiri Leonar dan menumpuk selimutnya di atas selimut Leonar. Ia bisa melihat dari ekor matanya bahwa Danish mengalihkan pandangan. Mereka segera pergi tanpa mengucapkan apapun, secepat kilat kembali ke ruangan petugas untuk mengganti pakaian dan kembali ke van.

***

The Road Runner [FINISHED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang