X

23 4 3
                                    

Sekembalinya dari hotel mereka segera menuju van untuk melihat apa yang Weymund sedang dan akan lakukan. Mereka semua penasaran dengan keberadaan para dokter tersebut. Apakah mungkin mereka juga sandera?

"Maaf, liftnya lama!" ujar Leonar begitu mereka masuk ke van.

Kamera yang Leonar pasang tadi terhubung ke laptopnya yang sedang Dirga operasikan. Sebenarnya ia tak tahu mengapa bisa terhubung ke laptopnya. Dirga selalu bilang bahwa mereka harus menghemat barang bawaan, maka satu laptop untuk semuanya.

Weymund nampak sedang mengobrol dengan Danish, sementara para sandera berbaring di kasur dan sedang mengobrol dengan dokter yang hendak menanganinya. Karena hanya ada tiga dokter maka tiga sandera terlebih dulu, entah akan melakukan apa. Ketiga dokter mengenakan sarung tangan mereka dan menyiapkan berbagai macam pisau dan alat bedah lainnya. Kemudian terlihat bodyguard Weymund menyerahkan sebuah koper untuk mereka, yang tak dapat terlihat isinya.

"Ada apa di dalam sana?" Ayldina menautkan alis.

Para dokter mulai memberi bius pada sandera, kemudian mengambil pisau bedah dan menyayat perut sandera. Sayatan itu panjang, perlahan melubangi perut mereka dan dokter mengambil sesuatu dari dalam koper.

"Narkoba?" ujar Ezra. Mereka semua menoleh ke arahnya.

"Winston bilang narkoba dan bubuk mesiu, jadi itu antara narkoba atau bubuk mesiunya. Sebenarnya aku juga tidak tahu apakah ada warna lain dari bubuk mesiu selain hitam."

"Ah, aku ingat Winston pernah bilang itu!" sambung Reijess.

Ada total 3 narkoba dan 2 bubuk mesiu yang telah selesai dimasukkan ke dalam perut para sandera. Bekas jahitan mereka terpampang jelas di layar sebelum ditutup pakaian. Ligia bergidik ngeri membayangkan sayatan itu robek dan bubuk mesiunya tumpah. Apakah akan meledak jika orang itu dekat dengan api?

"Sial, aku tak mengira akan mual." Dirga memegangi perutnya yang mulai terasa aneh.

"Haruskah kita masuk?" tanya Ligia.

Ezra menggeleng. "Jangan. Terlalu beresiko jika kita masuk, banyak pengunjung lain dan CCTV. Lebih baik kita ke camp untuk segelas teh."

Rumah yang Winston sediakan cukup dekat dengan pusat kota. Jaraknya tak terlalu jauh dengan hotel dimana Weymund berada, juga dekat dengan kedai-kedai makanan. Mereka mampir untuk membeli beberapa camilan dan membawanya pulang. Rupanya Winston juga telah menyiapkan makanan untuk mereka malam ini. Acara makan malam besar itu berlangsung hanya dalam beberapa menit saja. Seluruh makanan habis tak bersisa, seperti baru saja disedot penyedot debu.

"Ay," panggil seseorang.

Ayldina yang sedang memandangi gemerlap Beijing menoleh. Ia mengulas senyum singkat, kemudian kembali menenggelamkan diri dalam titik-titik cahaya di luar sana. Sudah cukup lama ia tak merasakan betapa menenangkannya udara malam, betapa merdunya deru mesin bermotor yang menyelam terburu pulang. Ia tak percaya ia di sana lagi, sebagai seorang Ayldina Ferdinand yang menggenggam senjata. Ayldina di balik buku pesanan bukanlah ia yang sebenarnya. Ia ingin berhenti, ia ingin kembali, ia ingin merasakan darahnya mendesir ketika pukulan lawan menghujam dirinya, bahkan pukulan dari kaptennya kala ia tak becus bekerja. Bukan, bukan pukulan dalam bentuk kontak fisik. Kaptennya-kapten mereka selalu melampiaskan semua itu pada dirinya sendiri. Ia menyakiti dirinya sendiri ketika timnya tak becus bekerja, diperparah dengan fakta bahwa sesungguhnya ia tak bisa dan tak berhak menyakiti mereka.

Ia ingin kembali, namun ia tak mampu.

Ezra benar, mereka sudah kehilangan cukup banyak. Mereka semua kehilangan cukup banyak. Ia tak bisa memungkiri bahwa Ezra sebenarnya juga ingin kembali, namun ia tak berdaya tanpa CIA. Ia belum siap menanggung empat orang tanpa bantuan dari CIA. Ia akan semakin menyakiti dirinya sendiri jika tahu bahwa ia tak bisa menyelamatkan mereka.

Ezra ingin berhenti, namun hidupnya di sana.

"Terima kasih," bisik Ayldina saat pria itu memeluknya, menyandarkan dagu pada bahunya.

"Untuk apa?" balas Ezra pelan.

"Karena sudah membawa kami ke sini."

"Kenapa begitu?"

Ayldina mengulas senyum samar. "Aku rindu rasanya menyamar jadi istrimu."

"Aku ... tidak siap untuk ini."

"Aku tahu."

Terdengar helaan napas berat Ezra. Pria itu terdiam dan hanya merapatkan pelukan.

"Kita hadapi bersama. Ada aku yang siap membantumu. Kita masih punya Ganesha," tutur Ayldina.

"Ganesha ... tidak. Aku bahkan tidak pernah ke sana."

"Rei mengasuransikan kita di Ganesha, kau tak perlu khawatir."

"Oh ya? Kenapa aku tidak tahu?"

"Dia ... tidak berani mengatakannya padamu. Dia ingin kau fokus pada pekerjaan ini saja. Selebihnya jika kita ingin kembali, kita punya dukungan penuh dari Ganesha."

"Kau ingin kembali?"

Ayldina mengedik.

"Weymund bergerak!" seru Leonar dari ruang tengah. Spontan mereka semua berkumpul dan melihat rekaman CCTV yang berhasil Leonar dapatkan.

"Mereka membawa para sandera ke sebuah rumah, sementara Weymund dan Danish menemui ... um, aku tidak yakin siapa," ujar Leonar sambil menunjuk ke salah satu bingkai video.

"Bisa kau lacak CCTV rumah itu?" tanya Ezra.

"Bisa kucoba."

Ezra kemudian menjauhkan diri dari sana untuk menghubungi Winston. Dua kali mencoba, baru telepon diangkat-oleh seorang wanita.

"Um, bisa aku berbicara dengan Winston?"

"Hei, ini aku! Maaf, kebetulan aku sedang bersama istriku."

Rupanya ponsel sudah diberikan kepada pemilik. Ezra tersenyum simpul saat mendengar pengakuan pria itu. "Sedang membuat Winston Jr.?" ucapnya.

"Hanya bermain-main saja sebentar," balas Winston. "Kenapa menelepon? Semuanya baik-baik saja, kan?"

"M-hm. Kami sedang di rumah sekarang. Weymund baru saja pergi dari hotel, tapi ia dan Danish pergi menemui orang lain."

"Ah, ya ya. Ke mana dia membawa para sandera?"

"Ke sebuah rumah, kurasa? Aku masih meminta Leonar memeriksanya."

"Bagus. Coba kau retas CCTVnya."

"Sedang dicoba."

"Bagaimana dengan di hotel tadi?"

"Sedikit tidak terduga. Akan kukirimkan rekamannya padamu."

"Oke."

"Harus kuapakan mereka?"

"Aku ingin mereka bersih dan tak tersentuh."

"Oke."

"Sampai jumpa besok pagi."

***

The Road Runner [FINISHED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang