II

43 7 39
                                    

1 Missed Call
Capt

BEEP

1 New Message
Capt: Hei, kurasa aku tidak bisa ikut pagi ini. Aku sakit perut😒

Me : K

Reijess mendengus. Ezra sudah berkali-kali mengajaknya lari pagi bersama, namun Ezra pula yang bilang bahwa ia tidak bisa.

Terserah lah.

Sambil mendengarkan lagu-lagu R&B, Reijess berlari mengelilingi kompleks rumahnya selama hampir dua jam. Pikirannya melalang buana menuju sosok Raegis yang entah sedang apa di dalam bui sana. Di lubuk hatinya yang paling dalam ia merindukan adik kembar bajingannya itu, tapi pikirannya menolak fakta tersebut. Ia belum menemui Raegis lagi sejak dua bulan lalu. Terakhir kali ia datang, petugas mengiranya adalah Raegis yang hendak kabur. Mereka berakhir menodongkan pistol padanya sampai waktu itu Junhui melerai—beruntung sekali pria itu datang.

Ia berhenti di pembatas jalan sambil menghabiskan sisa minumannya. Jalanan mulai ramai oleh aktivitas warga, mengingat matahari yang semakin meninggi duduknya.

"Reijess Kresna!" Ketika ia hendak pergi lagi, sebuah suara memanggilnya. Alisnya tertaut saat itu juga, ia pun menoleh.

"Halo, maaf mengganggu waktumu." Seorang pria menghampirinya entah datang dari mana. Pria itu tidak nampak sedang lari pagi, karena siapa di dunia ini yang lari pagi menggunakan setelan dan kemeja? Lagi, pria itu mengeluarkan sesuatu dan menunjukkannya pada Reijess—sebuah kartu pengenal?

Masih sambil menautkan alis, Reijess mengalihkan pandangan untuk memindai tulisan di sana.

Winston Yoon
Hongkong, 1989

Matanya membelalak kaget. "Interpol?" tanyanya.

Pria bernama Winston itu mengangguk. "Aku adalah Kepala Divisi Kriminalitas yang baru, kau mungkin tak mengenalku."

Wtf, Reijess tidak pergi sejauh itu untuk bisa mengenal orang Interpol! Dari mana pula pria ini mengenalnya?

"Apa aku mengenalmu? Maksudku, bagaimana kau tahu namaku?"

"Tidak, kita belum pernah bertemu—jika itu pertanyaanmu. Dan ya, aku tahu kau—putra Kresna Betara pemilik Ganesha. Agen mana yang tidak tahu Ganesha, kan?"

Reijess terdiam.

"Aku turut berduka untuk orang tuamu, dan untuk adikmu—"

"Tidak perlu membicarakan Raegis," sela Reijess. "Katakan saja, apa perlumu menemuiku?"

"Ah, baiklah." Winston menyimpan kembali kartu pengenalnya. "Aku kemari untuk menawarimu sebuah ... pekerjaan."

"Pekerjaan apa?"

Winston memerhatikan sekelilingnya sebelum berbicara, memastikan bahwa mereka aman. "Jadi, ada seorang—dua orang buronan Interpol yang melarikan diri ke sini. Aku ingin meminta bantuan darimu dan timmu untuk menangkap mereka dalam waktu 24 jam."

Well, tidak. Mereka sudah tidak melakukan itu lagi. Tapi ada baiknya untuk memberitahu Ezra terlebih dulu, meskipun Reijess yakin pria itu akan berpikiran sama dengannya.

"Masalah itu, kurasa kau harus menemui Ezra. Aku bukan pengambil keputusan."

"Oke, kita temui dia sekarang."

"Nanti sore? Ezra sedang bekerja saat ini."

"Kalau begitu bawa aku ke tempat kerjanya."

***

Di sebuah kafe terkenal kebanggaan Belascore, terlihat figur Ezra yang sibuk mondar-mandir sambil mencatat pesanan para pelanggan. Agak turun derajat memang pekerjaannya, tapi itu bukan jadi masalah selagi tidak haram—membunuh, mencuri, menipu. Ia dan adiknya bekerja di sana di waktu berbeda dan bergantian, hari ini ia mendapat shift kerja pagi.

"Americano laris hari ini," tutur Ezra sembari menyodorkan catatan pesanan pada seseorang di dapur.

"Selamat datang, Tuan-tuan! Menu spesial hari ini Bluberry Float dan Mexican Sausage!"

'Alarm' sudah kembali terdengar, artinya bertambah lagi pengunjung yang datang. Ezra mengeluarkan post note dan penanya lalu kembali untuk mencatat pesanan, namun langkahnya tiba-tiba berhenti ketika mendapati sosok Reijess bersama seorang pria. Ia tak yakin apakah mereka mencarinya—bisa saja hanya mampir, bisa saja pria itu salah satu klien Ganesha—tetapi mereka menghampirinya.

"Blueberry Float?" tawar Ezra sambil masih menatap mereka.

"Air putih saja," balas Reijess sambil menyodorkan kepalan tangannya. Ezra membalas, menjadikan hal itu sebagai tos kecil.

"Bisa kita bicara sebentar?" sambung pria itu. Ezra menangkap keseriusan dari nada bicara Reijess, lantas melirik pria yang bersamanya dengan sedikit curiga.

"1 menit," sahutnya.

Ezra kembali dengan dua gelas air putih, meletakkannya di hadapan dua tamunya itu kemudian duduk. "Bicaralah," katanya.

"Sir, please," Reijess menyilakan pria yang bersamanya.

"Halo Ezra. Aku Winston Yoon, Kepala Divisi Kriminalitas Interpol." Winston mengulurkan tangan.

Interpol? Apa Ezra akan ditangkap juga? "Ezra Ferdinand," balas Ezra sambil menjabat tangan Winston.

"Aku ingin menawari kalian sebuah pekerjaan 24 jam."

"Apa itu?"

Winston meletakkan dua buah foto di meja. Pandangan Ezra dan Reijess tertuju ke keduanya.

"Weymund Gale dan Danish Youth," sambung Winston sambil menunjuk foto tersebut. "Mereka adalah buronan Interpol yang melarikan diri ke sini. Tugas kalian mudah saja, yaitu menangkap mereka dalam waktu 24 jam sebelum mereka mengirim sandera."

"Sandera?" Ezra melirik pria itu.

"Penyelundupan narkoba dan bubuk mesiu. Ada lima orang sandera yang akan dikirim ke lima tempat berbeda."

Ezra kembali memandangi wajah di foto tersebut. "Kenapa harus kami? Kami sudah tidak melakukan ini lagi."

"Ganesha juga mengalami sedikit kerugian setelah ketololan Raegis waktu itu," celetuk Reijess.

"Jangan khawatir masalah uang dan perlengkapan. Aku akan memberi kalian tiga kali lipat dari sewaktu kalian di CIA."

Ezra dan Reijess saling pandang.

"Kenapa tidak menawari orang dalam saja agar lebih legal? Kami ini buangan dan ilegal," sahut Ezra.

"Kalian berbeda, kalian istimewa. Aku sudah melihat potensi kalian sejak beberapa tahun lalu."

"Kau memerhatikan kami?"

"Aku memerhatikan banyak agen. Timmu punya sniper yang berkualitas."

Ezra melirik Reijess ketika Winston memuji juru tembaknya. "Rei dan Leo memang saling melengkapi, Leo yang penyabar dan Rei yang tidak sabaran."

"Timmu juga punya pemikir handal, Dirga dan adikmu, lalu kau dan Ligia sudah pantas dijuluki mesin pembunuh manual. Apa lagi yang kurang?"

Ezra tersenyum miring.

"Kurang kasih sayang?" jawab Reijess.

"Bagaimana jika kami gagal?" ujar Ezra.

Winston tersenyum simpul, memamerkan deretan rapi gigi putihnya. "Kau takkan ingin gagal."

Ezra masih mempertahankan senyumnya. "Akan kami pikirkan. Terima kasih sudah berkunjung. Mau coba Mexican Sausage?"

***

The Road Runner [FINISHED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang